Zeline duduk santai bersama Qiana disudut kantin. Dua gadis itu seakan saling melengkapi, semesta sangat pandai dalam mengatur pertemuan. Qiana yang cerewet dan terus saja mengoceh tanpa henti, bersanding dengan Zeline yang sedikit kamu dan pendiam. Anehnya, mereka seolah menutupi kelemahan masing-masing. Zeline yang sangat pandai selalu membantu Qiana yang mempunyai otak pas-pasan, sedangkan Qiana selalu membantu Zeline dalam berinteraksi.
"Zel, kok bisa kamu datang bareng Pandu?"
"Kebetulan aja." Zeline masih fokus pada buku kecilnya.
"Pandu tulus banget sama kamu, dia baik, ganteng juga. Hati kamu nggak tergoda gitu?"
Zeline menatap tajam gadis di depannya, membuat Qiana gelagapan dan mengalihkan pandangannya ke mangkuk bakso. Sangat fatal jika membahas kalimat itu di depan Zeline.
"Aku nggak baik untuk Pandu, Qin."
Qiana berbinar, Zeline tidak marah kepadanya. Sungguh perubahan yang signifikat, tentu saja Qiana tidak membuang waktu untuk membahas ini lebih dalam. Zeline tidak sekaku dan sedingin dulu, akhirnya kesabarannya untuk dekat dengan Zeline tercapai.
"Kenapa gitu?"
Zeline hanya mengangkat bahunya, ia pun tidak mengerti mengapa dia menganggap bahwa dirinya tidak baik untuk Pandu. Ya, mungkin karena kesan pertama yang dia ciptakan. Sudah berapa banyak kalimat menyakitkan yang terlontar dari mulutnya untuk Pandu.
"Zel, aku yakin Pandu mencintai kamu dengan sangat tulus. Sama kayak kamu mencintai Sagara dengan sangat tulus. Tergantung dari kamu, milih mencintai atau dicintai."
"Nggak semudah itu, Qin, aku nggak mau memilih orang yang nantinya bakal tersakiti karena aku nggak cinta dia."
"Terus gimana kamu? Kamu lebih milih menyakiti diri kamu sendiri?"
"Iya Qin, seenggaknya aku nggak nyakitin hati orang lain."
"Kamu pernah denger nggak kalimat, cinta karena terbiasa. Kenapa nggak kamu coba untuk ngasih kesempatan buat Pandu."
Zeline kembali diam, perkataan Qiana seolah membuka pikirannya. Tetapi, Zeline juga tidak mau mengkhianati perjuangannya selama bertahun-tahun ini. Bagaimana jika nanti Sagara datang? Semua itu tidak akan benar, Zeline tidak mau menjadikan Pandu sebagai pelampiasannya. Pandu sudah sangat baik terhadap dirinya, mungkin jika membuka diri untuk berteman Zeline bisa melakukannya. Tapi, jika untuk memberi kesempatan hadir sebagai seseorang yang spesial tidak akan bisa dilakukan Zeline.
"Nggak mungkin aku ngasih dia kesempatan di saat hati ini nunggu seseorang, Qin, sama aja aku jadiin dia pelampiasan aku udah sering nyakitin dia."
"Bukan gitu, Zel. Maksud aku, kenapa kamu nggak coba mencintai Pandu. Ya, kita nggak tau kan Sagara bakal datang atau nggak."
"Qin, bukannya kamu yang bilang bahwa aku harus yakin suatu saat perjuangan aku akan membuahkan hasil. Terus kenapa sekarang kamu malah nyuruh aku nyerah?"
Qiana ingin mengutuk dirinya sendiri setelah melontarkan kalimat itu. Sangat bodoh berbicara seperti itu di depan orang seperti Zeline. Mana mungkin Zeline akan mendengarkan kalimat bodohnya, Zeline sangat mencintai seseorang yang bernama Sagara meskipun dia saja tidak tahu Sagara berada di mana. Sahabatnya itu terus saja setia dengan seseorang yang mungkin saja tidak memikirkan dirinya. Tapi Zeline tetaplah Zeline, gadis keras kepala yang ketika mempunyai jawaban A akan tetap A tidak akan berubah menjadi B.
"Udahlah, Qin. Aku males berdebat sama kamu."
Zeline pergi meninggalkan Qiana yang masih menyesali kalimatnya. Baru saja dirinya mendapatkan sosok Zeline yang lebih terbuka, tapi malah dia membuat kesalahan. Qiana menatap punggung Zeline yang kian mengecil lalu menghilang diantara kerumunan orang-orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Akankah Kita? (COMPLETED)
RomanceKisah tentang seorang perempuan bernama Zeline Arundati, ia jatuh cinta kepada seseorang berama Sagara sejak duduk di bangku SMP. Zeline selalu menyakini bahwa cinta pertama adalah cinta sejatinya. Hanya saja, Zeline memilih diam. Dia mencintai dari...