30. (End 1)
10 Tahun kemudian.
"Aku datang untuk melaporkan yang Mulia Ratu Ravenska."
Ravenska duduk di singgasananya, menyilang kaki dan kedua tangan tersandar di lengan kursi.Cahaya matahari, pagi itu cerah, menembus jendela-jendela besar yang terbuka. Sinar itu menerpa tubuh Ravenska membuat tiara mungilnya riak gemerlap, menambah keanggunan sang ratu.
Tangan Ravenska memberikan tanda, bahwa ia menerima penghormatan pria yang bersimpuh di lutut dan mempersilakan untuk bangkit. "Baik, sampaikan laporanmu, Perdana Menteri!"
Pria itu mengangkat kepala, menatap sang ratu penuh percaya diri. "Benteng dan pertambangan yang telah kita kuasai dari Madhappa perlahan memberikan hasil. Menteri Pierce memimpin keberhasilan ini. Hasil tambang biji besi kita kirimkan ke berbagai wilayah di luar kerajaan sebagai komoditas perdagangan. Sebagian lain kita gunakan untuk membuat persenjataan dan juga beberapa peralatan yang diperlukan masyarakat, sepeti peralatan rumah tangga, alat pertanian, kendaraan, alat peraga pendidikan dan permainan anak-anak."
Ravenska mengangguk, paruhnya bergerak naik turun, "Bagus, bagaimana dengan pertanian, peternakan, perikanan?"
"Semua berjalan seperti dulu. Kwahdi kembali menjalankan sistem yang pernah berlaku ketika Father Gimra memimpin, Yang Mulia. Ladang padi tumbuh subur, dan lumbung tersedia di titik-titik tertentu. Tak ada rakyat yang kekurangan beras.""Baik. Bagaimana pertahanan dan keamanan kita di perbatasan wilayah?"
"Kami tidak lagi memperketat syarat masuk bagi pendatang. Tapi, pemeriksaan tetap dilakukan. Rakyat makin mencintai Kerajaan Adthera kita, yang mulia. Merekalah yang akan langsung menjadi pengaman pada hal-hal yang membahayakan kestabilan wilayah masing-masing."
Ravenska mengangguk. "Bagus. Kau mengendalikan ini semua dari Benteng Madhappa yang kau taklukan itu, Flyege?"
"Bukan saya, Yang Mulia. Saya hanya mengikuti arahan Anda dan penaklukan dilakukan oleh Paman Rweda."
Sang Rati terkekeh santai, "Kau merendah. Terima kasihku untukmu dan Pierce, juga Rweda. Kalian sangat berjasa untuk Adthera. Kesetiaan kalian tak mungkin kuragukan sedikitpun. Sebagai hadiah, aku minta bangunlah sebuah tempat tinggal yang layak untukmu dan Amarizc, Flyege. Juga untuk Rweda dan Pierce. Kepiawaian membangun negara ini dari masa krisis, sepuluh tahun ini pasti akan sulit, jika tanpamu Flyege."
Pria itu tersenyum. "Terima kasih, yang Mulia. Aku hanya menjalankan tugasku atas dasar kecintaan pada bangsa dan negara. Juga sebagai tanggungjawab atas darah Kwahdi-Adthera yang mengalir di tubuhku."
Ravenska mengangguk. "Baiklah, kau boleh pergi. Jika, kau ingin liburan, silakan Flyege. Bawalah Amarizc. Mungkin ia merindukan Ayahnya yang terlalu sibuk belakangan ini. Kau juga bisa mengajak Dzo keluar, mungkin ia ingin bertemu Rweda."
"Paman Rweda dan Dzo? Haha ... Mereka begitu keras kepala. Tidakkan Yang Mulia merasa perlu melakukan suatu tindakan agar mereka tidak keras kepala seperti ini?"
"Haha, ternyata kau sadar akan kisah cinta mereka, Flyege? Aku mengaguminya ... Mereka seperti ... Abadi."
Ravenska memandang kosong ke arah jendela yang terbuka. Ia baru tersadar ternyata kesatria di hadapannya tak menjawab. Ia hanya merunduk membuat Sang ratu kebingungan.
"Perdana menteri, ada apa? Ada hal penting yang perlu kau sampaikan tentang mereka? Sampaikanlah!" pinta Ravenska.
Flyege awalnya salah tingkah, tapi melihat Ravenska antusias, ia pun memantapkan posisi berdirinya. "Terima kasih, Yang Mulia. Ehm... Sebenarnya Amarizc merindukan Anda. Tapi, ... ehmm. Rweda pun sangat ingin menemui Dzo, untuk menyelesaikan hal-hal yang penting . Hanya saja, telaga itu ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
RAVENSKA, The Epic of Fairy Tale [TAMAT]
FantasyPutri tunggal Raja Adthera, Ravenska, menghilang. Dia, satu-satunya yang bisa diharapkan menjadi pembebas bagi rakyat Adthera. Ternyata Ravenska mendapat kutukan. Menjadi manusia bertubuh burung gagak, yang tersembunyi dalam hutan pinus terkutuk...