Part yang kalian tunggu🙏Siapin hati.
::
"Uncle kemana aja, kok lama pulangnya?". Berry berjalan sempoyongan kearah Changbin yang barusaja kembali padahal sudah jam 8 malam. Jika biasanya pukul 4 sore sudah kembali, akhir-akhir ini justru tidak lagi. Tak ada kesempatan untuk sekedar berbincang santai. Changbin seperti tengah menjaga jaraknya dengan gadis kecil itu.
"Maaf ya, Uncle sibuk banget". Ia mengusap pipi hangat Berry. "-kamu kenapa belum tidur?". Lanjutnya.
Diujung sana, ia melihat Felix lengkap dengan piyama tidurnya. Bertemu tatap sebentar setelah itu ia pergi darisana.
Changbin tau, ini kesalahannya."Berry udah makan?". Yang ditanya hanya mengangguk kecil. Ia memeluk pundak Changbin dengan erat. Merasa ada sesuatu yang berbeda dari Unclenya.
"Yuk bobok. Uncle temenin kekamar". Berry menurut saja saat Changbin menggendongnya. Ia mengatupkan matanya dan menyandarkan kepalanya di pundak Changbin. Tempat favorite setelah Daddy-nya.
Masih dengan pakaian kerja, Changbin mengusap kepala Berry dengan sabar, menggumam lullaby hingga perlahan mata gadis kecil itu terpejam.
"Don't leave me, Uncle. Loveyou". Itu gumaman terakhir Berry sebelum ia tertidur. Changbin cukup jelas mendengarnya.
Ia mengusap kasar wajahnya lalu membenarkan letak selimut gadis kecilnya. Mengecup keningnya dengan hati-hati lalu menatapnya lagi.
"Uncle gabisa selalu disamping kamu. Berry. Waktu uncle mungkin semakin menipis. I love you too".
::
"disaat sakit maupun sehat „
::
Changbin melinting lengan kemeja putihnya sebatas siku setelah melepaskan jas kerjanya. Ia menatap Berry sekali lagi sebelum benar-benar keluar dari kamar itu.Bodoh sekali.
Waktuku sedikit, kenapa aku menyia-nyiakan semua yang tersisa.Bukan tanpa alasan.
Malam itu-
saat dimana Changbin tak lagi merasa memiliki harapan untuk tetap bersama dua orang tersayangnya.Malam itu-
Changbin mendengar semuanya. Semua yang seharusnya tak pernah ia dengar.🔙
"Uncle, kayaknya itu papa deh". Berry yang baru saja menyelesaikan PR-nya bersiap untuk menyambut seseorang di depan sana.
"Biar uncle aja. Berry rapihin bukunya. Abis itu siapin buku sesuai pelajaran besok ya. Kalo udah selesai tunggu di meja makan".
"Oke siaaap". Berry membuat gesture hormat lalu berlari ke kamarnya setelah mendapat satu kecupan di keningnya.
"Makasih udah anterin pulang. Dan err- maaf untuk yang tadi". Felix merasa bodoh setelah insiden ciuman yang tadi mereka lakukan.
"Ani, harusnya aku yang minta maaf. Itu salahku".
"M-mau masuk dulu? Berry pasti seneng ketemu kamu". Felix menahan lengan Hyunjin saat dia akan kembali ke mobilnya.
"Gausah udah malem, aku pulang dulu Felix". Hyunjin menatap jemari Felix yang masih menahan lengannya.
"hati-hati "Changbin meng-unlock kunci pintu utama agar Felix bisa masuk setelahnya pergi darisana begitu saja.
"Uncle, papa mana?" Berry sudah duduk di salah satu kursi meja makan dengan semangat.
"Masih diluar. Yuk makan yang banyak ya sayangnya uncle".
At least, inilah yang terjadi.
::
"Disaat kelimpahan maupun kekurangan„
::
Felix menarik nafasnya dengan deru tak biasa. Ia gugup tentusaja. Ia berjalan menuju Altar dengan mamanya di sebelah kanan serta Berry menggenggam tangan kirinya yang berkeringat.
Di kesempatan terakhir Felix berdoa, semoga ini yang terbaik. Semoga ia tak salah mengambil keputusan.
Felix menoleh kesamping, pada seorang pria yang menatap kagum dengan garis kaca di matanya. Senyumnya mengembang walau Felix tahu, ia tak baik-baik saja. Maaf.
Setelah memantapkan hati, Felix berganti menatap seseorang didepan sana. Tengah berdiri tegap dengan setelan Tuxedo hitam yang membuatnya terlihat sangat tampan. Ia menunggu dengan sabar sambil menyatukan dua tangannya diperut. Felix tau, dia sama gugupnya.
-
Sampe disini ada yang bisa tebak 2 lelaki itu?
Yang di Altar?
Yang dibarisan tamu?
-
Ia tiba di Altar. Mama nya dan Berry pun mundur, meninggalkan Felix dan calon pasangannya bersama seorang Pastor. Ini bukan yang pertama kali, tapi Felix gugup sekali. Ia terus bergerak acak dengan kening membasah. Pria disisinya seperti tahu kegundahan Felix. Ia mengusap sebentar jemari Felix dibawah sana.
"it's okay, semua akan baik-baik saja".
::
"disaat muda maupun tua„
::
Janji sakral itu selesai di ucapkan. Felix menarik nafas lega. Ia mendongak, dimana pria dihadapannya tengah memasangkan sebuah cincin perak polos yang di desain khusus oleh pengrajin ternama yang hanya untuk mereka berdua.
Jangan bayangkan harganya, kalian tak akan sanggup mendengarnya.Felix tersenyum sumringah saat cincin tersebut sudah melingkar di jemari keduanya. Ia sampai menangis untuk meluapkan segala perasaannya.
Pria itu mendekat, mengelus jemari Felix serta cincin pernikahannya yang berdampingan dengan satu cincin lain. Itu tak masalah baginya. Tangannya yang lain ia gunakan untuk mengusap rambut belakang Felix lalu mengecup keningnya dengan sejuta cinta, bersalah, bahagia, lega, dan semua perasaan yang menyatu didalamnya.
::
"sampai maut memisahkan "
::
"I love you, ...... Felix. Thanks for everything". Bisiknya setelah itu.
"Love you too, ............ , Terimakasih untuk ...........
". Felix menutup matanya saat .......... mengecup singkat bibirnya seraya memeluk erat punggung sempitnya.::
Ntar malem aja deh.
Biar menghayati.😅
KAMU SEDANG MEMBACA
Never ending, Goodbye ✔
Historia Corta[ COMPLETE ] Tentang Lee felix dan dunia Roller coasternya !Warn;BXB