It's kinda unexpected karena cerita ini baru satu bulan lebih dan udah mau setengahnya aja. Da power of bucin(ing) SeungWoodz is no joke LOL. Doain moga cepat kelar ye, biar kalian dapat kejelasan dan mas SeungWoodz yang lain bisa aku keluarin dari draft. Tanganku gatel 🙈
Btw, masih tetap di kapal kalian?
-
Saka
Kalau ada penghargaan yang pasti akan gue dapatkan, gue yakin gue akan jadi orang paling bego sejagat raya.
Bukan bego yang dihitung dengan tolak ukur ilmu eksakta, tapi bego dalam definisi yang sebenarnya. Bego yang sampai-sampai gue mempertanyakan apa yang gue lakukan dan kenapa gue memilih semua itu tanpa berpikir lebih panjang.
Tapi sekalipun gue berpikir, pilihan gue pun belum tentu berubah.
Karena gue sudah di sini, di dalam ruang pesta, duduk di sebelah Kina, dan gue tahu pilihan gue ini nggak akan bisa gue ubah. Gue nggak bisa meninggalkan Kina sendirian sekalipun gue menyesali semuanya.Seharusnya gue bilang ke Kina waktu dia datang ke apartemen gue secara dadakan, kalau gue sudah ada teman buat ke nikahannya Sam. Sudah ada Adara dan Edsel. Hanya saja begitu ingat mereka berdua, gue justru menganggukkan kepala, dengan mudahnya bertanya apa Kina mau gue jemput.
Salah, memang. Tapi mau menyalahkan pun, nggak ada yang bisa disalahkan kecuali gue.
And, yes, ini memang bentuk kebegoan seorang Satmaka Bagas Sasongko.
Pernah dengar teori soal toko utama animasi Jepang? Berdasarkan analisa gue yang paling dalam dan matang, tokoh utama biasanya punya ciri khas: bego, ceroboh, sering gagal, tapi akhirnya sukses. Kalau hal tersebut gue bandingkan dengan gue, apa itu berarti gue sekarang merupakan tokoh utama yang nantinya bakal sukses, bisa bikin peradaban baru atau paling nggak jadi Hokage?
Kayak gue hidup di Konoha aja. Ini Jakarta. Ini realita. Ini hidup.
Mungkin hidup gue bakal lebih mudah kalau gue disuruh nyari kyuubi daripada mikirin soal cinta begini.
Tolong, gue mau jadi ninja aja.
“Saka.”
Bisikan yang terdengar dari samping membuat gue menoleh, menemukan Kina yang duduk dengan satu tangan yang memegang perut, sementara satunya lagi meremas lengan kemeja gue. Ada rintihan pelan yang terdengar, dan Kina juga kelihatan pucat.
“Kenapa, Kin?” tanya gue. “Kok kamu pucat gitu?”
“Perut aku nggak enak,” bisik Kina, matanya tertutup selagi dia mengaduh.
Sesaat gue perhatikan Kina. Gue ingat banget dulu Adara pernah begini, sampai tangannya memukuli punggung gue selagi dia mendesis karena kram perut yang katanya terus menusuk. Biasanya kalau begitu, Adara sudah masuk ke dalam siklus bulanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Manipulasi Rasa & Enigma Rasa
Roman d'amour[Manipulasi Rasa: COMPLETED] [Enigma Rasa: Soon] Tiga rumah berderet membuat Adara mengenal Saka dan Edsel. Sekian tahun berlalu, jalinan berlabel sahabat terbentuk. Satu janji dibuat bersama untuk mempertahankan hubungan yang ada. Tapi, katanya seb...