::"Sayangg ayoo bangunn". Pria dewasa itu mengecup pipi gembilnya gemas.
"Huuu masih ngantuk dadd".
"Ayo dong. Katanya mau jalan-jalan. Bangun yukkk".
"Papa manaa?".
"Yuk kita bangunin papa. Papanya masih bobok kayak kamuuu".
"Hehe gendong".
Ia membawa gadis kecilnya di gendongan lalu masuk ke kamarnya.
"Cepet bangunin papa".
Gadis itu mengangguk antusias lalu mulai naik keatas ranjang orangtuanya dengan kesusahan.
Ia membelai wajah cantik pria lain yang sedang tertidur pulas.
"Papaaa~ bangunnnnnn".
Hmmmmm
"Paaa ayoo bangunn. Temenin Berry sama Daddy jalan-jalann".
"Mau kemana sih pagi-pagi gini?".
"Ini udah siang papanya Berry". Pria yang lebih dewasa mengusap keningnya agar segera bangun.
"Ayo bangun dong sayang. Mumpung libur ayo kita jalan-jalan". Ia mengikuti gadis kecilnya untuk membangunkan sang papa.
"Huhuhuuu ngantukkk". Ia merentangkan tangannya membuat Berry menubrukkan diri dan masuk kepelukannya.
"Ihh Daddy ikutan donggg".
Ia datang dengan pelukan besar lalu bergabung memeluk keduanya.
Kedua ciptaan Tuhan paling sempurna yang teramat ia cintai dalam hidupnya.
"I love you sayang-sayangkuuu".
"I love you Dad, iloveyou papa".
Sang papa menatap pria yang lebih tua, yang tengah tersenyum dengan wajah tampannya. Yang sangat ia cintai melebihi apapun di dunia ini.
“Thank you daddy..”
::
Berry menyeka air mata yang tiba-tiba mengalir jatuh dari matanya. Hatinya sakit, tapi ia tak punya siapapun untuknya mengadu.
"Dadd, Berry kangen banget".
"Dad ayo ketemu lagi? Daddy bisa denger Berry kan?".
"Dad jangan bilang hiks, papa ya kalo Berry nangis lagi".
"Berry gamau papa sedih".
"Dad tolong temui Berry dalam mimpi malam ini yaa".
"I love you Daddy, Always".
Gadis kecil itu mematikan lampu kamarnya, menutupi tubuhnya dengan selimut lalu memejamkan mata sambil memeluk sebuah bingkai foto.
Selalu begini, setelah papanya datang kekamar mengantar susu dan mengecup keningnya, Berry selalu merasa ada yang kurang.
Ia belum mendapat kecupan dan ucapan selamat malam dari Daddy nya. Dan Berry sangat merindukan itu.
::
Felix membuka matanya perlahan. Bias cahaya matahari dari jendela mengetuk matanya untuk segera dibuka.
Kala nyawanya mulai terkumpul, dominasi kamar Changbin menyambut indera lihatnya. Dan lagi, senyum itu.
"Sudah bangun?".
"Yak! Kamu liatin aku selama tidur? Kenapa ga bangunin?".
"Gapapa. Kamu keliatan capek hehe".
"Yaudah aku bangun dulu".
Tapi tunggu.
Tunggu dulu.
Saat Felix ingin mengangkat selimutnya, ia baru sadar akan satu hal-
"Fe?".
"Eh i-iyaa?".
"I'm so sorry, i feel bad for what i'm doing to you".
-Felix ingat, ia tak mengenakan apapun dibalik selimut tebal itu. Jadi ia menggenggam selimutnya erat-erat.
"Jangan minta maaf, kan aku yang mau". Disaat seperti ini, ia justru memilih untuk tersenyum dengan rasi bintang super cantik di wajahnya.
"I'm so done with you. Harusnya aku bisa tahan".
"Gapapa kakbin. Aku juga minta maaf, aku ga ngertiin kamu. Aku egois".
Felix menggunakan jemarinya untuk mengusap pipi Changbin. Wajah tampannya kian dewasa dari hari ke hari.
"Setelah ini aku harap ga ada yang berubah. Aku malu banget sama kamu. Tapi aku gamau kalo abis ini kita jadi canggung. Ya kak?".
"Kamu ngomong apa sih? Ga ada yang bakal berubah kok. Aku tetep sayang kamu. Yaudah aku bangunin Berry. Kamu beresin diri aja dulu. Aku tunggu dibawah".
"He-em".
Haruskah aku berhenti memeluknya?
Haruskah aku berhenti tidur dengannya?
Haruskah aku berhenti bersikap manja?
Haruskah aku menjaga jarak?
Kakbin. Ini semua salah aku yang terlalu serakah
Menganggapmu milikku tapi pada kenyataannya aku tak pernah benar-benar melakukannya.
Maafkan aku.
::
Misal aku bolehin kalian pilih,
Kalian mau Felix sama siapa
Di akhir nanti?Hyunjin?
Changbin?
Atau orang baru yang mungkin
Akan aku ciptakan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Never ending, Goodbye ✔
Nouvelles[ COMPLETE ] Tentang Lee felix dan dunia Roller coasternya !Warn;BXB