8. Coba Dulu, Coba Lagi

1.3K 272 171
                                    

Nggak nyangka ternyata aku bisa seproduktif ini, LOL. Biasanya update seminggu sekali udah syukur buat satu cerita. Da power of being SeungWoodz bucin is no joke.
Mumpung lagi ada waktu luang juga. Bantu ramein ya gengs~

#BangSaka atau #MasEdsel nih?

-

Edsel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Edsel

Oh, I really miss Jakarta.

Iya, gue tahu banyak hal yang bisa diprotes dari Ibu Kota ini. Panasnya, polusinya, orang-orangnya, kehidupannya, tapi pada akhirnya gue lebih terbiasa ada di hiruk pikuknya kota ini daripada jadi orang asing di negara sebelah.

Gue baru sampai jam 5, dan begitu sampai di apartemen, Saka dan Adara belum pulang. Karena itulah begitu selesai membersihkan diri, gue keluar dan nongkrong di kafe lantai bawah, berkutat dengan laptop.

Tujuan awal gue sebenarnya sederhana, hanya untuk ngemil ringan, minum latte, sambil mengurusi pekerjaan karena gue sendiri tidak bisa tidur lagi. I’ve been sleeping since my flight, tidur sampai kenyang. Tapi gue hanya bisa mengoperasikan laptop gue selama 15 menit, karena setelahnya ada satu orang yang menepuk pundak gue, tersenyum lebar dan duduk di sisi lain meja.

“Akhirnya ketemu lo juga, Sel.”

Butuh beberapa detik bagi gue untuk mengenal cowok di depan gue ini. Samudra. Teman sekelas gue dari zaman SMA, sejurusan di kuliah walaupun beda kelas. Terakhir yang gue ingat, dia nggak seberisi ini.

Well, people said when you’re getting fat, it’s mean your life is getting better. Yah, hal itu nggak pasti sih, karena kalau terlalu berisi juga, yang ada makin banyak kemungkinan penyakit yang siap menyerang. Tapi kelihatannya Sam juga bahagia banget, so I think it’s good.

“Gila, gue mau ngehubungin lo susah banget,” kata Sam begitu selesai memesan. “Ternyata ketemunya di kafe, ya?”

Gue tertawa. “Tinggal di sini gue.”

“Eh, serius? Kok gue nggak pernah ngelihat lo, ya?”

“Emang lo di sini?”

Sam menggeleng. “Adik gue sih, tapi beberapa kali gue ke sini bareng Nyokap.”

“Mungkin lo lagi nggak beruntung.”

Kami berdua sama-sama tertawa. “Jadi, gimana kabar lo? Masih sama si couple itu?”

Tadinya gue mau langsung membalas dengan jawaban biasanya—baik, good, pretty cool, you name it—tapi perhatian gue langsung teralih karena pertanyaan terakhir dari Sam barusan.

Couple? Siapa?” tanya gue.

Anggukan dari Sam langsung menyambut pertanyaan gue. “Iya. Siapa tuh, Saka sama Adari, kan?”

Manipulasi Rasa & Enigma RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang