::
"Yakin udah ga ada yang ketinggalan nih?". Felix menyusun semua perlengkapan Changbin kedalam koper.
"Udah kok dek".
"Kamu hati-hati ya. Salam sama mama".
"Iyaaaa sayangg". Changbin mengusak kepala Felix karena gemas.
"Hi uncle, hi papa. Berry bole masuk?". Seorang gadis cantik lengkap dengan seragam sekolahnya mengintip dari pintu kamar Changbin yang agak terbuka.
"Boleh dong sayang. Sinii".
"Aku siapin sarapan dulu ya. Berry susul papa ke belakang sebentar lagi ya. Ajak uncle jugaa".
"Sip deh pa hehe".
-
"Unclee nanti kasi ini ke oma yaa. Bilangin Berry kangeeeeeeeeeeeeen bangettt". Berry memberikan sebuah kotak kecil berwarna biru dengan lukisan Bintang kecil diatasnya. How Sweet.
"Okee. Mau uncle beliin apa nih di Aussie?".
Berry mengecup kening Changbin yang berlutut dibawahnya.
"Berry gamau apa-apa kok. Uncle makasih udah jagain papa sama Berry. Uncle baik-baik ya disana. Cepet pulang. Nanti Berry kesepian kalo papa lagi sibuk".
Changbin memeluk tubuh kecil itu gemas. Berry-nya sangat cantik dan sempurna.
"Pasti sayang. Uncle janji bakalan cepet pulang kalo urusannya udah selesai. Okee?".
-
"Hehh malah peluk-pelukan. Cepetan sarapan udah mau telat inii". Keduanya menoleh bersamaan kearah Felix.
"Yok sini unclee gendongg".
::
"Hati-hati ya sayang. Semangat belajarr". Felix mengecup kening gadis kecilnya.
"Okee. Uncle, papa, hati-hati dijalan. Iloveyou".
Berry melambaikan tangannya kearah papa dan Uncle nya sebelum ia masuk ke gerbang sekolah.
"Gemesin banget sih dia kayak papanya".
"Iyaa dong".
"Cantik juga kayak papanyaa".
"Yaudah ahh cepetan ke bandara, ntar ketinggalan pesawat baru dehh". Felix mencebil kesal.
"Iya iyaa bawel".
::
Felix mengeratkan pelukannya pada tubuh Changbin. Mengecup punggung tangannya berkali-kali.
"Huhuu kangennn".
"Astagaaa belom jugaa pergii".
"Huhuu jangan lama-lama pokoknyaaa. Abis selesai urusannya langsung balik lagi".
"Iya iyaa. Paling lama seminggu deh. Janji".
"Yaudah masuk sana".
"Ih kok cemberut gitu? Gimana aku bisa tenang perginyaa".
"Ihh tau dehh kesel. Udah sana cepetan".
"Manjaa banget heran. Senyum duluu cantikk".
"Aku masuk yaa. Hati-hati dijalan. Hati-hati dirumah. Jangan nakal"."Hmmmm".
"Jangan gitu ihhh".
"Peluk bentaran lagii~".
Tak ada pilihan selain menuruti permintaannya. Changbin mengecup puncak kepala Felix berkali-kali.
"Jangan lama-lamaa, janji?".
"Iyaa aku janji".
"Oke bye". Felix ngelepasin pelukan Changbin dengan senyum yang di paksakan.
Bukan tanpa alasan dia teramat sedih seperti ini, Changbin belum pernah meninggalkannya sendiri setelah Chan tak ada.
Felix hanya tak ingin kesepian dirumah besar itu.
"Byee". Changbin mendorong kopernya masuk.
Felix buru-buru pergi darisana.
Jika ia berbalik lagi, ia berjanji tak akan mengizinkan Changbin pergi, maka dari itu Felix tak mau melakukannya.Changbin kembali ke Australia untuk mengurus kepindahannya. Ia akan menggantikan Bangchan untuk mengelola perusahaan keluarga di Korea. Dan memindahtugaskan orang kepercayaan keluarga untuk menggantikannya di Australia.
Selain keinginan Felix, sebenarnya Changbin juga menginginkan kepindahan itu. Ia hanya tak bisa membiarkan Felix membesarkan Berry seorang diri.
Apalagi dengan keadaannya yang seperti itu. Changbin sangat khawatir.Changbin tak pernah benar-benar memiliki kekasih selama ini. Entahlah, ia hanya merasa tak ingin atau belum memerlukannya.
Bagi Changbin, melihat senyum Felix, melihat Felix bahagia, itu sudah cukup membuatnya senang dan tak membutuhkan apapun lagi di dunia ini.
Iya. Cintanya sesederhana itu.
::
Perlukah memasukkan
Tokoh baru?Siapa!?
KAMU SEDANG MEMBACA
Never ending, Goodbye ✔
Cerita Pendek[ COMPLETE ] Tentang Lee felix dan dunia Roller coasternya !Warn;BXB