mencoba berteman

29 1 0
                                    

Hari ini tubuh Zeline sudah membaik. Tidak ada mata sembab dan tubuh yang panas. Zeline menyibakkan selimut yang menutup seluruh tubuhnya, ia duduk ditepian kasur. Zeline kembali memandangi bingkai foto yang berada tepat di sampingnya. Senyum manisnya terukir indah di wajahnya. Zeline meraih bingkai itu, mengusapnya sekilas lalu memeluknya erat.

"Gar, aku nggak bakal sakit lagi. Aku bakal jaga kesehatan dan aku bakal tetap kuat untuk nunggu kedatangan kamu." Zeline mengecup bingkai foto Sagara, lalu meletakkannya kembali.

Setelah membersihkan dirinya, Zeline mengenakan pakaiannya. Pagi ini ia harus pergi ke kampus, karena kemarin gadis itu telah melewatkan mata kuliah inti. Zeline tidak mau mengulang semester, itu sama saja ia menghabiskan waktu lebih lama untuk lulus.

Zeline berjalan menuju meja makan, di sana hanya ada ibunya saja. Mungkin ayah Zeline sudah pergi bekerja. Zeline mengambil posisinya, lalu menyantap nasi goreng yang sudah disajikan ibunya.

"Kamu yakin mau ke kampus? Nanti pingsan lagi."

"Aku udah mendingan kok, bu."

"Hati kamu?"

Zeline menghentikan sarapannya. Hatinya? Memang kenapa dengan hatinya? Iya, hatinya masih sedikit berdenyut ketika mengingat hal-hal yang sebenarnya belum tentu terjadi. Zeline membuang jauh-jauh pikiran negatifnya, ia mengatakan bahwa Sagara akan datang menjemputnya.

"Hati aku baik-baik aja, bu, seperti tahun- tahun sebelumnya." Zeline kembali menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.

Ibu hanya tersenyum, anak bungsunya ini memang punya tekad yang kuat. Dari kelas tiga SMP lebih kurang lima tahun yang lalu, anak gadisnya itu memilih untuk menjaga hatinya demi seseorang yang telah membuatnya jatuh cinta.

"Ibu, bu.... Ibu di mana, Zeline pulang." Teriak Zeline dari arah pintu yang menggelegar sampai ke dapur.

"Masuk ke rumah itu salam, Zel, bukannya teriak." Ibu Zeline masih sibuk dengan aktivitasnya di dapur.

Zeline tersenyum lebar, ia duduk di meja makan sembari menuangkan air ke dalam gelasnya.

"Assalamu'alaikum, bu." Zeline nyengir kuda sambil meneguk segelas air hingga tandas.

"Wa'alaikumussalam, kenapa? Kok bahagia banget?"

"Ibu masih inget kan kalau anak kelasku gosip terus tentang Sagara?"

Ibu berdeham, menanggapi topik yang dimulai oleh gadis berseragam putih biru itu. Wajahnya sangat bersemangat saat menyebutkan nama Sagara. Sebelumnya, ia sangat malas menyebutkan nama itu. Tapi, hari ini gadis kecilnya sangat berantusias membuka topik tentang gosip yang katanya hangat dalam waktu tiga hari.

"Tadi aku masuk UKS, bu..."

"Hah? Kenapa? Kamu sakit?" Ibu menyentuh kening sang putri. Zeline menepis pelan dengan perasaan kesal.

"Ih bukan, bu, dengerin dulu jangan dipotong." Ibu Zeline duduk di kursi yang berhadapan dengan Zeline, menyimak tiap kata yang terucap dari mulut putrinya. "Tadi aku masuk UKS gara-gara kena bola terus pingsan. Ibu tau nggak, yang gendong aku terus jagain aku di UKS siapa?"

"Anin?" ucap sang ibu. Zeline kembali kesal.

"Bukan, bu, masa iya Anin kuat gendong aku. Sagara, bu. Dia gendong aku, terus dia juga jagain aku sampai siuman." Zeline sangat berbinar dan antusias menceritakan sosok Sagara dengan sang ibu.

"Terus?"

"Terus aku gugup, dia ngenalin namanya padahal aku juga udah tau. Eh waktu aku mau ngenalin nama, dia juga udah tau aku. Bahkan dia tau kelas aku, tempat duduk aku, dan aku juara kelas."

Akankah Kita? (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang