Vierzehn : Oh Sehun

718 103 2
                                    

"Sehun-ah, kau di mana?"

"Di rumah. Kenapa?"

"YoonA? Bagaimana dia? Apa kau mengantarnya?"

"Tidak"

"Waeyo?"

Yuri memintaku untuk menemuinya. Dia ingin aku menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

"Ajumma~ apa kau sudah tidur? aku keluar sebentar ya", aku izin pada ajumma yang sedang berada di kamarnya.

"Kau mau kemana? Sudah malam, aku takut tuan akan akan bangun", ucap ajumma dengan nada berbisik.

"Tidak akan", ucapku meyakinkannya.

Aku pun keluar rumah dengan mulus. Malam semakin larut, aku terus menelusuri jalan yang masih ramai.

"Sehun-ah!", panggil Yuri.

Kami bertemu di salah satu mini market yang beroperasi 24 jam.

"Untukmu", Yuri memberiku sekaleng minuman.

"Thanks"

Aku pun menceritakan semuanya. Apa yang terjadi pada YoonA kecuali My Face, aku lewati bagian itu.

"Sebelumnya kau sudah tahu?", tanyanya.

"Hm", jawabku.

Yuri kesal padaku karena dia mengira aku tak memberi tahu YoonA kalau DongHae adalah laki-laki yang berengsek.

"Kau ingat saat kalian jalan bersama saat malam hari tetapi aku menolak?", tanyaku pada Yuri.

"Ya, aku ingat"

"Malam itu aku mengetahui semuanya. Aku tak sengaja melihat DongHae dan teman-temannya termasuk Seohyun. Mereka membicarakan kapan DongHae akan memutuskan YoonA. Sebenarnya aku tak tahu siapa yang punya ide itu. Besoknya aku beri tahu YoonA, namun dia marah padaku karena dia mengira aku mengarang semua ini", jelasku pada Yuri.

"Wah~ aku sangat marah", ucap Yuri setelah tahu semuanya.

"Aku tak tahu siapa yang memulai, namun tadi saat aku dan YoonA bertemu mereka di coffee shop Seohyun membuat bingung YoonA. Dia bilang kalau dia akan menepati janjinya pada DongHae tapi dia bilang juga pada YoonA kalau dia baru tahu hal itu. Aku yakin Seohyun bukan orang yang baik", tambahku.

"Dari awal aku sudah tak menyukai Seohyun", balas Yuri.

Setelah aku menjelaskan semuanya, kami pun berpisah. Aku tak tahu kalau rumah Yuri pun berada di daerah perumahanku. Untung saja besok libur, jadi aku bisa istirahat.

"Where have you been?", tanya abeoji begitu aku sampai rumah.

Wajah ajumma terlihat mengkhawatirkanku. Aku memberinya kode bahwa aku akan baik-baik saja walaupun aboeji pasti marah padaku.

"Menikmati angin malam", jawabku singkat.

"Bisakah kau diam di kamar dan hanya belajar!?", bentaknya.

New Things [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang