Mendapat pesan dari Sagara yang sudah ada di depan kampusnya, membuat Zeline berjalan dengan terburu-buru.
Rasanya sangat senang, ada hal yang baru saja dia rasakan. Rasa dicintai dan dimiliki. Walaupun sebelumnya, Zeline dicintai Pandu sepenuh hati. Namun, rasanya sangat berbeda.
"Aduh," Zeline mengaduh saat kepalanya menabrak dada seseorang.
"Kalau jalan jangan buru-buru."
Zeline mengangkat kepalanya. Terlihat senyum manis dari cowok yang sangat dekat dengannya.
"Ndu?"
"Mau pulang bareng?"
"Aku dijemput Gara, dia udah di depan."
"Oh iya udah." Pandu berbalik ingin pergi. Namun, tangannya dicekal.
"Maaf. Qiana kayaknya nggak bawa mobil, kamu ajak bareng ya."
Pandu hanya tersenyum lalu mengangguk pelan. Cowok itu tidak bisa menolak permintaan cewek di depannya ini. Ada rasa sakit yang timbul dalam dadanya, tapi ini semua sudah menjadi risikonya.
"Aku duluan, ya."
Zeline melangkah pergi. Pandu memandang punggung Zeline yang mulai menjauh. Wajahnya terlihat sangat bahagia.
Di depan kampus, Sagara sudah berdiri di samping motornya. Senyuman manis dengan gingsul selalu menjadi candu bagi Zeline.
"Udah lama?"
"Nggak selama penantian kita."
Sagara mendekati Zeline, memasangkan helm dengan telaten. Zelien tersenyum senang. Ada yang aneh ketika Zeline memandang wajah Sagara dari bawah. Gadis itu teringat pada Pandu. Dulu, sebelum Sagara datang, Pandu selalu memasangkannya helm.
"Kenapa?"
"Nggak kok."
Sagara naik ke atas motor, diikuti Zeline di belakangnya. Setelah Zeline duduk dengan aman, Sagara belum juga melajukan motornya.
"Kok nggak jalan? Aku udah siap."
"Safety dong."
Sagara melingkarkan tangan Zeline ke pinggangnya. Lagi-lagi dejavu, pikiran Zeline terpental mengingat hal yang sama saat dirinya bersama Pandu.
Zeline menggelengkan kepalanya. Mengapa sekarang ia menyamakan dua cowok yang jelas berbeda. Ada apa dengan hatinya.
"Gimana kuliahnya?"
"Lancar."
Motor yang mereka kendarai terus melaju membelah kota Palembang yang begitu indah. Suasana sore hari yang tidak begitu sejuk namun tidak juga panas.
Sagara memarkirkan motornya di pinggir jalan tepat di tengah jembatan yang menjadi icon kota Palembang.
"Kok ke sini?"
Zeline turun dari motor. Tak lupa Sagara melepaskan helm yang dipakai Zeline.
Sagara merapikan rambut gadisnya uang,sedikit berantakan. Ditautkannya jemarinya. Jujur saja, jantun Zeline tidak bisa terkontrol.
"Kalau di Bengkulu ada Pantai, nikmatin senjanya enak. Tapi, kata orang-orang nikmatin senja dari atas ini lebih indah."
Zeline kembali teringat saat dia menunggu Sagara di sini, tepat di tempat mereka berpijak. Seindah itu cara semesta memertemukan. Kita tidak pernah tahu rencananya.
"Gar, jangan berdiri di sana."
"Hah? Kenapa? Kamu takut jatuh?"
"Bukan, mungkin bentar lagi bakalan ada orang yang mau berdiri di tempat kamu itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Akankah Kita? (COMPLETED)
RomanceKisah tentang seorang perempuan bernama Zeline Arundati, ia jatuh cinta kepada seseorang berama Sagara sejak duduk di bangku SMP. Zeline selalu menyakini bahwa cinta pertama adalah cinta sejatinya. Hanya saja, Zeline memilih diam. Dia mencintai dari...