26. Ruang Hampa

1.1K 226 109
                                    

Bring some good news, eaa. Dari lomba kampus, hasilnya aku masuk tiga besar. Waktu aku nggak apdet di wetpet aku pake buat produktif di tempat lain. Hamdalah hasilnya memuaskan wkwk. So sebagai bentuk syukur, mau apdet trio curut dulu. Anw udah denger podcastnya belum? 😏

Aku apdet lagi kalo komennya udah ratusan gapapa ya?

P.s: kemarin bab ini aku takedown

*

Edsel

Kegiatan sehari-hari gue sebenarnya nggak berbeda dari orang lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kegiatan sehari-hari gue sebenarnya nggak berbeda dari orang lain. Bangun tidur, mandi, sarapan—kadang hanya sekadar minum jus, susu, kopi, atau bahkan air putih doang—kemudian bekerja, kadang lembur, dan pulang. There is nothing special. But then, I found someone special.

Bukan someone sih. Tapi dua. Dua orang yang jadi sumber tawa gue bahkan di saat nasib sedang nggak minta untutk ditertawakan. Kalau hidup diibaratkan kertas putih, gue menulisnya dengan tinta hitam, sementara Adara dan Saka yang menggoreskan berbagai warna di kertas putih gue itu.

Kalau diingat-ingat, sejak kecil juga hidup gue begitu-begitu aja. Bangun, siap-siap, diantar ke sekolah, pulang dijemput, meluangkan beberapa menit untuk bermain dengan Snow White—sekalipun hanya sekadar gue elusin atau hanya duduk sampingan—kemudian masuk ke dalam rumah untuk mengerjakan PR. Press the repeat button for the next day.

Semuanya begitu-begitu saja, sampai di kelas 3 SD, di hari kamis selesai pramuka, Saka tiba-tiba menghampiri gue, menyodorkan jambu air dari tangannya yang tergores-gores, seragam yang kotor, juga dedaunan yang anehnya melekat pada rambutnya.

Saka persis seperti Tarzan tapi versi masih ingat cara berpakaian.

"Nih, mau nggak? Aku habis manjat pohonnya Pak Samsul."

Sekarang gue hanya bisa mengingat doang. Karena sekarang kertas putih gue hanya bisa gue warna sendiri. Dalam tiga hari ini, yang ada hanya warna hitam. Boring, monoton, dan sepi. Dan gue harus membiasakan diri dengan semua ini.

This is what I have chosen.

Tapi memang, mengubah sesuatu di saat kita sudah terbiasa bukanlah hal yang mudah. Ada saat di mana gue berharap bisa dengan mudah melangkah dan menghampiri Adara, tetap bersikap seperti biasanya di saat melihat dua sahabat gue itu berbagi tawa, dan jadi tempat sampah mereka berdua.

It's been my job for 20 years, but probably I've been keeping the job for too long. Mereka juga sudah nggak membutuhkan gue sebagai perantara dan tempat sampah.

Hari ini, gue mendapati libur selama dua hari karena jam kerja gue yang kelebihan. Gue bahkan nggak sadar akan itu, sampai Elang, atasan gue, bilang bahwa gue hampir seminggu lebih lembur. I don't realize it until he said he saw me as someone who needed some break.

Manipulasi Rasa & Enigma RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang