Kalau keraguan itu lebih banyak, pergilah sebelum perasaan ini terlanjur dalam.
Sebab sampai hari ini, obat patah hati belum ditemukan.-Ladisya-
¶¶¶
Janjian untuk menonton di bioskop hari minggu ini ditunda. Inara sedang mempersiapkan ulang tahun tunggal untuk Galins, dan meminta tolong Algi membantunya membelikan kado.
Berusaha untuk tidak cemburu ataupun memonopoli Algi sebagai miliknya, Disya tetap tidak protes. Berada dengan status pacar, tak lantas Disya mengklaim bahwa Algi hanya untuk dirinya.
Ini pertama kali Disya pacaran, dan fokusnya terbagi antara memberi kebebasan dalam rasa tidak rela, atau mengekang yang bisa saja membuat Algi hilang rasa.
Algi.
Nontonnya minggu depan, gapapa kan?
Hm. Gpp.
Oke;)
Mgkn gue bkl bls lama.
Santai aja.
Balasan tigapuluh menit yang lalu belum dibalas. Disya seperti orang bodoh memandangi layar ponselnya. Ada perasaan yang tidak bisa ia jelaskan sekarang. Ingin marah dan mengeluarkan sisi lamanya, tetapi ia dibatasi oleh kalimat sabar.
"Cinta bikin orang lemah, gue pikir itu cuma hoax." gumam Disya mencari posisi nyaman di tempat tidur.
"Alaah tai!" umpat Disya melemparkan bantalnya ke lantai. Baru saja Disya melangkah keluar, mendapati pembantunya berdiri di depan pintu.
"Nona, ada Tuan Zendro di ruang tamu." lapor asisten tersebut.
Mata Disya membola. "Bibik ijinin masuk?!"
"Dia maksa, Non. Katanya sudah dapat ijin dari nona." pungkasnya lagi.
"Bangke!" Disya segera berlari menuruni tangga, dan benar saja, sudah ada Zendro di sana. Mengamati foto masa kecil Disya yang terpajang sepanjang dinding.
"Lancang banget lo masuk ke rumah gue!" raung Disya bersedekap marah.
Zendro membalikkan badan. "Selamat pagi, sayang. Kasi sambutan yang manis buat calon suami lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Warm In The Arms ✔
Novela Juvenil"Ketika orang yang paling dibenci, berubah menjadi orang yang paling disayang." Dia yang tidak kamu sukai. Dia yang masuk ke dalam daftar orang-orang buruk dalam hidupmu. Ketika kamu begitu membenci seseorang, Bahkan mungkin kebencian itu menjurus p...