🌜6. Manusia Muka Dua.🌛

39.8K 2.6K 137
                                    

Kalau gak suka itu, gak usah peduli sama sekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalau gak suka itu, gak usah peduli sama sekali. Bukannya kebanyakan ngebacot!

-Ladisya-

¶¶¶

Sejauh matanya memandang, Algi tidak menemukan Galins ataupun Naufal. Bahkan, motor dua temannya itu tak ada di parkiran. "Tumben pada balik duluan."

Algi memilih menghampiri motornya, berencana untuk nongkrong sebentar entah kemana. Soal teman, Algi tak hanya selalu ditemani dua sahabatnya. Bisa saja itu para gadis-gadis yang mendamba menjadi kekasihnya.

Dirogoh ponsel yang ada di saku, menggaruk hidungnya sebentar yang terasa gatal kemudian mengangkat telepon. "Kenapa, Les?"

"Gue lagi di mongki brend kafe nih. Bisa kesini gak, Al?" suara seorang gadis.

"Gue otw." tutup Algi mematikan sambungan telepon.

Bergegas menaiki ninja merahnya untuk kemudian menuju tempat tujuan. Algi akan bertemu seorang gadis yang kurang lebih lima bulan ini sering bertukar pesan dengannya. Yang sebenarnya gadis itulah yang sering menghubungi Algi terlebih dahulu.

Sesampainya di kafe yang menyediakan pemandangan pinggiran kota, dengan rumah kaca bernuansa vintage, Algi turun dari motor.

Dari pintu masuk Algi sudah mengenali gadis yang duduk di pojokan sana. Masih mengenakan seragam sekolah. "Udah lama?"

Gadis berambut kemerahan itu mendongak yang tadinya asik bermain hp. "Baru sepuluh menit. Silakan duduk, lo mau pesen apa? Biar gue yang traktir."

"Jus alpukat aja." balas Algi seadanya.

Pelayan menghampiri meja kedua remaja tersebut. Algi menyebutkan pesanannya, kemudian si pelayan pergi. Lessy menatap Algi penuh minat. Memperhatikan cowok itu menunduk seraya bermain hp.

"Seminggu gak ketemu, lo makin ganteng aja, Al." buka Lessy mengetuk-ngetukkan jarinya di meja.

Algi menoleh, tersenyum tipis mampu membuat Lessy meleleh. "Lo juga cantik."

Jantung gadis ini terlalu lemah sehingga bertalu-talu hanya dengan tiga kalimat yang Algi beri. "Lo beneran jomblo gak sih, Al?"

Kali ini Algi memilih fokus pada lawan bicaranya. Bagaimanapun juga, ia harus sopan. "Beneran. Kenapa? Mau nyalon?"

Lessy terkekeh, menoyor lembut pipi Algi. Bukannya suasana menghangat, jantung gadis itu kian berdegup kencang. "Boleh. Btw, Lo betah banget sendiri."

Status memang jomblo. Tapi teman kencan bertebaran. "Belum nemu yang cocok."

"Al,"

"Hm?" balas Algi.

Warm In The Arms ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang