[Manipulasi Rasa: COMPLETED]
[Enigma Rasa: Soon]
Tiga rumah berderet membuat Adara mengenal Saka dan Edsel.
Sekian tahun berlalu, jalinan berlabel sahabat terbentuk. Satu janji dibuat bersama untuk mempertahankan hubungan yang ada.
Tapi, katanya seb...
Pengen update dari kemarin, tapi listrik mati. Batere habis. Lepi nggak bisa nyala. Percayalah aku sampe ke indomaret buat ngecharge powerbank dan cuman dapet 3%. Mau hehe aja :))) Dan mumpung lampu lagi nyala, mari dirayakan~
And happy belated birthday buat BangSat-maka :")
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Saka
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Wah, bapak kita yang satu ini lagi kehilangan partner threesome-nya.”
Itu kalimat yang menyapa gue begitu masuk kantor. Memang, sarap semua ini anak-anak event coordinator. Sekarang bahkan masih jam 8, bahkan sesi brunch pun belum mulai, tapi ini omongan mereka semua sudah kayak mobil rongsokan yang kena oli dan habis menjelajah di Gurun Sahara selama 1 bulan. Kotor!
“Jadi jomlo sekarang, ya, Pak?”
Gue hanya bisa mengelus dada. “Ya Allah, tolong kuatkan hamba-Mu yang difitnah ini,” kata gue, dan yang ada anak-anak di ruangan malah ketawa.
“Sebegitu jomlonya lo ya sampai milih untuk threesome? Sekarang ditinggal.” Dari dekat printer, Revan menyeletuk. Minta dilempar sepatu, tapi kalau kena printer kan bahaya gaji gue.
“Padahal itu ada anak magang di bagian PR* yang ngebet sama lo, tahu, Sak.” Sekarang celetukan baru terdengar dari arah pintu, dan gue melihat Mbak Anya yang baru saja masuk.”Mau numpang nge-print dong. Yang di tempat gue tintanya habis nih. Odi lagi beli refill.”
(*Public Relation)
Ini, yah, nggak sukanya gue. Edsel sama Adara nggak ada, adanya gue jadi bahan ejekan. Bukan hanya dari tempat gue, tapi dari divisi lain—Mbak Anya misalnya nih—juga. Niatnya numpang nge-print, ternyata numpang bahagia dengan meledek gue juga.
“Mending sendiri daripada bagi-bagi, Sak,” timpal Revan.
“Tolong, ya, saudara-saudaraku yang beriman, ini masih pagi. Can we keep this x-rated convo later?” Gue memutar mata malas kemudian beranjak dari kubikel gue sambil membawa beberapa map.
