🌜22. Kehangatan.🌛

34.8K 2.7K 224
                                    

Terlalu jauh perjalanan yang kita tempuh, namun terlalu dekat cobaan yang kita terima

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terlalu jauh perjalanan yang kita tempuh, namun terlalu dekat cobaan yang kita terima.

-Ladisya-

¶¶¶

Pukul 17:33.

Disya yang berjongkok seraya bersandar di pintu toilet, bersama Algi yang berdiri menekuk kakinya sambil menyilangkan tangan di dada.

Sungguh menyebalkan harus terkurung berdua dengan orang yang tidak kamu sukai. Ralat, orang yang kamu benci.

"Ini semua gara-gara, Lo!" sembur Disya bangkit menunjuk wajah Algi.

Sebelah alis Algi terangkat, melepaskan silangan tangannya. "Singkirin tangan, Lo. Ini juga bukan mau gue."

"Kalo Lo gak nyusulin gue ke sini, kita gak bakal terkurung di tempat sialan ini!"

"Berisik!" semprot Algi kesal.

Cowok itu mondar-mandir tak jelas. "Hp gue lowbat anju!"

"Percuma juga! Di sini gak ada sinyal!" Disya menunjukkan ponselnya dengan persentase baterai 49%.

"Ck! Si Naufal tai, tau berangkat sama gue, harusnya pulang juga bareng! Awas Lo, Fal. Maen tinggal aja!" Algi menggerutu.

"Pak Abdi kampret! Kelamaan jemput jadi gini, kan!" sekarang giliran Disya yang mendumel.





Pukul 21:19.

Hujan mengguyur dengan deras. Gelap, pengap, dan menyeramkan. Hanya sinar lampu dari ponsel Disya yang memberi sedikit penerangan.

Hawa dingin mulai menghinggapi keduanya. Disya meringkuk memeluk tubuhnya yang sudah terasa menggigil. Sakitnya akan segera kumat, bahkan membuat Disya berpikir jika usianya tak bisa sampai besok.

"Kenapa, Lo?" tanya Algi berjongkok.

"Gapapa." balas Disya singkat namun bergetar.

Ya sudah. Algi tidak peduli. Memilih bangkit, menyaksikan betapa horor suasana di toilet itu. Algi tahu, Disya sedang kedinginan saat ini. Tapi mengingat perlakuan Disya terhadap Inara membuat Algi malas.

Suara menggigil Disya makin jelas. Menyingkirkan seluruh gengsi, menepikan segala amarahnya, Algi berjongkok melepas jaket kulit hitam miliknya, kemudian ia pakaikan ke tubuh Disya.

Warm In The Arms ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang