Aku di sini akan membuatmu mengerti arti cinta, tanpa harus mengucapkan cinta.
-Algifary-
¶¶¶
Jadi, kamu mencintainya karena dia indah? Atau, dia indah karena kamu mencintainya? Sederhana, bukan perihal apa yang dilihat oleh mata, namun apa yang dirasakan oleh hati.
Sejauh mana kamu terjebak oleh perasaanmu sendiri? Sudah sedalam apa rindu menarikmu hingga ke dasar? Nyatanya, bukan pesonanya yang kuat, pertahanan mu saja yang rapuh.
Membicarakan rindu, seringkali seseorang kehilangan tidur lelapnya hanya untuk memikirkan orang yang bisa jadi sedang tidur nyenyak tanpa memikirkannya balik.
Dan sebaik-baiknya mencintai adalah kala perasaanmu terbalas. Berjuang bersama bagaimana caranya mempertahankan sebisa mungkin hingga titik yang ditentukan.
"Ini mimpi," setelah sepenggal kata keluar dari mulutnya, Algi berlari menuju Disya yang posisi kepalanya berada di anak tangga terakhir.
Berhenti di depan Disya sambil berkacak pinggang. "Ini prank, aku tau. Bangun, udah ketauan duluan."
"......" hening tanpa jawaban. Algi masih di posisinya, lalu berjongkok.
"Sya, prank kamu gagal. Udah ya, kita baikan, oke? Gak pake bales dendam gini." lanjutnya cengengesan.
Masih tidak ada pergerakan apa-apa. Algi masih terus menanamkan pikiran positif di kepalanya. "Disya, udah eh, bangun."
Kali ini tidak. Pikiran Algi berkabut saat pisau mengkilap berlumur darah itu berada tepat disamping Disya. "Sayang, ini gak lucu sumpah."
Begitu hati-hati Algi memangku kepala yang nampaknya mengeluarkan banyak darah. "Disya kamu kenapa, Sya?"
"......"
"Hey, ini bales dendam paling terniat, plis." tangan Disya dingin, napasnya tidak ada. Tidak lucu, bukan?
Algi meneguk ludah secara tercekat. Napas cowok itu tertahan. Ditepuknya pelan pipi Disya. "Oke, aku tau, aku yang salah, aku minta maaf. Waktu itu aku prank kamu, aku minta maaf juga. Udah sekarang stop aktingnya."
"......"
"Sya, i swear, this is not funny!" Algi mengguncang tubuh Disya, berharap ini hanya candaan terburuk atau mimpi.
"Disya, sayang plis jangan ngerjain aku kek gini! Sya!" mata Algi memerah, suaranya sudah terdengar bergetar.
Jangan katakan jika saat ini seorang Algifary Wirapandu berkaca-kaca dan sudah akan menangis. Mengecek denyut nadi Disya dan masih ada, Algi merasa punya harapan.
"Oke, kita ke rumah sakit sekarang. K-ka-kamu gak boleh ninggalin aku, Sya. Gak boleh." Algi langsung membawa Disya ke dalam gendongannya.
"PRANK!!!" Disya berteriak di telinga Algi, sembari melingkarkan tangannya di leher sang pacar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Warm In The Arms ✔
Teen Fiction"Ketika orang yang paling dibenci, berubah menjadi orang yang paling disayang." Dia yang tidak kamu sukai. Dia yang masuk ke dalam daftar orang-orang buruk dalam hidupmu. Ketika kamu begitu membenci seseorang, Bahkan mungkin kebencian itu menjurus p...