Siebenundzwanzig : Im YoonA

620 88 2
                                    

Tak terasa dua hari lagi akan memasuki minggu ujian. Hari ini rencananya aku dan Sehun akan pergi ke perpustakaan untuk belajar bersama.
Aku pun mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan. Setelah itu, aku langsung membersihkan badanku dan bersiap-siap untuk pergi.

"YoonA-ya~ Sehun sudah datang", panggil eomma.

"Iya sebentar", aku pun merapikan pakaianku sebelum keluar kamar.

"Aku pergi ya eomma", aku pun mencium pipi eomma.

"Kami pergi dulu, tante", pamit Sehun.

Hari ini Sehun mengendarai mobilnya sendiri tanpa supir. Tumben sekali.

"Kau diizinkan oleh eommamu?", tanyaku.

"Eum. Aku memohon pada eomma, agar aku bisa leluasa pergi denganmu"

"Kau ini. Makan dulu atau langsung ke perpustakaan?", tanyaku.

"Bagaimana kalo perpustakaan dulu?"

Baiklah aku setuju dengan Sehun, karena kalau seandainya Sehun memilih untuk makan dulu lalu nantinya kita kenyang, hilang sudah konsentrasi untuk belajar.

Selama di perjalanan kami bersenda gurau, cerita mengenai berbagai macam hal sampai yang tidak penting pun kita obrolkan, namun di satu sisi hatiku merasa tawa Sehun bukan tawa Sehun yang benar-benar adanya. Aku merasakan ada sesuatu yang terjadi.
Sejak aku sering bersama Sehun, diriku semakin peka terhadap seseorang. Mungkin ini efek perhatian yang sering diberikan Sehun dan orang-orang di sekitarku.

Aku memutuskan untuk tidak bertanya padanya karena tak mau merusak suasana menjadi canggung. Sehun nantinya akan cerita padaku, namun aku tak tahu kapan. Apapun yang sedang Sehun hadapi, aku akan terus mendukungnya.

_ _ _

Sesampainya di perpustakaan, kami mengambil kursi di ujung di bagian belakang karena di sana tidak terlalu ramai. Tidak seperti di bagian depan, banyak sekali orang yang belajar di sana.
Sehun dan akupun mengambil buku yang diperlukan. Setelah itu, kami pun belajar. Kami terfokus satu sama lain, sampai akhirnya fokus itu hilang karena bunyi sesuatu.

"Ppffttt....", aku menahan tawaku karena Sehun.

"Ssttt", ucap Sehun.

"Astaga, perutmu sudah menyerah. Apa kau sudah lapar?", tanyaku.

Aku menahan tawa karena tanda kelaparan dari Sehun.

"Eung. Bagaimana kalau kita makan dulu?"

"Baiklah. Kaja"

Aku dan Sehun meninggalkan perpustakaan dan pergi menuju tempat makan. Kami memutuskan untuk jalan kaki saja sambil menikmati langit sore.

"Aku benar-benar senang bisa jalan seperti ini denganmu", ucapku. Sehun tak membalas ucapanku, namun dia malah mengeratkan genggaman tangannya.

Sehun-ah.

Sampailah kami.

"Kau mau pesan apa?", tanyaku.

"Steak saja", balasnya.

Pelayan pun mencatat pesanan kami.

"Setelah makan, mau langsung ke perpustakaan lagi?"

"Makan aja belum, sayang", balas Sehun.

New Things [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang