Double up lagi, biar cepet kelar.Keep voment ya💗
::
Felix menatap lekat Berrynya yang tengah tertawa nyaring sembari menarikan kuasnya dengan antusias.
Terkadang Felix ikut tersenyum melihat kelakuan anaknya itu.
Seorang malaikat kecil yang berhasil menyatu dalam tubuhnya selama Sembilan bulan. Yang ia pun tidak mengerti, bagaimana bisa seorang lelaki sepertinya mengandung.
Tapi, satu yang Felix syukuri. Malaikat itu, benar-benar tumbuh dengan baik.
"Pa, papa!".
"Bagus ngga?". Berry datang bersama kanvas bertorehkan warna-warna cerah membentuk suasana musim dingin didalamnya.
"Hehe, kamu gambar Olaf juga? Lucuu".
"Bagus ga pa?".
"Iyaa bagus, sayang".
"Pasti dong, kan Om Cis yang ajarin. Ya ngga om?". Felix dan Berry kompak menoleh kearah pria berjarak beberapa meter dari keduanya.
Senyum pria itu mengembang dari kejauhan.
"Iya, lanjutin lagi deh. Jangan lama-lama ya, kasian Uncle belum papa masakin dirumah. Ini bentar lagi Uncle pulang loh".
Berry membekap mulut Felix dengan jemari kecilnya. "Ishh, Daddy pa. Bukan Uncle lagi".
"Itukan kamu, bukan papa hehe".
"Papa ihh. Yaudah Berry bilang Om dulu kalo mau pulang".
"Okee".
Berry kembali berlarian kearah Hyunjin lalu mengemasi tas dan peralatan melukisnya.
"Udah mau balik?".
"Iyaa om, Daddy ku bentar lagi pulang kerja. Bye om~"
"Oke bye. Ntar ketemu lagi yaa".
"BIG NO".
Hyunjin memperhatikan Berry yang mengemasi barangnya lalu berlari kearah Felix.
'Daddy?'
::
"Lukisan Berry bagus gak Dad?". Berry masuk ke kamar Changbin saat pria itu baru saja kembali dari kantor.
"Wah keren. Ini kamu ngelukis bareng om H-
"Chris Dad, namanya Om Chris".
"Oh iyaa, Uncle lupaa".
"Ihh ko Uncle lagi sihh. Daddy dong".
"Haha, ga terbiasa sayang, maaf yaaa".
"Tau ahh, ngambek~". Berry melipat kedua tangannya di dada, sedang Changbin hanya bisa menggaruk tengkuknya canggung.
"kak, udah makan?". Felix muncul dari balik pintu kamar Changbin.
"Belum Fe".
"Udah aku siapin ya".
"Makasih ya, aku mandi sebentar".
"Papa, kok Berry ga ditanya?".
"Kamu kan udah makan".
"Kan Berry mau ditanya juga. Masak cuma Daddy". Felix yang tau Berry hanya menggodanya lantas memamerkan wajah datarnya.
Berry tertawa melihat wajah bete sang papa. Felix pergi gitu aja tanpa hirauin dua orang yang tengah tertawa itu.
Bahagianya isengin papa.
::
Felix barusaja pergi ke kamar Berry untuk memastikan putri kesayangannya itu sudah tidur. Saat ingin kembali ke kamarnya-
"Belum tidur kak?".
Changbin yang tengah duduk selonjoran sambil mengetik sesuatu di laptopnya lantas menoleh.
"Mau cek revisian laporan keuangan Fe, kemaren sempet selisih".
"Mata kamu udah merah gitu, tidur aja dulu. Kerjanya lanjut besok".
Felix duduk di sofa tepat di belakang Changbin. Ia berniat untuk melihat pekerjaan yang lebih tua.
"Aduh angka semua, pusing aku liatnya".
"Makanyaa~"
Changbin melebarkan kaki Felix lalu bersandar di tengahnya. Dia menyandarkan kepalanya di perut Felix sembari memejamkan mata.
"Kakbin?".
"Bentar aja Fe, aku mau merem bentar".
"Udah jangan dipaksa, lanjut besok aja". Felix menyisir helaian rambut Changbin dengan jemarinya.
"Nyamannya~". Changbin masih terpejam sembari menikmati setiap usapan Felix dikepalanya.
"Ke kamar aja yuk. Aku bobok sama kamu dehh".
"Fe?". Changbin ngedongak.
"Hmmm?".
"Besok mau ke butik?".
Felix berfikir sejenak, kemudian menggelengkan kepalanya.
"Temani aku ngelembur ya, revisian ini harus fix besok".
"Yaudah aku temenin. Bangun dulu deh, aku buatin kopi".
"Iyaa, makasi sayang".
Felix pergi dari sana setelah Changbin kembali berkutat dengan laptopnya.
Lima menit Recharge energy sudah cukup untuk membuang sebentar penatnya.Malam itu Felix benar-benar menemaninya. Mengelus kepala Changbin dengan sabar sambil terkadang meletakkan dagunya di puncak kepala yang lebih tua,
Ikut menatap jauh kedalam layar Laptop Changbin yang bahkan ia tak mengerti apa isinya.-
"Hehh tidur yaa?". Changbin menepuk pipi Felix. Felix yang meletakkan kepalanya di ceruk leher Changbin reflek membuka mata.
"Hehe, aku ngantuk". Felix mengangkat kepalanya dengan rambut acak-acakan.
"Aku udah selesai. Pindah ke kamar kamu gih".
"Sekarang jam berapa?".
"tiga pagi".
"Hahh ko ga bangunin? Pundak kamu pasti capek aku sandarin. Mana kamu sambil kerja". Felix udah pout-pout sambil masih dengan mata mengantuk.
"Gapapa Fe".
"Yaudah yuk tidur, kamu cuma punya beberapa jam aja sebelum ke kantor. Kita tidur dikamar kamu aja biar sambil aku pijitin".
"Aku ga capek kok". Changbin beresin beberapa berkas dan langsung matiin Laptopnya.
"Ga terima penolakan".
Felix tetaplah Felix.
Si keras kepala.Yang manis.
::
Jatuh cinta kadang
Selucu Gong tae kwangAku yang berjuang,
Aku yang menemani,Kamu yang mendapatkan:)
Engga kok. Ini cerita doang
Jangan dianggep serius:v
KAMU SEDANG MEMBACA
Never ending, Goodbye ✔
Kısa Hikaye[ COMPLETE ] Tentang Lee felix dan dunia Roller coasternya !Warn;BXB