🌜53. Muka Topeng.🌛

33.9K 2.5K 720
                                    

Dear kamu, jebakan terbaik yang pernah merangkap ku adalah, ketika aku jatuh sedalam-dalamnya untuk mencintaimu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dear kamu, jebakan terbaik yang pernah merangkap ku adalah, ketika aku jatuh sedalam-dalamnya untuk mencintaimu.

-Algifary-

¶¶¶

Ada beberapa bagian terpisah yang tak lepas dari sifat manusia ketika memperoleh masalah. Pertama, mereka menyalahkan diri sendiri hingga mengeluarkan caci maki.

Kedua, mereka menyalahkan takdir dan menganggapnya tidak adil. Padahal jika mau, mereka seharusnya mengambil pelajaran atau hikmah.

Atau yang lebih parahnya, ada yang sampai menyalahkan Tuhan. Mengeluh seolah hidup mereka hanya penuh dengan riwayat luka.

Bukan diri sendiri, bukan takdir, bukan pula Tuhan. Pada dasarnya apa yang memang terjadi sudah digariskan sejak awal, dan sebelum itu kamu sudah diberi kekuatan. Baik urusan fisik, ataupun jiwa.

Dan tentu saja hatimu sudah siap akan segala rasa duka lara, senyum tawa, juga bahagia serta kecewa. Meskipun sabar sudah bosan didengar, tanpanya kamu takkan maju ke depan.

Algi kira, jawaban sabar hanya dapat ia simpulkan dari sang Mama, atau bahkan gadis polos seperti Inara. Lepas dari semua itu, Disya, gadisnya adalah yang paling layak menyandang kata sabar.

Hebatnya, bentuk sabarnya terkubur dalam oleh sikap arogan yang ia gunakan sebagai penutup. Sejak mereka masuk mobil, bahkan hingga hampir sampai rumah Disya, gadis itu diam seakan tak tersentuh.

Sampai kini Algi memasuki kamarnya dan merebahkan diri, ia masih dihantui rasa penasaran kenapa kekasihnya itu hanya diam.

Tak membiarkan Algi mengantarkannya sampai ke dalam rumah sebagai bentuk tanggung jawab Algi sendiri. Disya diam menyisakan tanya serta siksaan untuk cowok jangkung ini.

"Hpnya belum aktif." Algi gerah. Mungkinkah saat ini Disya sedang mendapatkan pukulan bertubi seperti biasanya?

"Hubungi aku kalo kamu udah pegang hp," Algi mengirimkan pesan suara. Hatinya penuh gundah.

¶¶¶

"Stop!" Disya menahan gagang sapu yang bersiap menghantam kepalanya saat ini juga. "Udah cukup rasanya aku diam dengan semua siksaan yang Mama kasi!"

Selayaknya sama-sama bercermin, baik Disya maupun Marie saling menatap tajam penuh kebencian. "Jangan lupa kamu siapa! Kamu—"

"Aku anak haram, anak jahanam, anak yang enggak Mama inginkan sama sekali! Berulang kali Mama mengingatkan tentang siapa aku dan statusku!"

Warm In The Arms ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang