15.CERITA FLYEGE

220 30 8
                                    

Chapter 15

Begitu Dzo menutup sidang untuk penundaan sejenak dan dilanjutkan esok malam. Ravenska segera pergi mengepakkan sayapnya melesat keluar istana melalui jendela atas meninggalkan Dzo dan Flyege.

"Aku akan mengantarmu kembali ke kamarmu, Flyege," ucap Dzo.

"Terima kasih, Dzo." Flyege berbicara tanpa menatap Dzo.  Ia masih terdiam, pandangannya masih tertuju pada jendela tempat keluarnya Ravenska.

Mereka melangkah sangat pelan.  Dzo tidak lagi menempatkan Flyege di penjara bawah tanah, melainkan kembali menara barat.  Ia merasa tak pantas menempatkan Putra Gimra di tahanan, sebelum benar-benar dinyatakan bersalah.

Sedangkan di tempat lain, di menara timur.  Ravenska sedang berdiam diri merenungi informasi-informasi baru yang ia dapatkan dari Flyege.  Ada kalanya di tengah rasa penasarannya pada pengadilan lanjutan Flyege, ia teringat pada ayahnya.  Raja Muayz yang bijaksana dan Father Gimra yang dicintai rakyat.   Mengapa tiba-tiba rakyat begitu marah padanya perihal kebakaran ladang padi itu.   Padahal ketersediaan padi untuk supply seluruh rakyat, bisa segera di impor dan padi bisa ditanam lagi.  Kemungkinan ada yang menghasut rakyat.  Namun, hingga Kerajaan Adthera runtuh, tak pernah diketahui siapa dalangnya.

...
Seharian ini Dzo tidak menemukan Ravenska.  Makanan terhidang pun tak tersentuh.  Saat usai ia menyediakan makan malam untuk Flyege, ia kembali memborgol Pria itu.

"Kita akan ke ruang singgasana untuk sidang lanjutan.  Aku harap kau tak keberatan aku memborgolmu"

"Lakukan saja, Nyonya Dzo.  Itu memang tugasmu.  Apakah Ratu sudah datang, Nyonya Dzo?"

"Aku tak melihatnya sejak semalam dia menghilang, keluar dari jendela di ruang singgasana." jawab Dzo.

"Benarkan? Apakah dia baik-baik saja?" Flyege khawatir.

"Dia memang sering seperti itu, jika ada yang mengganggu pikirannya.  Namun dia sudah jauh berubah saat ini, Flyege.  Jauh lebih dewasa dari sebelum-sebelumnya." ungkap Dzo.

"Dia tidak menolak dan membenci kutukan yang melekat pada tubuhnya?" tanya Flyege

"Awalnya, Yaa.  Tapi kini dia sudah bisa menerimanya.  Kenapa? Kau perhatian padanya?" Dzo mengerutkan dahi.

"Tentu Dzo, dia Ratu Adthera." Flyege menyinggungkan senyum tersembunyi.

"Hanya karna itu?"

"Memangnya karena apa lagi, Nyonya Dzo?"

"Entahlah, mungkin ada alasan lain? Sudahlah, lupakan saja.  Mari kita masuk ke ruangan itu! Sebentar lagi, mungkin dia muncul."

"Baik, Nyonya Dzo."

Mereka meninggalkan meja makan, menyusuri lorong singkat, lalu berjalan masuk ke ruang singgasana yang tak jauh dari ruang makan.  Saat mereka memasuki pintu, Ravenska baru saja mendarat di singgasananya.  Ia langsung memposisikan badannya dalam duduk tegap yang anggun.  Paha kanan mengilang di atas Paha kirinya.  Kepalanya tegak, sayap hitam dibiarkan merunduk di punggungnya, ujungnya menjuntai ke lantai.  Kedua tangannya membentang, tersandar di sandaran tangan kursi.  Gaun tipis berbahan satin hitam mengkilap yang membalut tubuhnya membuat ia terkesan menawan, anggun, sekaligus seksi.  Walaupun ia berkepala burung, dengan seluruh tubuh dibalit bulu burung yang hitam, namun ia tetaplah seorang wanita dewasa yang menawan yang bisa membuat laki-laki dewasa terpikat. Namun, wajahnya yang tidak mendukung hal itu, bisa memberi kesan menyeramkan untuk keseluruhan fisiknya.

"Pantaskan seorang ratu menunggu?" ujarnya sinis.

"Maaf yang Mulia, Kami berbincang sebentar, tadi." Dzo duduk di kursinya sesudah ia mengantar Flyege ke kursi terdakwa.

RAVENSKA, The Epic of Fairy Tale [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang