Chapter 25
Malam harinya Dzo dan Flyege tak tampak di ruang makan. Padahal Ratu Gagak telah datang tepat waktu. Makanan yang terhidang masih tertata rapi. Hanya piring saji di depan manusia gagak itu yang terlihat berantakan. Tak lama kemudian, saat Ravenska hampir menyelesaikan makan malamnya, pintu di sudut ruang terbuka. Flyege dan Dzo masuk sambil berbincang hangat. Saat mendekati Ravenska mereka memberi penghormatan. Wajah mereka berseri-seri.
"Kami baru saja membahas kekuatan tongkat Tuan Gimra, Yang Mulia. Dari buku-buku di perpustakaan yang kami temui, tongkat itu memiliki banyak keistimewaan," ungkap Dzo
"Oh, ya? Teruskan. Teruslah berlatih. Aku sudah selesai makan. Silakan kalian makan. Permisi!" Ravenska beranjak dari tempat duduknya, dan bersiap terbang.
"Besok pagi aku tunggu di halaman eksekusi, Ravenska." Suara datar Flyege mengambil kesempatan sebelum Ravenska berangkat pergi.
Ravenska terdiam sesaat. Lalu menjawab.
"Baik."Manusia gagak itu terbang, pergi tanpa menolehkan wajah berparuhnya sedikitpun pada Flyege. Sayapnya melebar, terkepak dengan anggun. Ia terbang pelan di atas meja makan. Flyege tak sedikitpun memandang manuver terbang gagak itu. Hanya Dzo yang memperhatikan ratunya. Sang ratu sekilas tampak ingin menyampaikan sesuatu. Melihat Flyege abai padanya, ia pun segera pergi. Satu kali berputar di ruangan makan, lalu menghilang dibalik jendela yang terbuka.
...
Keesokan paginya, Flyege sudah terlihat sibuk menata batu dan kayu-kayu untuk Ravenska berlatih. Ia membuat sebuah menara setinggi tubuhnya. Di bagian paling atas, terdapat susunan batu dengan sebuah celah di tengahnya. Flyege mencoba beberapa manuver yang akan ia ajarkan pada Ravenska. Lari, lompat, menghunus pedang, gerakannya tampak akurat. Sebuah celah kecil yang telah ia buat tempat menghunuskan pedang, disusun dari beberapa batu-batu kecil berhasil ia lewati tanpa membuat susunan batu-batu itu berubah tempat.
Merasa tak puas dengan manuver latihnya yang pertama walaupun telah ia lakukan dengan cepat dan tepat, Flyege mencoba lagi manuver yang ia lalukan sebelumnya. Bersamaan dengan itu, Ravenska terbang pelan dari balik tembok istana dan mendarat mulus dekat dengan susunan batu yang dibuat Flyege. Semilir angin dari kepakan sayapnya menerpa wajah sahabatnya yang tengah serius berlatih. Beberapa helai rambut di dahi Putra Gimra itu bergetar. Tersadar bahwa Ravenska telah tiba, konsentrasinya terganggu. Pedang kayu yang ia hunuskan pada susunan batu, meleset tipis. Beberapa batu melesat dan berjatuhan. Malangnya batu-batu yang berjatuhan itu menyentuh susunan batu lainnya, hingga seluruh menara batu yang sebelumnya telah tersusun, hancur berantakan.
"Aghhhh." Flyege mengutuk dirinya sendiri. Ravenska hanya diam memperhatikan tingkah Flyege yang tampak kikuk dan kebingungan.
"Tunggu di sini, Ravenska. Aku akan kembali."
Tak lama Flyege kembali bersama Dzo.
"Untuk apa aku kemari?"
"Tunjukkan kemampuanmu pada, Ravenska!"
Dzo keheranan melirik Ravenska. Lalu ia segera menarik Flyege menjauh dari Ravenska.
"Flyege, ada apa denganmu? Aku bisa menggunakan tongkat ini jika hanya untuk merapikan barang-barang. Ravenska tahu itu. Kekuranganku dengan tongkat ini untuk kemampuan bertempur. Apakah kau salah tingkah berhadapan dengan Ravenska?" Dzo berbisik pada Flyege.
"Ehm, a-apa aku terlihat gugup?" dahi Flyege berkerut dengan wajah sedikit merunduk.
"Sangat terlihat. Kau bisa lihat Ravenska, dia begitu tenang dan siap berlatih. Kau harus mengendalikan dirimu, Flyege," tegas Dzo.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAVENSKA, The Epic of Fairy Tale [TAMAT]
FantasiPutri tunggal Raja Adthera, Ravenska, menghilang. Dia, satu-satunya yang bisa diharapkan menjadi pembebas bagi rakyat Adthera. Ternyata Ravenska mendapat kutukan. Menjadi manusia bertubuh burung gagak, yang tersembunyi dalam hutan pinus terkutuk...