🌜51. T o D.🌛

36.9K 2.7K 503
                                    

Suatu hal yang tidak mungkin bagiku adalah meninggalkanmu. Hanya satu kepastian, senyummu, duniaku

-Algifary-

¶¶¶

Manusia yang sedang jatuh cinta bisa diprediksi merasa bahwa dunia hanya milik berdua, yang lain hanya numpang bernapas saja. Tidak penting.

Dua manusia dalam satu hubungan pastilah membagi rasa, cinta dan cerita.

Jangan bersikeras menemukan yang materinya berlimpah ruah. Ataupun yang sempurna layaknya dalam cerita romantis. Karena dunia, penuh celah dan cacat.

Temukan saja dia yang sukarela tersenyum bahkan ketika kalian sama-sama dilanda pahit. Bertemu dia yang tentunya menjadikan ketentraman hatimu sebagai prioritas.

Karena sekali lagi, yang sempurna hanya terdapat dalam cerita fiksi saja.

Senyum Algi mengembang melihat kaus kebesaran miliknya di tubuh Disya. Sama-sama memilih tidak masuk sekolah untuk quality time berdua.

Teruntuk Algi sendiri sudah meminta tolong Naufal mengirimkan surat absen, dengan alasan sakit untuk satu minggu ke depan.

"Baju kamu kegedean. Tapi aku juga gak punya pilihan lain." Disya duduk di kursi dekat lemari.

Algi yang hanya mengenakan celana pendek serta singlet army pun terkekeh. "Abis ini kita keluar cari baju."

"Kalo kepergok anak buah mama, gimana? Untuk kali ini aku beneran capek, Al."

Algi mendekat, lalu mekuk kakinya di depan Disya. "Apapun pasti bisa kita lewati sama-sama, kan? Percaya sama aku."

"Aku percaya."

Dari jarak sedekat ini bisa Disya lihat dengan jelas kumis serta jambang tipis menumbuhi dagu juga sekitar bibir. Meraba lembut wajah Algi. "Kamu belum cukuran?"

Algi mengernyit, lantas cengengesan. "Belum. Kumisnya udah tebel, ya?"

Disya mengangguk membenarkan. "Kamu keliatan lebih dewasa, Al. Kek ... Om-om mesum."

Mata Algi membola. Sepertinya ini waktu yang tepat untuk menggoda gadisnya. Menggaruk dagunya sok misterius, Algi tersenyum smirk. "Om mesum ini menginginkan daun muda..."

Selanjutnya Algi menggelitik perut Disya membuat gadis itu tertawa kegelian. Mendapat celah menghindar, Disya kabur dan keduanya terlibat kejar-kejaran di dalam kamar.

Begitu tertangkap, Algi menarik Disya untuk kemudian ia tarik ke tempat tidur menjadikan posisi Disya di bawahnya. "Kena kamu sekarang gadis kecil."

"Apaan coba," Disya menoyor pipi Algi sambil tertawa renyah. Membayangkan saat ini yang menggodanya memang Algi versi om tua.

Algi pun ikut terkikik. "Loh, bener kan kamu kecil buat aku. Aku lebih gede dari kamu, adek kelasku."

"Setaun doang, lebay!" cetus Disya menjepit hidung Algi.

Semakin mendekatkan wajahnya, Algi tersenyum. "Selisihnya dikit, sayangnya yang banyak."

Warm In The Arms ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang