tak lagi sama

21 1 0
                                    

"Nanti kalau pulang aku jemput, ya."

Zeline tersenyum hangat kepada sang pemilik suara. Harinya sekarang tak semenyedihkan dulu. Ada rasa yang berbeda, tidak ada lagi ketakutan di dal dirinya perihal cinta pertama.

Gadis itu melangkah santai melewati koridor fakultas. Kalau kalian pikir Zeline sudah menjadi wanita yang hangat, mama kalian salah. Sikapnya masih tetap sama seperti dahulu. Mungkin, gadis ini sudah terbiasa dengan sikap seperti ini.

Dari jauh, Zeline melihat Pandu.

"Ndu?"

Zeline berlalu kecil untuk menjajarkan langkahnya. Ada banyak hal yang ingin dia ceritakan.

"Hei, aku panggil kamu."

"Oh, hei." Pandu hanya tersenyum kecil lalu melanjutkan langkahnya.

"Ndu aku mau bilang sesuatu."

"Aduh, maaf, Zel, aku ada kelas pagi. Duluan, ya."

Pandu pergi begitu saja, bahkan tanpa melihat kearahnya. Zeline merasa cowok itu berbeda hari ini. Apakah Zeline berbuat kesalahan. Tapi, terakhir kali mereka bertemu semuanya baik-baik saja.
Mungkin karena memang cowok itu lagi terburu-buru.

Di kelas, Zeline mendengarkan dosennya dengan konsen. Meskipun pikirannya masih bertanya-tanya mengapa sikap Pandu berubah.

"Ssst, Zel, kamu dipanggil dosen."

"Hah? Iya, pak?"

"Kamu kenapa melamun? Mikirin biaya nikah setelah wisuda?"

Serentak seluruh kelas dipenuhi gelak tawa yang begitu keras. Zeline hanya menundukkan pandangannya. Gara-gara memikirkan Pandu, fokusnya jadi terbelah.

Mata kuliah jam pertama telah usai. Zeline sedikit lega atas insiden memalukan tadi. Gadis itu sedikit merapikan bukunya kalu disimpan dalam tasnya.

"Kamu kenapa, Zel? Ada masalah?"

Zeline hanya menggelengkan kepala.

"Mau ke kantin?"

"Ayo."

Perjalanan menuju kantin pun Zeline tetap diam. Seperti ada yang dia pikirkan, sama kayak waktu mereka sedang membeli kue untuk orang tua Qiana.

"Zel, kita mau duduk di mana?"

Zeline tersadar bahwa langkahnya sudah sampai di tengah kantin. Mata gadis itu menyapu seluruh kantin yang terlihat ramai.

"Sana aja, Zel, ada Pandu juga."

Qiana manarik tangan Zeline mendekati meja Pandu. Ada perasaan aneh, takut melihat sikap Pandu. Tapi, Zeline tetap tenang.

"Hai, Ndu. Boleh gabung?"

"Oh, boleh, Qin."

"Duduk, Zel."

Pandu hanya fokus pada makanannya, dia sama sekali tidak melihat kearah Zeline. Ada rasa canggung, rasa sedih, campur aduk.

"Zel, mau pesan apa?"

"Samain aja sama kamu."

"Qin, gue duluan, ya. Masih ada mata kuliah lagi."

"Oh, oke."

Qiana menoleh kearah Zeline. Sepertinya mereka lagi bertengkar, sebab Pandu sama sekali tidak menyapa Zeline. Pandu seperti tidak melihat Zeline di depannya.

Ada desiran aneh yang kini Zeline rasakan. Pagi tadi, Zeline merasa bahagia karena Sagara. Sekarang, Zeline merasa sedih karena Pandu menhindarinya. Apa salahnya kepada Pandu.

Akankah Kita? (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang