🌜57. Definisi Romantis.🌛

36.2K 2.5K 563
                                    

Seringkali waktu menjadi penentu akhir dari perjalanan seseorang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seringkali waktu menjadi penentu akhir dari perjalanan seseorang. Tapi, bisakah terus bertahan bersamaku tanpa jenuh?

-Algifary-

¶¶¶

Coba ceritakan sedikit, seperti apa hal paling membahagiakan dan berkesan bagimu selama mengenal cinta. Juga, seberapa jauh perasaan itu memberimu luka.

Apakah pengorbanannya? Kata-kata bak puisi? Perlakuan manisnya? Atau bahkan, bersama dialah kamu merasakan ciuman pertama?

Sehebat apa dia yang mampu melarikan hatimu. Merampas tidur lelapmu. Dan dia yang mengganggu nafsu makan mu hanya karena memikirkan dirinya.

Sampai hari ini, hal terumit di dunia adalah mengurai kalimat bernama cinta. Satu kata sejuta makna. Tapi yang pasti saat kamu mengenal cinta, dunia sudah tidak berarti.

"Unghh... Aahh~ Algi." suara desahan memenuhi ruangan bercat putih di sana.

Tampak Algi yang begitu agresif menciumi leher Disya, sesekali menghisap menyisakan bekas kemerahan. Sembari tangan yang tak bisa diam selain bergerilya meraba bagian sensitif gadisnya.

Pasrah di bawah kungkungan Algi, Disya hanya bisa mendesah merasakan nikmat yang pertama kali baginya. Kembali bibir mereka berpagut saling melumat liar.

Algi yang kehilangan kendali sambil terengah-engah, mengecup daun telinga Disya lantas berbisik. "Tahan, ini bakal sedikit sakit, sayang."

Disya mengangguk di antara napas memburu berat. "Ummh... Pelan-pelan,"

Dalam remang cahaya, merasakan kuku-kuku panjang Disya meremas bahunya, Algi tahu sakit ini hanya setengah dibanding perih saat mencoba menembus dinding kenikmatan itu.

"Aw! Ssshh... Al, sakit..." Disya meringis perih. Ini benar-benar lebih sulit dari yang Algi bayangkan.

Berusaha menenangkan dengan memberikan kecupan kecil di bibir Disya, Algi ingin mencobanya lagi. "Sstt... Sakitnya cuma sebentar."

Lagi, Disya menganggukkan kepala. Menahan perih yang terasa cukup membuatnya pusing. Terdengar Algi menggeratkan gigi tanda susah payah. "Arggh! Umhh..."

Tangis Disya terdengar di balik dada bidang sang pacar. Sembari menggigit bibirnya kuat-kuat. "Sakit banget..."

Dikecupnya pipi Disya berulang kali. "Maafin aku, sayang."

••••••••

Mata Algi terbuka, mengerjap beberapa kali menyisir sekitarnya. Dan saat ini ia sedang berada di kamarnya. Sendirian. Tidak ada seorang Ladisya Isabelle. "Anjir, ngapain mimpiin gituan, sih?!"

Merubah posisi menjadi duduk, Algi menyugar rambutnya ke belakang. Apa yang barusan ada di mimpinya seakan nyata.

Jangan bilang jika ini pengaruh bisikan dari Naufal yang membeberkan pada Disya jika Algi adalah, ya... Begitulah. Belum lagi berita aneh bagi-bagi seratus ribu kondom gratis. Sungguh? "Algi goblok!"

Warm In The Arms ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang