🌜44. Mr. Wirapandu.🌛

35K 2.5K 731
                                    

No matter how the dark your world, everythings will be alright when anybody hold your hands

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

No matter how the dark your world, everythings will be alright when anybody hold your hands.

-Ladisya-

¶¶¶

Sekitar lima menit sebelum Lessy tiba, pihak dokter sendiri memperingatkan bahwa waktu mereka sudah tidak banyak lagi karena kondisi Disya yang semakin menurun drastis.

Pikiran kusut, bercabang dan sekarang rasanya tertekan untuk Algi. Ditambah kakaknya menjawab ringan bahwa ia menerima syarat dari si gadis kecil, Lessy.

Tatapan Algi yang tak lain mengarah pada sang kakak seolah berisi tanya 'apa maksud lo, bang'. Lalu Rovez abaikan dengan raut muka tenang bak tembok.

"Al, kakak lo aja setuju. Setelah memastikan cewek itu selamat, kita resmi pacaran." Lessy mengelus lembut lengan Algi.

"Gue—"

"Apakah sudah mendapatkan pendonor? Kami para dokter belum—"

"Dia pendonornya, dokter. Bisa dilakukan transfusi sekarang?" sela Rovez mengamit lengan Lessy yang tentu ditepis gadis itu.

"Tentu saja, mari ikut kami." dokter tadi mempersilahkan dengan amat buru-buru.

"Gue gak akan masuk sebelum lo sendiri bilang setuju, Al!" tegas Lessy tak ingin dipaksa.

Mata Algi melirik Rovez dan hanya dibalas anggukan serta pancaran keyakinan penuh di mata saudaranya. "Gue terima. Ini semua demi Disya."

"Ambil darah saya seperlunya, dokter." Lessy menghilang di balik pintu ruangan Disya.

Galins dan Naufal yang belum tahu arah duduk permasalahan memilih diam. Terlalu sensitif menyuarakan bahwasanya mereka tak setuju. Algi maju berekspresi tegang. "Bang, kok serumit ini?"

"Terus lo mau apa? Biarin cewek lo mati sia-sia?" Rovez duduk memainkan ponselnya di kursi tunggu.

"Gue tau, dan gue gak mungkin ngelakuin itu. Tapi seterusnya gimana? Saat ini Disya lagi dalam kondisi gak baik, gue gak mungkin nambah penderitaannya." cerocos Algi berujung protes.

Rovez menarik napas memejamkan mata. "Kalo kalian jodoh, gak bakal kemana."

"Kelewat santuy si abang, mah." Naufal berceletuk. Galins yang melirik sinis agar sahabatnya itu tak ikut campur.

Melirik jauh ke sudut ruangan sana, Rovez terkekeh kecil melihat punggung Zendro pergi meninggalkan rumah sakit. Barulah Rovez berdiri, menepuk bahu adiknya. "Lo cuma untuk Disya, bukan sama makhluk licik kek cewek itu."

"Tapi, bang! Lo mau ke mana!?" teriak Algi menatap punggung Rovez kian menjauh.

"Mau beli minum." sesantai itu Rovez menjawab.

Warm In The Arms ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang