Zeline berjalan dengan menahan sesak di dadanya. Gadis itu tidak menyangka bahwa Pandu dengan mudah berpaling. Baru tadi siang mereka bertengkar, pantas saja Pandu tidak menghubunginya.
"Kenapa aku harus marah? Bukannya ini yang aku mau, Pandu menemukan perempuan baik untuk mendampinginya? Tapi, nggak secepat ini juga, kan?" Zeline bermonolog sepanjang jalan.
Harinya sangat buruk. Akankah Zeline kehilangan Pandu. Rasanya sangat sulit untuk menerima bahwa Pandu menemukan wanita pilihannya. Tidak ada lagi bahu yang akan dia sandari ketika lelah. Tidak ada lagi dekapan hangat yang akan dia dapatkan ketika sedih merundung.
Zeline ingin berteriak. Dadanya sudah sangat sesak dengan mengingat Sagara, sekarang bertambah sesak ketika melihat Pandu yang kini mendapatkan pasangan.
Zeline mengeluarkan ponselnya, membuka aplikasi taksi online. Setelah menekan tombol pesan, Zeline menunggu driver di lobby mall."Ini yang kamu mau, kan, Zel? Pandu menemukan perempuan lain." Zeline menghebuskan napasnya.
Tak lama kemudian, ponsel Zeline kembali berdering. Panggilan masuk dari nomor tidak dikenalnya.
"Halo, iya, pak. Saya di depan lobby. Oke."
Zeline mendekati mobil yang sudah dipesannya tadi. Langkahnya begitu gontai, mengapa hidupnya sangat menyedihkan. Apa ini yang namanya karma, karena Zeline sering menolak cowok-cowok.
Gadis itu membuka pintu mobil, ia memilih duduk di samping supir. Sesaat ketika Zeline memasang sabuk pengaman, matanya terbelalak melihat driver di sampingnya. Bukan karena ketampanan dang driver, tapi orang ini sangat dikenal Zeline. Seketika, Zeline gugup.
"Kak, Putra?" Zeline sedikit tersenyum.
"Hei, apa kabar?"
"Baik, kak. Di aplikasi bukan foto kakak." Zelien masih tidak percaya dengan semua ini.
"Iya, kakak cuma gantiin temen doang. Temen kakak nggak bisa ambil orderan ini, mumpung kakak free jadi kakak yang ambil."
Zeline tersenyum. Tidak menyangka bahwa ia akan bertemu Putra alias Saputra, kakaknya Sagara. Banyak hal yang ingin Zeline tanyakan kepada Putra, tapi rasanya agak berat untuk melontarkan pertanyaan.
Zeline nampak gelisah di samping Putra. Cowok di sampingnya ini mulai menangkap kegelisahan Zeline.
"Rumahnya masih yang dulu, kan?" ujar Putra memecah keheningan.
"Iya, kak."
Zeline melirik Putra. Matanya meneliti tangan Putra. Senyumnya kembali mengembang saat yang ia cari ditemukan. Sebuah cincin melingkar di jari manis cowok itu. Artinya, yang menikah tempo hari adalah Saputra bukan Sagara. Ada sedikit kelegaan di dalam hati Zeline, masih ada kesempatan untuknya bersama Sagara.
"Kenapa, Zel?"
"Hah, nggak, kak. Oh iya, kakak udah nikah?"
Saputra melirik cincin yang melingkar di jarinya. Jadi itu yang diperhatikan cewek di sampingnya ini. Saputra mengangguk pelan. Senyuman tipis terbit dari sudut bibir Zeline.
"Kok kayak seneng gitu, kenapa?"
"Ikut bahagia, kak."
"Sagara, baik-baik aja. Tapi dia nggak di sini."
Zeline menoleh saat kalimat itu keluar dari mulut Putra. Topik yang ingin Zeline bahas dari tadi.
"Dia di mana, kak?" ujar Zeline pelan.
"Di Bengkulu, kuliah sambil kerja di sana."
"Kapan pulang?" Zeline sedikit takut menanyakan hal itu. Namun, Putra menangkap hal yang tidak wajar. Putra sangat tahu bahwa cewek di sampingnya ini memiliki perasaan terhadap adiknya.
"Kurang tau juga."
Wajah Zeline terlihat kecewa dengan penuturan itu. Tapi, setidaknya dia tahu bahwa Sagara masih ada di bumi yang sama dengannya. Meski jauh, tapi Zeline yakin semua ini sudah diatur oleh Tuhan. Zeline hanya harus sedikit bersabar saja.
Setelah lama berbincang, tak terasa mobil berhenti tepat di depan pagar rumah Zeline. Ngomong-ngomong, Zeline baru ingat. Dari mana Putra tahu rumahnya, sedangkan Zeline tidak pernah mengatakan hal apapun. Ya, sudahlah, Zeline mengeluarkan uang pembayaran sesuai aplikasi.
"Ini, kak."
"Nggak usah, untuk kamu gratis. Kasih bintang lima aja."
"Beneran?" Putra mengangguk lalu tersenyum.
"Terima kasih, kak."
Zeline melambaikan tangan, hingga mobil itu tidak terlihat lagi dipandangannya.
Hatinya sedikit membaik, topik mengenai Sagara yang selama ini tidak pernah dibahas akhirnya dibahas. Meski sebentar, tapi Zeline sangat bersyukur bisa bertemu dengan Putra. Titik terang mulai ia dapati. Sebentar lagi kisahnya akan segera berakhir, penantiannya akan selesai.Zeline melangkah dengan mood yang sangat baik. Senyum tipis yang membuat wajah Zeline nampak lebih cantik.
Tiba-tiba langkahnya terhenti, dadanya kembali dirundung sesak. Gadis itu ingin belari jauh, namun tak sempat ketika sepasang bola mata menatap kearahnya."Zeline, kenapa baru pulang sayang?"
"Ada kerjaan, bu." Zeline melangkah pelan kearah ibunya. Matanya tak menatap kearah lain.
"Pandu nyariin kamu, ya, udah ibu tinggal dulu." Ibu pergi menyisakan Pandu dan Zeline.
Ada kecanggungan diantara keduanya. Zeline tetap tenang, meski jauh di dalam lubuk hatinya ada denyutan yang tidak tahu apa artinya.
"Zel, maaf."
"Untuk?"
"Ucapan aku tadi di kampus udah keterlaluan dan yang pergi sama aku ke mall tadi kakakku."
Zeline melirik sekilas wajah Pandu. Ia menemukan wajah yang nampak sangat bersalah, namun ini juga bukan sepenuhnya kesalahan Pandu. Zeline juga salah, tiba- tiba menghindari Pandu meski itu dia lakukan untuk kebaikan Pandu. Ada kelegaan mendengar menuturan Pandu perihal cewek di mall tadi.
"Aku juga salah, aku minta maaf."
"Iya udah, kita lupain semuanya, ya? Kalau kamu jauhin aku cuma karena nggak mau nyakitin aku, maka kamu salah. Dengan cara ini kamu lebih menyakitin aku. Tetap di samping aku, Zel."
Ingin sekali rasanya Zeline belari dan merengkuh dalam dekapan Pandu. Ada banyak hal yang ingin ia tumpahkan di sana, perihal Sagara dan kebahagiaan yang selalu Pandu berikan.
"Peluk, boleh?" Seolah Pandu tahu yang diinginkan Zeline. Tanpa pikir panjang, Zeline mengangguk cepat.
Setelah ini, Zeline tidak akan berniat untuk menjauhi Pandu. Tidak tahu tepatnya kapan, Zeline mulai membutuhkan Pandu setiap saat. Ingin didekat Pandu sepanjang hari. Rasanya ada ketenangan di dalamnya, ia bisa melupakan kesedihan dalam sebuah penantian yang entah kapan akan berakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Akankah Kita? (COMPLETED)
RomanceKisah tentang seorang perempuan bernama Zeline Arundati, ia jatuh cinta kepada seseorang berama Sagara sejak duduk di bangku SMP. Zeline selalu menyakini bahwa cinta pertama adalah cinta sejatinya. Hanya saja, Zeline memilih diam. Dia mencintai dari...