"Itu Zeline, kan?"
Pandu baru saja keluar dari mobilnya. Cowok itu melihat Zeline berjalan sendirian ke cafe. Sudut bibirnya terangkat, mungkin dia bisa menemani Zeline.
Baru saja Pandu ingin mendorong pintu cafe, tiba-tiba gadis itu berlari dengan derai air mata. Bahkan, Zeline tidak melihat dirinya di sana. Pandu ingin mengejar Zeline, namun niatnya ia urungkan. Cowok itu mencari sumber alasan mengapa Zeline menangis. Tepat saat matanya menangkap dua orang yang sedang berdiri di sana.
Pandu melangkah dengan sangat cepat. Wajahnya sangat merah dan napasnya memburu.
"BRENGSEK!"
Satu pukulan telak mengenai wajah Sagara. Tidak hanya sekali, Pandu berkali-kali memberikan pukulan pada Wajah Sagara. Semua orang di sana kaget, namun tak berani melerai.
"Lo, kalau nggak bisa bahagiain Zeline mati aja. Seharusnya, lo emang mati. Bahkan gue jijik mukul wajah cowok nggak berguna kayak lo. Tapi, gue nggak akan diem aja ngeliat Zeline terluka."
"Lo nggak tau apa-apa. Ini masalah gue dan cewek gue. Lo hanya orang asing."
Satu pukulan lagi, kali ini Sagara tersungkur ke lantai. Wajahnya sudah sangat babak belur. Pandu seperti dirasuki setan malam ini.
"Apapun yang menyangkut Zeline, semua itu jadi urusan gue. Kalau aja gue nggak mandang lo sebagai orang yang dicintai Zeline, udah gue mampusin lo!" Satu tendangan mengenai perut Sagara.
Setelah menuntaskan amarahnya, Pandu pergi mengejar Zeline. Pandu diam bukan berarti dia takut, cowok itu hanya memikirkan perasaan Zeline. Tapi, tindakkannya malam ini membuat Pandu meradang.
Pandu menyusuri jalanan yang tertutup hujan lebat. Hingga akhirnya, dia menemukan gadis itu sedang menangis di tengah jalan. Pandu keluar dari mobilnya, ia melepaskan jaket yang melekat ditubuhnya.
Cowok itu membentangkan jaket tepat di atas kepala Zeline, menghalangi air hujan mengenai tubuh gadis itu.
Pandu duduk di samping Zeline, ia memeluk tubuh gadis itu dengan sangat erat. Sedangkan Zeline, ia terus menangis dengan keras dalam dekapan Pandu.
___
Pagi harinya, Zeline terbangun dengan mata yang sangat sembab. Malam itu, Pandu mengantarkan Zelien pulang dengan keadaan pingsan dan seluruh tubuhnya basah.
Pandu menceritakan semua yang terjadi. Hingga larut malam, suhu tubuh Zeline benar-benar tinggi. Dia bahkan menginggau, menyebutkan nama Sagara berulang kali.
"Ini cuma mimpi?" Zeline bermonolog.
Ibu Zeline datang membawa bubur dan susu. Melihat putrinya yang sangat kacau, membuat hatinya teriris. Sudah sekian lama putrinya ini menahan sakit, dia tidak akan membiarkan Sagara mendekati putrinya lagi.
"Sayang, kamu sarapan dulu, ya."
"Bu, aku mimpi buruk, aku liat Gara sama cewek lain."
Zeline menangis kembali dalam pelukan ibunya.
"Kamu harus lupain dia, dia nggak baik buat kamu."
"Ibu ngomong apa? Sagara baik, bu. Dia mencintai Zeline."
Ibu menangkup wajah Zeline. Sinar mata yang penuh luka.
"Dia nggak benar-benar mencintai kamu, Zel. Yang kamu bilang mimpi itu kenyataan. Kalau aja nggak ada Pandu, ibu nggak tau lagi apa yang akan terjadi sama kamu."
"Bu, kenapa dia jahat? Zeline salah apa? Zeline udah ngelakuin dosa apa sampa-sampai Tuhan hukum Zeline kayak gini."
"Kamu nggak salah, sayang. Tuhan hanya menunjukkan bahwa orang yang kamu cintai tidak baik buat kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Akankah Kita? (COMPLETED)
RomanceKisah tentang seorang perempuan bernama Zeline Arundati, ia jatuh cinta kepada seseorang berama Sagara sejak duduk di bangku SMP. Zeline selalu menyakini bahwa cinta pertama adalah cinta sejatinya. Hanya saja, Zeline memilih diam. Dia mencintai dari...