30. End 2
Flyege berjalan pelan meninggalkan gerbang istana. Ia menarik kudanya dengan langkah gontai. Sesekali pipinya tersentuh butiran es yang jatuh dari langit. Cakrawala siang ini memang agak mendung, tapi, awan hitam hanya terlihat tipis menghalangi matahari.
Di kejauhan Flyege melihat sebuah titik hitam terbang cepat dengan manuver tak beraturan. Ia tahu itu Ravenska yang beberapa saat lalu menghindar dari kecupannya.
"Flyege!" Teriakan Dzo yang muncul dari taman menahan langkah pria itu.
"Dzo ...?"
"Kalian bertengkar?" tuduh wanita paruh baya itu.
Flyege terdiam membuang tatapan kosong ke langit.
"Tanyakan pada ratumu! Mungkin nanti di waktu selanjutnya, aku akan mengutus Amarizc untuk membuat laporan."
"Kenapa?"
Flyege melompat ke punggung kudanya.
"Aku rasa, Ravenska tak lagi membutuhkanku."
"Tidak mungkin begitu. Ada apa dengan kalian? Apa yang kalian pertengkarkan?" desak Dzo sambil berteriak. Flyege mengabaikan wanita itu, ia telah memacu kudanya menjauh dari gerbang istana....
Sejak kepergian dari istana di dalam hutan, pemerintahan yang dipimpin Flyege pada seluruh kerajaan Adthera berjalan sebagai mana mestinya.
Pagi itu saat Flyege melintasi benteng, ia melihat putrinya berdiam di tepian dinding benteng Maddhapa yang berhasil taklukkan.
Rambut keemasan Amarizc yang dibiarkan tergerai, melambai terbang menjauhi bahunya. Angin pagi ini begitu kuat. Namun, tak mampu menyejukkan hati gadis itu. Ia sedang gundah. Matahari yang menyinari dari belakang punggung telah bersinar hangat. Namun, tak mampu jua menghangatkan kalbunya.
"Sedang apa kau di sini Amarizc?, Aku mencarimu." Flyege mendatangi putrinya yang sedang menyendiri di salah satu menara, di benteng terluar kerajaan Adthera. Perempuan remaja berusia 15 tahun itu sedang menyendiri di sebuah menara tertinggi.
"Ayah?" Gugup ia menyeka air mata dan menyembunyikan wajah mungilnya dari sang ayah.
"Ada apa? Katakan padaku?" Ayah telah berdiri dihadapannya, memegang kedua bahu gadis itu. "Apakah kau marah padaku karena perdebatan kita soal mana lebih enak, fugu bakar atau marsmellow bakar?" Alis wajah Flyege terangkat. Senyum menggoda dan sorot mata berbinar menghias wajahnya.
"Ah Ayah, aku hanya ingin menggoda ayahku yang memalukan ini. Bagaimana mungkin kesatria gagah dan tampan begitu menggilai marsmellow. Euhh menjijikkan."
"Hahaha, baiklah, gadis nakal. Kalau begitu katakan padaku?" Senyum yang tak lekang serta tatapan penuh cinta disorotkan Flyege pada putrinya, "Apa kau rindu ibumu?"
"I-iya ayah, bolehkan?" tanya Amarizc berhias mata sayu di wajahnya.
"Kemarilah sayang, berikan aku pelukan" ucap Flyege.
"Terkadang untuk memperjuangkan cinta, seseorang bisa kelakukan kejahatan. Walau kejahatan itu sendiri bukanlah wujud cinta. Cinta bukanlah cinta, bila ia terbungkus kejahatan". Flyege memeluk gadis itu saat ia merebahkan badan di dada ayahnya yang lebar."Cintailah ibumu, walaupun kau tak setuju dengan tindakan dan jalan pikirannya. Karena cintanya untukmu itu tulus"
"Ayah. Tapi aku ...," gadis itu terisak, "akulah yang ...," ia menggeleng, "Aku tak kuat melihat kekejamannya". Air mata Amarizc meluncur deras dari matanya yang bening. Bola mata biru itu terlapisi selaput air mata yang tebal yang terus mengalir tanpa henti.
"Sudahlah, jangan kau ingat lagi.". Flyege menghapus air yang mengalir di pipi gadis berbulu mata lentik itu. "Penuhi ingatanmu tentang kebaikan ibumu. Ayo caritakan padaku! Apa yang kau suka darinya?"
Amarizc mulai tersenyum. "Baik ayah." Bola matanya memutar, dan berhenti di sudut kanan atas, memberi Istarat bahwa gadis itu sedang mengingat sesuatu. "Aku suka fairytale ayah. Ibu sering menceritakan dongeng-dongeng itu. Menurutmu, adakah pangeran tampan berkuda putih suatu saat akan datang padaku, Ayah?" Wajah murung itu telah berganti dengan senyum sedikit nakal.
"Aku tampan, dan kuda kesayangaku, Bravo, dia berwarna putih. Dan aku ada di hadapanmu saat ini."
"Oh please, Ayah. Kau bukan pangeran". Amarizc menyikut pinggang ayahnya. Mereka terkekeh bersama, memandang teluk yang mengelilingi benteng, menuju ke laut lepas.
"Ada cerita tentang putri tidur? Kau pasti pernah dengar," tanya Flyege pada Amarizc tanpa menoleh.
"Ada pangeran tampan, juga?"
"Tampan ya, haha," Flyege tersenyum nakal, "tapi dia bukan pangeran"
"Ia cantik?" tanya Amarizc seraya menoleh ke arah ayahnya yang begitu menikmati keindahan pagi dan hamparan laut lepas di hadapannya.
"Cantik? Hmmm ..." pria itu tertegun, "Ya sangat cantik". Seakan menyimpan banyak makna, jakun di lehernya turun naik. "Bahkan apapun wujudnya, ia tetap memawan".
"Baiklah, ceritakan padaku, Ayah" pinta Amarizc dengan senyum lain yang menyimpan makna. "Akankan pria tampan itu memberi ciuman cinta sejati padanya?"
Flyege menoleh cepat seakan ia dikejutkan sesuatu. Ia mengerutkan keningnya menatap putrinya tajam, penuh selidik.
Amarizc hanya tersenyum nakal.
"Ayolah Ayah, apakah Ratu Gagak itu akan mendapatkan ciuman cinta sejatinya? Semua fairy tale seperti itu." tanya Amarizc pada ayahnya.
Sang ayah terdiam. Ia menghela nafas panjang. "Tidak, karena dia tak menginginkannya." Flyege merunduk. Ia menyembunyikan sesuatu di benaknya.
"Aku tak percaya itu. Kau tahu ayah, terkadang ada wanita yang berprilaku sangat baik dan ia hanya menerima ciuman dari pria yang menikahinya. Seperti pesanmu padaku, bahwa para gadis Kwahdi tak kan mendapat ciuman dari pria yang belum menikahinya." Amarizc tersenyum nakal menghindar dari tatapan ayahnya. Sedangkan sang ayah, melirik curiga pada gadis remajanya dengan penuh tanda tanya.
"Tentu saja begitu. Bukan hanya Wanita Kwahdi, tapi kita Adthera sangat menghormati wanita. Tak kan menyentuhnya, jika tak menikahinya." Sebuah suara berat baru saja masuk ke area benteng. Rweda datang dengan pakaian jubah berwarna krem, tersampir selendang biru di bahunya sebagai pakaian resmi seorang penasihat perdana menteri.
"Paman Rweda ...?" Flyege menoleh.
"Kakek Rweda ...!" Amarizc membungkukkan badan, memberi hormat.Tak lama suara lain pun muncul.
"Kau tak punya rival lagi, karena telaga itu sudah mengakuinya dan aku selangkah lebih maju darimu, Flyege. Aku akan segera menjadi seorang ayah. Aku tak kan lagi memimpikan Ravenska dalam hidupku.""Pierce, istrimu akan melahirkan?" tanya Rweda.
"Benar paman. Dalam hitungan hari.""Selamat Pierce. Kau hebat!" Flyege meninju lengan sahabatnya.
Mereka terdiam saling melempar senyum. Amarizc kembali berbicara. "Kau boleh menikahinya, Ayah. Itu tak kan mengurangi rasa cintaku pada ibu. Sepuluh tahun sudah berlalu. Aku percaya kau mencintai ibu dengan cintamu yang tulus. Tapi sosok ratu di balik hutan pinus itu, ia pasti menunggu cintamu yang selalu kau sembunyikan itu, Ayah. Kau panglima yang berhasil mengembalikan kedaulatan Kerajaan Adthera ini. Kau perdana menteri yang bijaksana menjalankan negeri ini. Dan kau masih sangat tampan ayah. Dengan semua itu kau pantas mendapatkan kebahagiaan. Kau pantas mendapat hadiah terbaik dari kerajaan ini. Cinta lamamu."
"Amarizc ..." Flyege kehilangan kata-kata.
"Ayah, bolehkan aku mengurus semuanya. Hari ini aku berjanji akan bertemu dzo di tepi telaga. Aku akan mempersiapkan Ravenska untuk menjadi pengantin wanita. Kakek Rweda akan mengantarku."
"Oh, tidak. Apa yang kalian rencanakan?"
"Percaya pada kami. Pierce akan menyiapkanmu sebagai seorang pengantin pria," ucap Rweda.
"Ayah, kau akan mencium Ratu Adthera besok pagi. Kami rakyat Adthera tak mampu menunggu lebih lama lagi. Ayo Kakek Rweda, kita berangkat. Paman Pierce, titip ayahku! Buat dia menjadi pangeran tampan impian seluruh putri di dunia ini!"
Pierce terkekeh melihat Rweda dan Amarizc menjauh dari tempat mereka. Flyege panik, ia salah tingkah.
Pierce menatapnya dengan senyum tak simetris.
"A-apa yang kau lihat?" Flyege membuang tatapannya ke arah lorong tempat Amarizc menghilang dari pandangan.
Terdengar teriakan Amarizc menggoda, "Ravensa menunggumu ciuman cinta sejatimu, kesatria tampan!"...
KAMU SEDANG MEMBACA
RAVENSKA, The Epic of Fairy Tale [TAMAT]
FantasyPutri tunggal Raja Adthera, Ravenska, menghilang. Dia, satu-satunya yang bisa diharapkan menjadi pembebas bagi rakyat Adthera. Ternyata Ravenska mendapat kutukan. Menjadi manusia bertubuh burung gagak, yang tersembunyi dalam hutan pinus terkutuk...