Ke duapuluh🐨

625 98 17
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌺Di part ini kita akan dibawa Flashback dengan POVnya Changbin ya guys🌺

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌺Di part ini kita akan dibawa Flashback dengan POVnya Changbin ya guys🌺

::

Cinta.
Andai aku bisa memilih pada siapa aku akan merasakannya.
Andai aku bisa memilih pada siapa aku akan berjuang.

Mungkin semua tidak akan sesulit ini.

Dia.
Seorang pria manis.
Dia biasa saja, tidak mencolok, tidak terkenal, tidak juga pintar. Dia hanya mahasiswa biasa.

Tak banyak yang tau, bahwa dia memiliki senyum yang indah. Damn, so fuckin beautiful. Mungkin.
Dan saat aku menyadarinya, aku berjanji. Tak akan membiarkan orang lain melihatnya.

"hallo, maba ya? Bisa isi kehadirannya dulu?". Senyum itu. Kewarasanku seolah terkunci pada satu titik dimana aku tak bisa berpaling lagi.

"acaranya udah mulai. Besok jangan telat lagi ya. Silahkan duduk ditempat yang udah di sediakan".
Penurut. Terlalu sempurna. Dia membungkuk berkali-kali saat ketahuan terlambat di hari pertama memasuki universitas.

Lee Felix. Itu yang kulihat di nametag kemejanya.

Anggap saja aku penguntit.
Aku selalu mengikutinya diam-diam selama beberapa bulan. Ternyata dia tak cukup pintar. Terbukti aku melihatnya merengek sendiri di pojok perpustakaan sembari menghafal materi ujian yang akan ia laksanakan satu jam lagi.
Manisnya adik tingkatku itu.

Dia juga kurang pandai bergaul, dia lebih sering menghabiskan waktu seorang diri. Lingkup pertemanannya yang ku tau hanya seputaran anak BEM atau beberapa teman satu kelasnya.

Hari itu aku memutuskan untuk keluar dari persembunyianku selama ini. Aku tak bisa begini terus kan?

"Hai Felix?".

"eh iya?".

"lagi sibuk? Aku mau tanya sedikit tentang BEM. Anak Radio lagi mau coba bikin segment wawancara gitu".

Dia mengangkat kacamata yang ia kenakan. Menatapku dengan bingung sembari mengetukkan penanya di pipi. Menggemaskan.

"langsung ke panitia aja kak. Felix ngga masuk ke pengurusan inti soalnya dan belum terlalu ngerti juga. Oh iya nama kaka siapa? Ngga asing".

"Oh iya namaku Changbin. Gapapa aku mau tau beberapa dari kamu aja".

Karena usaha keras tanpa rasa malu ku itu, aku perlahan bisa membuatnya nyaman berada di sisiku. Hubungan kami semakin dekat dan itu adalah pertanda baik.
Dia seperti mengizinkanku masuk kedalam hidupnya.

"Fe, dari semua yang udah aku lakuin selama ini, ku kira kamu tau kan maksudku mendekati kamu?". Tanyaku suatu hari saat ia menginap di Apartemenku.

"maksudnya kak?".

"aku suka kamu Fe. Aku suka kamu sejak pertama kali kita ketemu. Ini bukan suka karena kagum. Aku menyukai kamu sebagai seorang laki-laki kepada calon pasangannya".

Aku tau dia sangat terkejut saat itu.
Dan saat melihat ekspresinya, aku perlahan tersenyum. Aku mengerti. Aku paham. Dan aku harus menata hatiku sebaik mungkin untuk tetap memberikan senyuman terbaik padanya.
Atas jawabannya nanti.

"ka Changbin, Felix ga nyangka kamu bakal ngomong gitu". Dia genggam tangan aku saat itu.
Untuk menguatkanku? Mungkin.

"kak, Felix punya pacar".

Ayo Changbin. Harus tetap tenang.
Dihadapan cinta pertamamu.

Yang bertepuk sebelah tangan.

"gapapa Fe. Aku cuma mau bilang tentang perasaanku. Biar kamu tau".

Dia memelukku untuk pertama kali hingga tak lama kurasa pundakku basah dan hangat oleh tetesan airmata.

"tolong, hiks jangan benci Felix. Maaf kakBin".

"hehe ga mungkin lah Fe. Kalo boleh tau Siapa dia?".

Aku melepaskan pelukannya. Mengusap airmata yang membasahi wajah manisnya.

"kok ga pernah cerita?". Aku mencubit hidungnya yang memerah.

"Hwang Hyunjin".

Orang yang sangat kukenal.
Siapa yang tak tau dia. Dan, siapa yang tak akan terpikat dengan pria seperti dia.
Aku sungguh kalah telak jika harus bersaing dengannya.

::

"Seo Changbin?". Aku menoleh dan menemukan pria lain berada di belakangku.

"iya?".

"ku dengar kau dekat dengan Felix. Apa aku benar".

"hm. Ada masalah?".

"jauhi dia. Aku tak akan bicara panjang lebar dan memberi tau detail siapa aku sehingga menyuruhmu melakukan itu. Felix pasti sudah memberi tahu sesuatu padamu kan?".

"kenapa aku harus menjauhinya. Siapa dirimu, kenapa aku harus peduli?".

"aku tau, Seo changbin. Kau menyukainya kan? Dia milikku. Tolong jauhi dia".

Dia maju selangkah.
Tatapannya mengintimidasi seakan mengasah nyala api perkelahian.

"aku bukan anak kemarin sore yang akan merebut milik orang lain. Jika benar dia milikmu. Tolong jaga dia sebaik mungkin. Jangan lukai dia. Jangan buat dia menangis. Jangan disakiti atau kau khianati".

Tangannya mengepal.
Aku melangkah mundur.

"dia temanku. Jangan menyuruhnya menjauhiku. Itu akan menyakitinya. Aku tau batasan dalam berteman. Jangan khawatir. Karena aku tidak main curang dalam mengambil hati seseorang".

::








Never ending, Goodbye ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang