Kabar Buruk!

8.6K 475 5
                                    

Selamat-Membaca!
. . .

Perempuan yang sudah tak terlihat muda itu menangis sesegukan menatap cucunya yang sedang terbaring lemah dengan mata yang terpejam. Yah, siapa lagi jika bukan nenek sikorban? Kemarin Dewa sudah menyuruh seseorang untuk menjemput sang nenek dan menemui cucunya yang sudah hilang beberapa hari itu.

"Kenapa cucu nenek bisa seperti ini?" tanya sang nenek kepada siapapun yang mendengarnya.

Niko melirik Dewa yang berdiri disampingnya. Ia lalu menyenggol lengan Dewa dengan sikunya membuat Dewa langsung melirik Niko dengan tajam.

"Maaf sebelumnya, malam itu tanpa sengaja saya menabrak cucu anda." jelas Dewa dengan tenang.

Tapi perkataan Dewa sungguh membuat Niko menahan tawanya! Dewa yang berucap jujur seperti itu terlihat sangat polos, mengakui kesalahannya seperti anak kecil yang tertangkap basah sedang mencuri sesuatu.

"Nenek sudah mencari dia yang hilang sejak dua minggu yang lalu. Kita hanya tinggal berdua, nenek sangat khawatir ketika cucuk nenek satu-satunya ini tak kunjung datang." cerita sang nenek masih dengan isakan nya seraya menggenggam erat tangan Dara.

Rasanya Dewa tak kuat melihat tangis rapuh sang nenek. Ia juga teringat akan kondisi fisik sang nenek yang sudah mulai melemah. Ditambah kabar buruk bahwa sicucu sedang koma akibat kecelakaan.

"Sekali lagi maafkan saya yang sudah membuat cucu anda tak berdaya seperti ini." sesal Dewa, tapi kali ini Niko juga ikut merasakan keseriusan yang ada didalam ruangan ini.

Nenek itu berbalik menatap Dewa. Ia tersenyum hangat seraya menganggukkan kepalanya.

"Ini bukan salah kamu. Ini takdir yang sudah ditentukan oleh sang maha kuasa. Semua sudah terjadi, kamu tak perlu menyesalinya."

Dewa hanya tersenyum tipis.

"Nek, nama nenek siapa?" tanya Niko.

Sungguh Niko sangat merusak suasana sekali.

"Saya nenek Silfiah, kamu boleh panggil saya nenek Fiah." jawab sang nenek.

Niko menganggukkan kepalanya mengerti. Ia lantas berganti menatap cucu nenek Silfiah.

"Kalau cucu nenek namanya siapa?"

"Dia Dara Diandra. Cucu kesayangan nenek."

Lagi, Niko mengangguk mengerti.

"Nek kalau saya sama cucu nenek, apa nenek setuju?" tanya Niko tanpa rasa malunya membuat nenek Fiah sedikit tersenyum geli.

Belum sempat sinenek menjawab. Ada seorang dokter masuk bersama susternya. Mungkin akan memeriksa keadaan Dara.

"Selamat sore, apakah bisa tunggu diluar sebentar? Kami ingin memeriksa pasien." jelas suster.

Lalu dengan berat hati sang nenek keluar dibantu oleh Dewa dan Niko. Nenek Fiah hanya duduk lemas menunggu pemeriksaan cucunya. Sekarang yang ia khawatirkan kesehatan cucunya.

Nenek Fiah menitihkan air matanya kembali. Ia sendiripun mulai melemah. Dirinya takut ketika ia pergi sang cucu masih dengan keadaan koma dan lebih parahnya lagi yang membuat kepalanya semakin pusing adalah ketika ia telah pergi meninggalkan dunia ini, siapa yang akan menjaga dan menemani Dara? Ia tak mau Dara cucu kesayangannya kesepian. Sedangkan dikota ini mereka tak punya sanak saudara.

"Nek mari saya antar untuk memeriksa kesehatan nenek." ujar Dewa merangkul halus pundak Nenek Silfiah.

Sedangkan Nenek Silfiah hanya menggelengkan kepalanya.

"Nenek sehat-sehat aja," jawab Nenek Fiah dengan senyuman hangatnya.

"Saya tau nenek sedang sakit. Mari saya antar untuk diperiksa kesehatannya." ujar Dewa yang masih kekeh mengajak sang nenek.

Nenek Fiah menatap anak muda didepannya dengan ragu. Nenek Fiah tak mau merepotkan orang lain. Lagipula ia tak punya uang untuk periksa dirumah sakit sebesar ini.

"Nenek gak usah khawatir.. saya akan membantu. Tentang biaya biar saya yang urus. Sekarang kesehatan nenek lebih penting, kalau nenek sakit siapa yang menjaga Dara cucu nenek?"

Niko yang mendengar ucapan Dewa hanya menggeleng-geleng kan kepalanya dengan takjub. Ternyata sahabatnya punya hati nurani juga. Ia kira sahabatnya itu orang yang kejam bagai iblis. Apalagi terhadap wanita! Biasanya ngomong saja irit ditambah muka datar nan dinginnya itu. Pikir Niko.

Nenek Fiah menatap ketulusan dimata anak muda itu. Ia jadi terpikirkan akan ucapannya tadi. Benar. Jika dirinya sakit, siapa yang akan merawat dan memberi kasih sayang untuk cucunya?

"Nenek mau kan cepet sembuh?"

Nenek Fiah mengangguk semangat.

Dewa tersenyum lega menatap sang Nenek lalu membawanya keruangan yang sudah dipersiapkan untuk diperiksa.

"Bagaimana keadaannya dok?"

"Nenek Silfiah sudah menderita penyakit kangker stadium 2 sejak lama. Ia harus rutin untuk melakukan kemo terapi, dan keadaanya semakin memburuk jika nenek Silfiah terlalu banyak memikirkan hal yang membuat sakitnya semakin bertambah parah." jelas Dokter membuat jantung Dewa seketika bergemuruh hebat.

"Sepertinya nenek Silfiah juga harus dirawat inap agar mendapatkan penangan medis yang lebih baik lagi, mengingat kondisi fisiknya juga yang saat ini melemah." lanjutnya.

"Lakukan apapun itu, agar nenek Fiah sembuh dan bisa kembali sehat seperti semula.."

- - - - -

Tbc.
Jangan lupa tinggalkan jejak.

ISTRI KOMAKU [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang