Ke delapanbelas🐨

624 103 20
                                    

::

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


::

Siapa yang tahu, Felix akan menangis seperti ini.

Siapa yang akan tahu, bahwa lagi-lagi luka itu kembali. Felix menatap Hyunjin yang masih tertidur di hadapannya. Hatinya sakit mengetahui banyaknya beban berat yang harus Hyunjin pikul di pundaknya.

"Kenapa membuat diri kamu seperti ini? Kenapa menyiksa dirimu sendiri?". Felix menggunakan jemarinya untuk mengelus lengan Hyunjin yang masih tertidur.

"Beliau terkena penyakit post traumatic stress disorder atau biasa dikenal PTSD".

"PTSD adalah kondisi mental di mana seseorang mengalami serangan panik yang dipicu oleh trauma pengalaman masa lalu. Mengalami kejadian traumatis adalah hal yang berat bagi siapapun. Namun, sejumlah orang mengidap PTSD setelah mengalami peristiwa yang menyakitkan atau mengejutkan, seperti kecelakaan, insiden yang mengancam nyawa, atau perang. Ia mungkin memikirkan kejadian traumatis ini sepanjang waktu dan hal ini dapat mempengaruhi kehidupannya. Memang sulit untuk menyesuaikan diri dan menerima perubahan setelah kejadian traumatis, tapi selalu ada cara untuk membuat pasien merasa lebih baik".

"Caranya dok?".

"Dia harus hidup bahagia dan lepas dari Traumatic yang dia alami. Misalnya dimaafkan akan kesalahan dimasa lalu".

::

Hyunjin mengepalkan jemarinya perlahan. Saat dirasa ada jemari yang lain, Hyunjin mengeratkan kepalannya karena tiba-tiba perasaan hangat memenuhi sisi kosong dalam dirinya.

Ia membuka matanya, ingatan beberapa jam yang lalu menyadarkan seluruh inderanya.

"B-berry?".

Seingatnya, tadi ia tengah menemani Berry melukis di Gallerynya. Tapi dimana sekarang?

Hyunjin menoleh kesamping dan mendapati Felix tertidur dengan meletakkan kepalanya di bangsal yang ia tiduri.

Mata Hyunjin membola. Siapa tadi?
Felix?

Setelah ia menajamkan penglihatannya, dan benar itu Felixnya.
Felix yang sangat ia rindukan.
Felix yang membuatnya jatuh cinta disetiap kedipan mata.
Felix yang sudah ada dihadapannya namun terasa sangat jauh.

Kini ia tahu, darimana perasaan hangat itu berasal. Hyunjin melepas tautan jemari mereka. Ia dengan perlahan mengusap punggung tangan Felix dengan ibu jarinya.

"Aku adalah manusia paling bodoh di Dunia. Menyakitimu seperti itu. Aku seperti hidup di Neraka karena kelakuanku sendiri. Felix, tolong maafkan aku". Bisikknya.

Felix sedikit bergerak dalam tidurnya, setelah beberapa saat lalu ia kembali tidur dengan tenang.

"Pasti sakit sekali tidur seperti itu".

Hyunjin perlahan bangun dari ranjangnya. Ia dikejutkan dengan jarum infus yang menancap di pergelangan tangan kirinya.

Lalu bagaimana caraku mengangkat Felix?

"F-felix?". Hyunjin mengusap kepala Felix, memanggilnya dengan suara sepelan mungkin.

Felix menggeliat kecil lalu perlahan membuka matanya. Dihadapannya, ia melihat Hyunjin yang terduduk bersandar di bangsalnya.

"Hyunjin? Sejak kapan kamu bangun? Ada yang sakit?".

"Kamu ngapain tidur kayak gitu? Maaf ya aku ganggu tidur kamu. Aku cuma mau suruh kamu pindah ke sofa". Ucap Hyunjin sembari menunduk.

Entahlah. Dia merasa
Tak pantas untuk bertemu tatap dengan Felix.

"Ada yang sakit?". Felix justru kembali bertanya.

"Laper ngga? Biar aku keluar bentar".

"Udah malem lix, besok aja. Kamu lanjut tidur gih. P-pake selimutku aja".

Felix menghela nafas sejenak, ia bangkit lalu duduk di pinggiran ranjang Hyunjin.

"Jin, Tolong berhenti nyakitin diri kamu sendiri?".

"A-aku sakit?".

"Jin, aku pernah bilang aku udah maafin kamu. Aku udah berusaha buat lupain semuanya. Jadi aku harap kamu jangan mencemaskan hal itu lagi".

"Mereka bahkan datang padaku walau aku ngga mau mikirin semuanya. Mimpi-mimpi itu, mereka selalu datang. Aku pantes dihukum Lix".

"Mimpi apa?".

Hyunjin mendekat, ia mengusap jemari Felix tanpa meminta terlebih dahulu.

"Kamu orang baik. Kamu gaboleh tau".

Felix menatap Hyunjin lekat. Sebenarnya ia sendiri bingung, kenapa rasa sakit itu sudah hilang dengan sendirinya dan bagaimana itu terjadi. Felix hanya tau selama ini dia hidup bahagia maka dari itu rasa benci itu perlahan tapi pasti mulai mencair.

"Tolong jangan sakit, aku pengen kamu kayak dulu lagi. K-kenapa kamu seolah menghilang dari dunia?".

Iya. walau tak begitu peduli, bukannya Felix tak tau jika Hyunjin menghilang dari kehidupan sebelumnya. Dia tak lagi bekerja dan memilih menyuruh orang kepercayaan untuk mengurus perusahaan. Dia memutuskan kontak pertemanan dengan sebagian teman. Dia benar-benar menghilang.

Itu yang Felix tau dari beberapa teman dekat Hyunjin yang kebetulan pernah bertanya tentang Hyunjin padanya. Temannya tak pernah tau, kejadian apa yang telah menimpa hubungan mereka hingga ia tak segan untuk bertanya.

"Karena aku sudah menyakiti duniaku".

"Kamu harus kuat".

"Felix, apakah ada kemungkinan kita kembali?".

-

Walau seribu kali kufikirkan
Hasilnya tetap sama, aku masih
Berharap kamu adalah
Rumah untuk aku
Kembali

-

"Aku pulang dulu ya. Kasian Berry".

Mungkin ini belum waktunya.

"Berry sendirian?".

"Ada Unclenya kok. Besok aku ajak Berry kesini setelah pulang sekolah. Kamu gapapa ku tinggal?".

Hyunjin mengangguk. "Hati-hati Felix. Dan terimakasih".

Tidak. Felix tidak ingin membahas hal itu sekarang.

::

Tinggal sedikit
Lagi menuju ending💗

Never ending, Goodbye ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang