hampir

24 1 0
                                    

Hampir tak akan pernah cukup untuk kata kita
Setelah hari itu, kata kita benar-benar tiada
Menjadi kisah dengan diksi paling sempurna

"Kamu juga ingin Sagara bahagia, kan?"

Zeline terus menatap mata cewek di depannya. Ia hanya menemukan ketulusan di dalamnya, tidak ada kelicikkan meski sebenarnya yang dia lakukan mungkin tidak benar.

"Apa kamu bisa membahagiakan, Gara?"

Cewek itu tersenyum tulus. Dia mengangguk antusias.

"Ini nggak cuma demi aku ataupun Sagara, tapi demi kamu juga. Aku bakalan mencintai dia sama seperti kamu yang dengan tulus mencintai Sagara. Aku berjanji."

"Kalau memang itu bisa membuat Sagara bahagia, akan aku lakukan. Aku juga belum bisa mengabulkan permintaan Sagara. Mungkin memang ini jalan yang terbaik untuk aku dan Sagara. Aku titip dia, tolong cintai dia melebihi aku mencintainya. Buat dia bahagia."

Zeline terbangun dari lamunannya. Hari ini sangat menyakitkan. Dia kembali kehilangan cinta pertamanya, namun kehilangan kali ini tak akan membuat mereka kembali bersatu. Mereka telah memilih jalan cerita masing-masing, meski sama-sama merasakan sakit. Tapi, ada sedikit kelegaan di hati Zeline.

"Gar, bukan cuma kamu yang sakit, aku juga. Tapi, Tuhan punya takdir yang telah disiapkan untuk kita. Semoga kita kembali bertemu di kehidupan selanjutnya. Semoga kita menemukan kebahagiaan kita masing-masing. Terima kasih pernah hadir, pernah mencintaiku."

Air mata Zeline jatuh di atas bingkai foto anak beseragam putih biru yang bernama Sagara. Zeline menghapusnya pelan.

Gadis itu membereskan semua hal yang menyangkut Sagara. Zeline melihat tangannya, di jari manisnya masih melingkar cincin yang dulu sempat dipasangkan Sagara. Dia lupa mengembalikannya pada Sagara.

Perlahan, Zeline melepaskan cincin itu. Ia meletakkan cincinya pada sebuah kotak, lalu dimasukkan ke dalam kardus bersama barang-barang yang lain.

"Sayang?"

Zeline menghapus sisa air matanya.

"Iya, bu?"

"Kamu baik-baik aja?"

"Seiring berjalannya waktu semua akan baik-baik aja, bu. Ibu benar, manusia hanya bida berencana tapi Tuhan yang menentukan. Zeline ikhlas, bu, semoga Gara bisa bahagia."

Ibu Zeline hanya bisa memeluk tubuh anaknnya. Kini, Zeline telah tumbuh menjadi wanita dewasa. Anak bungsunya itu mampu mengambil keputusan yang tepat untuk kehidupannya.

__

Zeline menuruni anak tangga dengan terburu-buru. Hari ini dia kesiangan masuk kerja dan hari ini juga, atasannya yang baru akan datang ke kantor. Bisa-bisa Zeline diberi surat peringatan jika terlambat datang ke kantor.

Tanpa disangka, waktu berjalan sangat cepat. Tiga tahun berlalu, Zeline telah mengikhlaskan semuanya. Namun, Zeline masih memikirkan Pandu. Sebenarnya, ke mana cowok itu selama ini. Tapi, ya, sudahlah, semua sudah menjadi kisah. Tuhan telah mempersiapkan seseorang yang memang Zeline butuhkan kelak.

"Bu, Zeline pergi, ya." Gadis itu hanya meminum susu dan membawa sepotong roti selai.

"Kamu nggak sarapan dulu? Ibu udah masak nasi goreng."

Akankah Kita? (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang