::Felix tersenyum kepada Seseorang yang barusaja menjemputnya di Lobby rumah sakit. Lalu masuk kedalam mobil si penjemput setelah terlebih dahulu dibukakan pintunya.
Ia terpaksa meninggalkan mobilnya di rumah sakit karena tau seseorang akan menjemputnya.
"Terimakasih Seungminssi, maaf merepotkan malam-malam".
Seungmin menatap Felix dari spion mobilnya.
"Santai aja, kebetulan aku lewat. Changbin benar-benar akan memecatku kalau aku ngga jemput kamu. Bahkan dia meneriakiku di telpon". Adu Seungmin sembari tertawa.
"Ka Changbin selalu seperti itu. Kamu tentu kesal kan. Aku minta maaf mewakili dia". Felix balas tertawa.
"Dia hanya terlalu sayang kamu. Aku sangat mengerti. Melihat perlakuannya yang lembut saat dirumah, aku sangat terkejut apakah itu benar-benar Changbin bosku yang sangat dingin dan pemarah di kantor".
"Sepertinya hubungan kalian dekat sekali?". Tanya Felix saat ia memperhatikan bagaimana antusiasnya Seungmin saat menceritakan Changbin padanya.
"Iya haha. Daripada seorang Bos, Changbin malah seperti temanku".
-
Changbin menunggu Felix di depan pintu utama rumahnya Saat sebuah BMW merah masuk ke pekarangan, ia lantas berlarian dan membuka pintu disisi Felix.
"Terimakasih tumpangannya Seungminsii".
"My pleasure".
"Eh bawel maaf ya ganggu malem-malem kasian Berry soalnya kalo harus ku tinggal buat jemput dia". Changbin ngusak rambut Felix yang kini sudah berdiri di sisinya.
"Jangan lupa naikin gajiku bulan ini. Udah ya aku pulang".
Mobil Seungmin keluar dari pekarangan rumah lalu pagar secara otomatis terkunci. Felix menatap Changbin sekilas.
"Deket banget ya sama Seungmin?. Aku gaenak loh ngerepotin dia malem-malem. Dasar lebay kamu".
"Deketlah dia temenku. Jangan cemburu. Dia mau nikah sama pacarnya dalam waktu dekat".
"Serius? Dia udah punya pacar?".
"Yaiyalah ngapain bohong. Yuk cepetan masuk".
Tiba-tiba Felix merasa bersalah akan prasangkanya pada Seungmin beberapa saat yang lalu.
Felix masuk kekamarnya untuk mandi. Sedang Changbin masih sibuk dengan pekerjaannya di ruang tengah.
Setelah mandi, Felix keluar lalu mendatangi kamar putrinya yang sudah gelap. Ia tersenyum.
"Selamat malam anak papa yang paling cantik. Tidur yang nyenyak. I love you". Ia mengecup kening Berry lalu keluar dari sana dengan hati-hati.
"Mau kopi?". Atensi Changbin teralihkan oleh suara Felix. Ia mengangkat kacamatanya.
"Gausah. Udah selesai kok cuma tinggal koreksi".
"Makasi ya udah jagain Berry". Felix ikut selonjoran disamping Changbin yang masih sibuk sama laptopnya.
"Jangan bilang makasi. Tanpa disuruh juga bakal ku jagain". Changbin narik pundak sempit Felix lalu menyandarkan Ia ke dadanya. Mengusap rambut Felix sambil masih terfokus dengan pekerjaannya.
"Udah dong~ kamu tu kerja terus tau ngga".
"Bentar lagi sayang. Oh iyaa ga ngantuk kamu? Tidur gih".
"Gimana mau tidur kalo kamu peluk terus". Felix makin menyerukkan kepalanya didada Changbin. Aroma Mint yang menguar dari tubuh Changbin benar-benar favoritenya.
Changbin melepas pelukannya. "Yaudah bobo sana. Goodnight".
Felix justru meraih tangan kiri Changbin dan membuatnya mengalung di pundaknya lagi. "Mau nungguin kamu aja".
Tak lama Changbin mematikan laptopnya. Melepas kacamatanya lalu mendongakkan kepala Felix.
"Hyunjin gimana?".
"Dia gapapa kak. Cuma kecapean".
Changbin ngubah posisi Felix biar mereka berhadapan, dia genggam erat jemari Felix.
"Bilang aja dia kenapa, aku liat tadi kamu nangis".
"Aku gatau. Dokter bilang dia Trauma. Dia selalu kepikiran masa lalu. Penyakitnya bisa sembuh kalo dia bahagia dan di maafkan".
Changbin senyum dibalik sejuta rasa yang berkecamuk dalam dirinya. Oh ini toh waktunya untuk mundur. Baiklah.
:)"Tentunya ini tentang kamu kan?". Ia mengusap punggung jemari Felix untuk memberinya kekuatan.
Walau nyatanya, Changbin lebih membutuhkannya.
"Aku udah maafin Hyunjin, aku juga udah minta dia lupain semuanya. Aku bingung harus gimana?".
"Yaudah kamu istirahat deh, pasti capek kan?".
"Iya. Aku kekamar dulu ya. Kamu juga langsung istirahat. Selamat malam kakBin".
"Selamat malam Fe, mimpi indah ya".
Changbin mengantarkan Felix kekamarnya. Kamar yang di dominasi photo pernikahan Felix dan hyungnya. Tempat yang selalu mengingatkan dia. Dimana posisinya sebenarnya.
"Selamat tidur ya, aku kekamar dulu". Changbin mematikan lampu kamar Felix lalu pergi darisana setelah menutup pintu.
"Entah kenapa, perasaanku bilang kamu akan pergi jauh setelah ini Fe. Aku belum siap kehilangan kamu dan Berry". Changbin meremas knop pintu kamar Felix dengan perasaan kalud dihatinya.
Fe, Aku sangat mencintai kamu.
::
Sok Sbux bgt hari ini😭
Kayaknya gabakal double
Up ya🙏🙏🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Never ending, Goodbye ✔
Short Story[ COMPLETE ] Tentang Lee felix dan dunia Roller coasternya !Warn;BXB