Seungyoun x Euijin

118 15 13
                                    

"Pelan-pelan anj-u sakit nih ah!! "

Seungyoun yang tadinya ingin berkata kasar mengurungkan niatnya ketika Euijin yang sedang mengobati lukanya menatapnya tajam.

"Ini juga pelan-pelan bambang, lonya aja yang lemah jadi cowok, nggak malu sama tato di badan lo. Udah gitu gak tau diri banget lagi. Dibantuin malah ngomel mlulu. Anak siapa sih lo? Besok-besok gue nggak mau ya ngobatin lo lagi. Capek gue"

"Yakin? Palingan juga lo yang nangis-nangis kalau liat gue nggak berdaya" godanya.

"Sinting"

Sepertinya Euijin benar-benar marah. Bukan tanpa alasan memang. Jujur saja Euijin benar-benar lelah melihat Seungyoun seperti ini. Selalu datang ke dia tiap kali habis berantem dengan kondisi yang babak belur. Ini masih mending. Dulu, Euijin pernah merawat Seungyoun yang pingsan dan itu benar-benar merepotkan.

Bukan apa-apa, badannya Seungyoun ini gedhe dan dia harus memapah Seungyoun yang setengah sadar ke klinik buat mengobati lukanya. Kalau nggak punya hati, mungkin sudah dia seret badan Seungyoun waktu itu.

Dia sendiri juga heran kenapa harus dia yang merawat Seungyoun disaat pemuda yang saat ini tengah duduk di sofa mahal apartemennya itu memiliki banyak wanita yang mau-mau saja merawatnya dengan senang hati.

"Udah selesai. Pulang sana gue capek mau tidur" usir Euijin.

"Kalau gue mau tetep disini dulu gimana?"

Euijin menatap Seungyoun malas. "Di rumah gue ada bokap. Lo tau kan apa yang bakal terjadi ke gue kalau bokap gue tau gue babak belur kaya gini? Sembuh kagak, makin parah iya"

Euijin menghembuskan nafas kasar.

"Makanya kalau udah tau kaya gitu jangan berantem. Gue heran sama lo youn serius. Gak ada gitu hobi lain yang lo punya selain berantem?"

Seungyoun tersenyum simpul, netranya menatap si gadis Hong yang sekarang meletakkan kotak first aid yang tadi dipakainya untuk mengobati luka Seungyoun kembali ke tempatnya.

"Gue nggak bakal berantem kalau gak dipancing duluan kali Jin" pemuda Cho itu berhenti sejenak, "gue nggak suka aja mereka ngatain lo cewek murahan, wanita panggilan"

Euijin yang sedang mengaduk teh yang dibuatnya berhenti sejenak mendengar perkataan Seungyoun.

"Emangnya kenapa? Bukannya yang mereka bilang itu fakta ya?" ujarnya

"Lo tau betul kalau apartemen mewah yang sekarang gue tinggali, barang-barang mewah yang selama ini gue pakai - mulai dari baju tas sampai sepatu- semuanya hasil dari pekerjaan gue itu. Lo juga lebih tau dari siapapun kalau setiap malam selalu datang banyak laki-laki dari latar belakang yang berbeda-beda ke apartemen gue. Jadi...buat apa lo repot-repot belain gue disaat yang mereka bilang itu fakta?"

Seungyoun lagi-lagi tersenyum simpul. Tanganya bergerak mengambil teh buatan Euijin yang tersaji di depannya dan menyesapnya sedikit.

Dia sedikit meringis ketika teh yang panas berkontak langsung dengan luka sobek di sudut bibirnya.

"Tapi bagi gue semua itu bukan fakta. Mereka nggak pernah tau kalau lo ngelakuin ini semua buat bayar hutang-hutang keluarga lo. Lo terjebak dalam situasi dimana lo nggak bisa ngelakuin apapun selain terjun ke pekerjaan kotor ini"

Kali ini giliran Euijin yang tertawa, "kata siapa gue terpaksa? Ya...dulu gue emang terpaksa, tapi sekarang gue nikmatin aja tuh. Maksud gue kapan lagi gitu gue bisa dapetin apa yang gue mau tanpa harus berbuat banyak?"

"Oya?" Seungyoun mencondongkan tubuhnya, matanya menatap wajah cantik Euijin yang menurutnya lebih cantik dengan riasan tipis dibanding make up tebal yang dipakainya setiap malam.

Sweet Talks °k-idolsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang