Chapter 1
Air telaga itu tenang, sangat tenang. Bahkan ketika sehelai daun jatuh dan mendarat di atasnya, hanya lekukan-lekukan gelombang kecil yang dibuatnya. Kejernihan air yang ia tampakan bak cermin pemberi refleksi langit biru yang membentang pongah di atasnya . Hijau pepohonan dan perbukitan, membentuk keindahan khas alam terbuka. Pemandangan yang menyajikan degradasi warna yang kontras, dengan gumpalan awan-awan putih yang melayang di udara. Pohon-pohon pinus --setinggi lebih dari 5 meter-- diseberang telaga, saling beradu tinggi, berbaris tanpa aturan memenuhi setiap celah mata memandang.
"Indah bukan?" Guaryl melingkarkan tangan di pinggang istrinya, Nhaxa. Merapatkan tubuh wanita itu pada tubuhnya, dan ia siap mendaratkan ciuman terbaik yang ia punya. Namun, terlebih dahulu ia memilih menikmati kecantikan wajah sang istri yang berhias semu malu serta semburat aura yang menggoda.
"Yaa... Kau memang suami yang hebat. Penuh kejutan". Nhaxa memicingkan mata. Giginya berbaris rapi bersanding dengan bibir tipis yang merona jingga, tampak begitu memikat. Memaksa jantung Guaryl memompa darah dengan cepat ke seluruh tubuhnya.
"Liburan kita Ini adalah hadiah untukmu, sayang. Kau yang setia mengurus Aku dan Amarizc" Jemari Guaryl menyibakkan rambut Nhaxa yang menghalangi mata indahnya, lalu mengaitkannya dibelakang telinga.
"Ok. Its wonderful. Aku terima itu" Nhaxa mengangguk pelan kemudian memandang sekeliling. "Thanks, honey".
Sekian detik mereka terdiam dan saling memandang. Melemparkan sorot mata penuh percaya diri dan saling mengagumi. Kedua insan itu menikmati setiap dentuman waktu yang berjalan, dan setiap inci jangkauan pandang mata yang beradu, menyampaikan pesan penuh nuansa kenakalan.
"Bisa, kita...?" Guaryl mendekatkan bibirnya pada bibir Nhaxa hingga hembusan nafas mereka berbaur.
"Kau gila, ini hutan. Dan ada Amarizc. Amarizc...?! Dimana dia?"Tiba-tiba Nhaxa teringat putrinya yang begitu aktif penuh sifat keingintahuan, tidak lagi berada di dermaga kayu tempat ia berdiri. Entah mengapa air yang sebelumnya hanya diam, kini bergerak cepat melingkar membentuk pusaran.
"Ayah... ah... Tolong... Ah... Ibu..." Amaticz bergerak timbul tenggelam, terombang-ambing. Tampak sepertinya ia mengarah ke tengah telaga.
"Amatizc...! TIDAAAK" Rona pucat menggantikan seluruh aura penuh cinta dari wajah Nhaxa. Naluri keibuannya spontan bereaksi. Ia melepaskan diri dari pelukan Guaryl dan segera berlari ke arah danau. Ia siap menceburkan diri ke dalam air yang sedang berputar.
"NHAXA, BERHENTI. DANAU INI TELAH DIKUTUK" Guaryl dengan cepat mengejarnya dan memeluk Nhaxa yang meronta dengan kuat. Guaryl menahan langkahnya tepat ditepi danau, saat percikan air menyentuh kaki mereka.
"Amatizc, Guaryl. PUTRIKU...!""TENANG...! Amarizc perenang ulung. Aku akan menyelamatkanya. Pergilah dengan kereta itu keluar hutan, dan cari bantuan, atau cari tali. CEPAT...!". Guaryl menunjuk sebuah kereta kuda yang mereka kendarai sebelumnya. Ditatapnya sesaat mata Nhaxa begitu lekat, lalu ia memberi kecupan singkat di bibir Nhaxa. "Pergilah, aku percaya padamu". Kemudian Guaryl berlari melesat menuju tepi danau. Dalam sekali lompatan ia pun telah terombang ambing di dalam air yang berputar.
"Amarizc..." Air mata telah mengalir di pipi Nhaxa. Raut panik dan kesedihan menyelimuti seluruh gerak tubuhnya. Ia melihat Amarizc yang timbul tenggelam mulai menjauh, makin merayap ke tengah. Secepat kilat Nhaxa memacu kuda mereka menyusuri jalan setapak untuk mencari bantuan.
Air telaga bergejolak hebat membentuk pusaran. Dengan susah payah Guaryl berusaha mendekat pada Amarizc yang mulai tak bersuara. Guaryl berhasil mencapai jarak lebih kurang 2 meter dari Amarizc.
"Ayah... Aku... Hah... Hah... Ayah...". Amarizc mulai kehilangan tenaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAVENSKA, The Epic of Fairy Tale [TAMAT]
FantastikPutri tunggal Raja Adthera, Ravenska, menghilang. Dia, satu-satunya yang bisa diharapkan menjadi pembebas bagi rakyat Adthera. Ternyata Ravenska mendapat kutukan. Menjadi manusia bertubuh burung gagak, yang tersembunyi dalam hutan pinus terkutuk...