🌜42. Warm In Your Chest.🌛

40.6K 2.5K 633
                                    

Siapa yang lebih malang dariku saat memperoleh siksaan? Tapi, tidak ada yang lebih beruntung dibanding aku saat memperoleh pelukan darinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siapa yang lebih malang dariku saat memperoleh siksaan? Tapi, tidak ada yang lebih beruntung dibanding aku saat memperoleh pelukan darinya.

-Ladisya-

¶¶¶

Rate 18+
Kamu ngerasa masih dd gemesh, menyingkirlah kau 😆

¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶

Rahasia demi rahasia mulai terungkap. Membuka pikiran Algi akan banyak hal yang membuatnya seringkali bertanya, apakah ini nyata? Tentu saja.

Apa yang kalian lihat, saksikan, bahkan kalian sudah merasa bak komentator handal untuk kehidupan orang lain, sejatinya hanya tampilan luar.

Bukan tidak mungkin ada orang di luar sana yang hidupnya lebih menyedihkan dan misterius lebih dari Disya. Belajarlah kawan, bahwasanya menilai orang lain secara sepihak takkan membuatmu terlihat hebat.

Hanya sampah praduga yang dioper ke sana ke mari yang dinamakan omong kosong.

Terhitung sudah sekitar duapuluh lima menit lebih mereka di bawah guyuran air hujan. Dingin, bibir Disya bergetar.

"Algi bego!" Algi mengumpati dirinya yang sudah melupakan fakta yang ia ketahui jauh-jauh hari jika Disya-nya mudah diserang hipotermia.

"Dingin, Al." ungkap Disya bergetar, bahkan bibirnya mulai membiru.

Bergegas Algi mengangkat tubuh langsing itu ke dalam gendongannya. "Lo gak akan kenapa-napa, gue janji."

Menendang kecil pintu untuk kemudian masuk ke dalam rumah, udara semakin dingin dan tidak ada tanda bahwa hujan akan segera reda. Begitu masuk ke dalam kamar dan membaringkan Disya, lampu seketika padam. "Sial!"

Disya makin menggigil, namun berusaha menjangkau kotak musik pemberian Algi, memutarnya dan otomatis mengeluarkan cahaya remang. "Masih dingin?"

"Ba-baju gu-g-gue basah, Al." lirih Disya.

Suatu kebodohan yang Algi lupa perhitungkan. Mengusap kasar bekas air hujan di wajahnya, Algi berjongkok di pinggiran ranjang. "Sya, bertahan. Maaf."

Mengangguk lemah pada Algi. Ungkapan maaf yang dimaksud sama dengan meminta ijin untuk menanggalkan kaus hitam polos milik Disya.

Begitu mendapat ijin, Algi bergerak gesit meloloskan baju basah itu, lalu menarik selimut untuk Disya. "Sebentar lagi lo bakal hangat."

Anggukan kecil, menaikkan kadar kepanikan Algi. Tubuh Disya masih bergetar. "Di laci ada--ada minyak kayu putih."

Warm In The Arms ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang