extra chap

51 1 0
                                    

"Saya terima nikah dan kawinnya Zeline Arundati binti Wijaya dengan mas kawin tersebut. Tunai."

"SAH!"

Pandu bersorak ria saat mendapatkan kata sah dari para wali dan tamu undangan. Sedangkan Zeline mengulum senyum melihat tingkah cowok yang telah sah menjadi suaminya beberapa detik yang lalu.

Keduanya menyematkan cincin pernikahan di jari masing-masing bergantian.

"Udah boleh cium kan?"

"Ndu." Zeline melotot kepada Pandu yang diiringi gelak tawa dari tamu undangan.

"Wah, adik gue udah nikah. Ternyata dia gagah juga."

Vianka memeluk adiknya dengan sangat kuat, melupakan umur yang sudah melebihi setengah abad.

"Kak, gue bukan anak kecil lagi. Gue bakal jadi bapak 10 anak."

"Ndu." Zeline benar-benar malu dibuatnya. Tapi kebahagiaan sangat terlihat jelas di wajahnya.

Rangkaian demi rangkaian acara mereka lewati. Pandu tetap saja menggoda Zeline sepanjang sesi acara. Dia masih tidak percaya bahwa doanya beberapa tahun yang lalu terkabulkan.

Mereka berdua berdiri, menyambut para tamu yang ingin mengucapkan selamat. Senyum Pandu mengembang saat melihat Sagara datang di acara pernikahannya.

"Sayang, kamu mau tau nggak?"

"Apa?"

"Dulu, aku pernah berdoa akan mendampingi kamu di atas panggung pernikahan dan Sagara akan jadi tamu undangan. Eh, terwujud."

"Doamu serem, tapi aku seneng. Makasih udah berjuang untuk aku."

"Mau cium nggak nih? Aku udah gemes."

Zeline mencubit pinggang Pandu, sensasinya hanya geli saja bagi Pandu.

"Nanti malem cubit lagi, ya. Enak."

"Ndu, sumpah kamu kayak cowok kurang belaian. Ngeri, ih." Zeline bergidik ngeri melihat suaminya.

"Kita udah sah. Kalau ada yang mau nangkep kita, tinggal lemparin aja scanan buku nikah kita. Nanti aku buat sebesar spanduk iklan."

Tak habis pikir, Zeline berjodoh dengan cowok yang dulunya dia permalukan di depan orang ramai. Cowok yang Zeline tolak mentah-mentah. Takdir Tuhan memang tidak bisa ditebak. Siapa yang tahu apa yang akan terjadi beberapa menit ke depan.

Kini, Sagara naik ke atas panggung. Cowok itu masih tetap tampan, hanya sedikit lebih dewasa. Di gendongannya ada putri kecil yang sangat cantik. Sekilas sangat mirip dengan Sagara.

"Selamat, ya."

"Makasih, ya, lo udah nyempetin datang."

"Wah, tante cantik hari ini sangat-sangat cantik. Coba aja tante cantik sama papa Caca."

"Eh, nggak boleh, tante cantik udah punya om ganteng yang lebih ganteng dari papa kamu." Pandu merangkul Zeline.

"Kamu juga cantik sayang. Nanti papa kamu ketemu sama tante cantik ya jauh lebih cantik dari tante."

Zeline mengelus pipi Caca dengan lembut. Sagara tersenyum melihat kelembutan Zeline. Coba saja dulu dia tidak terburu-buru dengan keputusannya menikah. Mungkin, yang kini berdiri di samping Zeline adalah dirinya. Tapi, dia juga tidak bisa menentang takdir.

Setelah acara salam-salaman dengan mempelai pengantin. Kini, acara terakhir adalah lempar bunga. Zeline dan Pandu bersiap-siap untuk melempar bunga. Saat ayunan ketiga, Zeline menoleh sekilas ke belakang. Dia berbisik ke Pandu, ayunan terakhir. Pandu dan Zeline turun dari panggung. Keduanya menghampiri sepasang insan yang sedang berdiri ditepi panggung.

"Untuk kalian." Zeline langsung memeluk cewek yang kini berada di kursi roda.

Qiana, dia sahabat Zeline satu-satunya du kampus. Air matanya tidak bisa dibendung. Qiana sadar dari komanya.

"Gue belum ingat semuanya, termasuk lo. Tapi, gue yakin kalau lo adalah orang terdekat gue. Selamat, ya, gue ikut bahagia. Jangan nangis."

"Aku tau kamu cewek kuat, Qin. Aku tau kamu pasti bakalan sadar. Maafin aku yang belum bisa jadi sahabat terbaik. Terima kasih karena udah bertahan. Pernikahan aku nggak lengkap tanpa kamu."

Zeline memeluk erat tubuh Qiana.

"Gue tau lo pasti bisa, Sa."

"Selamat, bang. Makasih doanya. Btw kenapa kasih bunga ke gue dan Ana?"

"Supaya cepet nyusul."

Setiap manusia mempunyai rencana masing-masing. Memilih pasangan yang menurut mereka adalah yang terbaik. Tapi, tetap Tuhan yang menentukan segalanya. Yang menurut kita baik belum tentu menurut Tuhan baik.

Terkadang, kita membenci takdir yang bertolak belakang dengan yang kita inginkan. Padahal, pilihan Tuhan adalah yang terbaik. Mungkin sekarang kita belum menyadarinya, tapi beberapa tahun ke depan kita akan sadar bahwa sebaik-baiknya rencana kita tetap rencana Tuhan yang paling baik.

Bersama atau berpisah, cinta atau luka, semua itu rangkaian untuk kita menjadi lebih dewasa. Semesta pasti punya alasan untuk setiap pertemuan. Menjadi teman hidup atau hanya sekadar pelajaran hidup.

Teruntuk kamu yang pernah ada dalam dekapanku

Cara terbaik dari move on, bukanlah melupakan tapi mengikhlaskan. Tujuh tahun mencintaimu bukanlah waktu yang singkat. Jika dipaksa melupakan, maka itu sangat sulit.
Pernah membenci semuanya, termasuk takdir yang dibuat semesta.
Tapi percuma, semua itu tak akan mengembalikan apa yang telah terlepas dari genggaman.
Senja yang mempertemukan kita
Senja yang menyatukan kita
Namun senja tak bisa mempertahankan kita lebih lama
Mencintaimu dalam waktu yang lama adalah anugrah dari Tuhan, meski dengan akhir yang berakhir.
Semua yang berakhir bukan salahmu, bukan salahku, dan juga bukan salah dia.
Hanya saja, aku yang belum siap dengan semuanya.
Bukan nggak serius dalam hubungan
Tapi, aku yang masih ingin terbang menggapai impian.

Aku sadar, proses menuju dewasa tak bisa dianggap biasa. Selalu ada air mata di dalamnya.
Sekarang aku mengerti, bahwa tak semua cinta pertama akan bersama selamanya. Namun, semesta pasti punya alasan mengapa kita bersama lalu terpisah. Agar aku benar-benar paham apa arti cinta sejati dan yang aku tau cinta sejati adalah Pandu, suamiku.

Kini, cerita kita happy ending pada bagiannya masing-masing.

Selesai dengan terselesaikan.

Adisti Kirana Putri
Akankah kita?
A-01
Gmgchallenge2020
01 Juli 2020.

Saksikan juga trailer book Akankah Kita? Di ig saya @kiranf2

Terima kasih untuk semua pihak khususnya grassmediagrup yang sudah memberikan kesempatan saya bekarya di event kali ini.

Akankah Kita? (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang