siang ini, ketua osis kita ketar-ketir karena proposalnya kemarin banyak typo. ya suruh siapa malah jadi kelon-kelonan. dan, bener aja, 5 menit setelah bel pulang, ada panggilan dari kantor guru.
"panggilan ke kepada cha junho, ditunggu kesiswaan sekarang di kantor sambil membawa proposal tertulis"
mati.
junho langsung ngebirit lari sambil bawa tumpukan kertas yang udah dibendel warna biru.
"MISI, MISI"
"MINGGIR DULU YA, MISI MO LEWAT"
"WOY MINGGIR"
"SIAL, MINGGIR DULU MINGGIR, GUSTIII"
iya itu suaranya junho. sambil lari dia teriak-teriak minta jalan. telat semenit aja, bisa mati dia di tangan kesiswaan.
sampai di kantor, junho cuma nelen ludah pelan. mau nyalahin eunsang tapi eunsang gak salah. dianya aja yang teledor malah kelon-kelonan sama eunsang. padahal eunsang udah ngingetin.
mau nangis aja junho sekarang. tapi malu banget, masa ketos nangis di ruang kesiswaan. tangannya udah basah plus dingin. dasar lemah kamu mas.
"proposalnya mana?" tanya sosok berperawakan besar sambil nyemil keripik jagung.
"ini, pak," jawab junho sambil menyerahkan kertas dari tangannya.
sedetik, aman.
dua detik, aman.
tiga detik, aman.
lima belas detik,
"heh apa ini? ini kamu sebut proposal? NIS saya salah, tempat dan tanggal yang kamu tulis memangnya sudah setuju semua? terus ini, siapa yang bilang pembukaan sama penutup bahasanya boleh kayak gini? kamu copy-paste ya? mikir lah mas, masa tiap taun bentukan proposal kaya gini. dasar-dasarnya di ganti, saya baru bisa nyetujui dan ngasih ke kepala sekolah kalau proposalmu ini udah di revisi!" ujar bapak bapak itu. junho udah lemes, mau nangis terus minta tolong minkyu aja buat ngerevisi.
sambil nunduk, dan ngambil kertas lecek dari bapak yang diketahui namanya adalah jinyoung, Junho jawab, "iya pak, secepatnya saya revisi dan saya berikan."
pintu ruang kesiswaan dibuka. udara segar mulai terhirup. junho gak kuatt, mau main ke stasiun aja.
langkahnya sudah gontai, kertas lecek berjudul proposal akhirnya dia buang ke tong sampah. diambilnya tas ransel hitam corak biru dari bahunya, kemudian dikaitkan di motor kebanggaannya.
dengan kecepatan rata-rata ia mengandarai motor sampai akhirnya berhenti di sebuah gerbang yang sudah berkarat.
ketika dibuka, tampaklah deretan gerbong-gerbong tak terpakai.
mendengar suara motor, anak-anak kecil langsung berhamburan keluar sambil berteriak, "kak junooo."
junho tersenyum, setidaknya ia bahagia. walau proposalnya sudah jadi bungkus gorengan.
"hai? masih inget ternyata"
"inget lah, itu ada kak esa. janjian ya?" ujar anak perempuan yang rambutnya dikepang dua. sepertinya, hasil karya eunsang.
"loh? kak esa kesini juga?"
"iya, tadi mukanya lesu banget. pucet kecapekan"
"dimana?"
"sana," katanya sambil menunjuk gerbong warna biru tua yang sudah dimakan usia.
tak pikir panjang, Junho segera melangkahkan kakinya menuju gerbong tersebut. tak butuh waktu lama, langkah kakinya yang panjang bisa mengurangi waktu.
"esa?"
empunya menoleh, "loh, hai? kok kesini?"
junho segera duduk di samping eunsang, "capek, suntuk, kesel."
"istirahat, nih main sama mereka." junho cuma ngangguk sambil ngeliatin beberapa anak kecil yang lagi lari-lari atau mainin baru di rel yang udah gak kepakai.
setidaknya, dengan melihat keadaan adik-adiknya junho masih punya alasan bersyukur. masa cuman gara-gara proposalnya tertolak, dia nangis? lah gak sebanding dong dengan pemandangan yang ada di depannya sekarang?
eunsang yang ada di sebelah junho juga cuma diem. gak mood mau teriak atau nyanyi-nyanyi. mukanya juga lesu banget. junho juga gak tau deh ada masalah apa di pmr. ga berani tanya, takut macannya keluar.
"mendung," kata eunsang.
junho menatap langit, "iya."
"hujan-hujanan, yuk?" ajak eunsang dengan sorot mata berbinar.
"gak mau, kamu lesu letih pucat tak berdaya gitu mau hujan-hujan? gak inget dulu baru kena gerimis udah tepar di uks hm?" omel mas mas ganteng.
eunsang mengerucutkan bibir merah mudanya, "kalo juga gamau yaudah, aku sendirian."
tak berselang lama, air hujan mulai turun secara berkala. menyentuh kulit eunsang tanpa permisi.
junho juga mau.
mau apa?
ya hujan-hujanan lah.
alhasil, dilepasnya sepatu dan topi yang tadi dipakainya.
dibiarkannya ribuan air hujan menyentuh wajah serta kepalanya.
dengan tatapan sayu ia menatap eunsang yang ternyata menatapnya.
"sang, i'm fine, thankyou and sorry"
dan tautan antara kedua terjadi (lagi) disaksikan ribuan rintik hujan yang jatuh menyentuh bumi.
oh iya, tolong ingatkan Junho untuk merevisi proposalnya bersama minkyu ganteng:)
KAMU SEDANG MEMBACA
stasiun | junsang
Fiksi Penggemar[completed]-❤ kadang eunsang gak paham sama apa yang dimau junho. soalnya junho suka ke stasiun cuma ngeliatin anak-anak kecil yang lagi main batu-batu di rel. tapi mau gimanapun, eunsang suka deket junho. kadang junho juga gemes karena eunsang baik...