Selamat-Membaca!
. . .Dewa bernafas lega melihat Dara yang sedang menengadahkan tangannya menyentuh air hujan. Ia kira gadis itu sudah pergi, Dewa pikir juga gadis itu akan nekat menerobos kejalan raya untuk pulang.
"ASEKKK NAMBAH GEDE YUHU!!"
Baru bernafas lega Dewa dikejutkan dengan Dara yang berteriak dan ingin menerobos hujan yang semakin membesar itu.
Sedangkan Dara yang baru saja ingin menerobos hujan, badannya langsung berbalik dan menabrak dada bidang seseorang. Ia memejamkan matanya karena terkejut. Tanpa melihat tak ada jarak diantara mereka. Dara bisa merasakan hembusan nafas berbau maskulin yang meniup wajahnya. Dara juga bisa merasakan detak jantung seseorang didepannya ini.
"KAMU GILA?!!" Bentak Dewa seraya melepaskan pelukannya dengan kasar.
"Saya masih waras." jawab Dara seadanya.
"Kalau masih waras kenapa mau nerobos hujan segede ini!!" Ucap Dewa tanpa mengurangi volume nada suaranya.
"Karena saya suka hujan."
"Ck. Alasan macem apa itu? Apa kamu gabisa diem dirumah nunggu sampai hujannya reda? Inget. Kamu baru aja sadar dari koma." Peringat Dewa masih menatap tajam Dara yang hanya menatapnya bingung.
"Kenapa kamu jadi marah-marah begini sih? Saya cuma mau ngambil cincin yang sengaja saya buang tadi." Jelas Dara membuat mulut Dewa bungkam.
Dibuang? Sengaja? Dasar istri tak tahu diri. Batin Dewa kesal.
"Biar saya yang ngambil."
Dewa mengambil cincin pernikahannya yang ditunjukan Dara dan tak lumayan jauh darinya. Ia lalu memberikannya pada Dara dengan raut wajah dinginnya.
"Kenapa dibuang?" Tanya Dewa dingin ditambah lagi pakainya yang setengah basah ini.
"Ya gapapa. Saya kesel punya suami kaya kamu, makanya saya buang." Jujur Dara.
"Ck. Gatau diri." Decak Dewa.
"Terserah kamu mau bilang saya kaya apa. Intinya saya mau pulang! Hujan udah reda." Ucap Dara yang ingin melangkah pergi tapi lagi-lagi tubuhnya tertarik.
Kali ini seperti seseorang sedang membawa kucing. Hanya ujung baju saja yang ditarik masuk kedalam rumah mewah itu.
"Mang Toni tolong kunci rumah. Jangan sampai tikus ini keluar rumah atau kabur." Perintah Dewa pada seseorang pria paruh baya yang tak sengaja lewat membawa sebuah gelas kopi.
"Siap Den. Tapi itu kok non Dara digituin? Kaya anakan kucing." Ujar mang Toni seraya terkekeh pelan.
Dara melotot tajam mendengar obrolan singkat keduanya, ia lalu melepas tangan Dewa dari bajunya. Berjalan kearah mang Toni dan menyeruput kopi hangatnya, membuat Dewa maupun mang Toni membulatkan matanya terkejut.
"Makasih mang, Anget banget kopinya." Tanya Dara mengembalikan kopi yang setengah habis ke tangan mang Toni yang masih diam.
Kekonyolan apalagi ini?-batin Dewa.
"Dapur sebelah mana mang? Saya laper.." Tanya Dara.
Dewa hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Sebelum akhirnya Dara pergi setelah ditunjukan oleh mang Toni dimana letak dapurnya
"Den Dewa dapet istri dari mana? Bisa secantik dan selucu itu.." tanya Mang Toni pada Dewa.
"Tong sampah mang." Setelah mengucapkan itu Dewa pergi melesat ke kamar nya meninggalkan mang Toni yang melongo hebat.
- - - - -
Tbc.
Jangan lupa tinggalkan jejak.
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRI KOMAKU [Tahap Revisi]
RomanceBagaimana rasanya tidak hadir dipernikahan sendiri? Bagaimana rasanya menikah dengan orang asing yang tak kita kenal? Bagaikan sebuah kejutan teristimewa dihidupnya, sosok Dara yang baru bangun dari komanya dikejutkan dengan kepergian seorang nenek...