14. Kenyataan Asam Manis

1.2K 221 281
                                    

X1 akhirnya debut. Seungwoo Seungyoun di mana mana. Pusing hati sama kepala.

Lagi sibuk-sibuknya ngurusin ospek, berangkat pagi malah bikin sinus kumat. Herman. Lemah banget diri ini.

Anw, enjoy~ habis baca ini jangan gigit aku.

-

Adara

Biasanya, tiap makan siang aku selalu punya teman, paling tidak ada Mas Edsel dan Bang Saka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Biasanya, tiap makan siang aku selalu punya teman, paling tidak ada Mas Edsel dan Bang Saka. Tapi sejak pagi tadi Mas Edsel sudah dapat pekerjaan di luar kantor, dan teman-temanku yang lain sudah janjian untuk memesan dimsum di restoran yang baru buka.

Aku bukannya nggak suka dimsum sih, hanya perutku ini perut orang lokal banget kalau makan harus makan nasi, atau paling nggak butuh asupan mi dan micin. Jadi, dengan desakan dari perut, aku mengisi satu meja di kantin seorang diri.

“Cewek, sendiri aja nih?” terdengar suara siulan dari belakangku.

Kursi di hadapanku yang kosong langsung terisi. Bang Saka duduk di sana, dengan mangkuk soto dan es jeruk yang dibawa di atas nampan. Cengiran lebarnya dia tunjukkan padaku.

“Cewek, cewek. Emang biasa lemas banget ya tuh mulut ngegodain orang.” Aku memutar mata malas, lanjut menyantap mi yamin di depanku.

“Yah kalau ngegodain ayam kan, di sini nggak ada ayam.” Bang Saka menyeletuk. “Lagian ayam dipanggil ‘cewek, cewek’ sambil disiulin nggak akan noleh.”

“Makanya nggak usah goda-godain orang. Kayak nggak ada kerjaan aja,” balasku ketus.

Tingkah Bang Saka ini menyebalkan sih, tapi kalau boleh jujur, aku merasa ingin tertawa. Tapi, nggak deh. Dia pasti bakal lebih bertingkah. Nanti kebiasaan.

“Bercanda doang sih, Ra. Sensitif amat,” Bang Saka justru protes, menatapku dengan mata yang menyipit. “Galak gitu nanti nggak ada yang minat lho.”

“Sok tahu,” aku mencibir, “siapa tahu aku punya banyak stalker, terus sekarang lagi diikutin.”

“Kamu nih bakat mimpi siang bolong sambil buka mata, ya?”

“Dih kan namanya perasaan orang nggak ada yang tahu,” aku membela diri. “Hanya karena sendiri bukan berarti nggak ada yang naksir, kan? Hidup ini harus selalu positive thinking, Bang.”

“Internet kali, positif.”

“Iya, situs langganan Bang Saka kan yang kena internet positif?” cibirku.

“Kok tahu? Suka buka juga, ya?”

Spontan aku mendengus, menyipitkan mata selagi menatap Bang Saka. Heran ya sama manusia satu ini. Bisa aja balas melempar ejekan tuh. I can’t ever win. Dan lagi, setiap kali mengejek orang—seperti yang tadi dia lakukan padaku—Bang Saka nggak pernah mengeluarkan ekspresi berlebih.

Manipulasi Rasa & Enigma RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang