Kedatangan Mertua!

7.3K 374 4
                                    

Selamat-Membaca!
. . .

Dewa tersenyum menatap istrinya yang sedang terlelap disampingnya. Ia membayangkan kejadian semalam setelah dirinya mengungkapkan perasaanya pada Dara. Saat itu Dewa bisa merasakan betapa manisnya bibir merah Dara. Membelai setiap helai rambutnya. Mencium aroma wangi rambut Dara. Dan ah membayangkannya bisa membuat Dewa gila!

Cup.

Dewa mencium kedua bola mata Dara yang masih terpejam. Lalu berganti ke kedua pipi mulus Dara. Dan yang terakhir kebibir ranum Dara yang merah itu.

Dara menggeliat dari tidurnya. Ia terbangun karna ulah Dewa. Tapi tiba-tiba Dewa lagi-lagi mencium singkat bibir Dara membuat siempunya menatap tajam sipelaku.

"Morning kiss?"

"Nggaada."ketus Dara dan beranjak dari tidurnya meninggalkan Dewa yang sedang tertawa gemas.

Setelah membasus wajahnya dikamar mandi, Dara turun kebawah menyiapkan sarapan untuk Dewa sekaligus membatu Biisah. Ia kesal pada Dewa! Apakah tak ada cara lain selain membangunkan dengan cara tadi? Dasar setan.

"Astagfirullah Dara gaboleh gitu. Ini masih pagi! Maapkan Dara yaallah."

Lama berkutik didapur akhirnya sarapan selesai. Dara lantas beranjak menuju kamar untuk menyiapkan pakaian Dewa. Ia mengira pasti sekarang Dewa sudah siap dengan pakaian kantornya. Karna tadi Dara benar-benar lama didapur.

Mata Dara seketika membesar melihat Dewa yang sedang duduk ditepi ranjang menggunakan handuk saja. Rupanya Dewa baru selesai mandi. Tapi kenapa tak langsung memakai baju kantornya? Pikir Dara.

"Kamu ngapain ajasih didapur? Aku bosen nunggu kamu disini."ujar Dewa.

"Kamu nungguin Dara?"

Dewa mengangguk.

"Kenapa ngga siap-siap pake baju?"

"Aku mau kamu yang siapin bajunya."jelas Dewa.

Sungguh Dara tak percaya mendengarnya, membuat Dara ingin sekali mencakar wajah tampannya.

"Yaudah tunggu sebentar! Dara ambilin dulu."ketus Dara dan berlalu menyiapkan pakaian Dewa.

Setelah bersiap Dara dan Dewa segera turun kebawah untuk menyantap sarapan paginya. Mereka berdua terlihat bingung menatap seseorang yang sedang duduk dimeja makan sedang membelakanginya.

"Pagi.."

Mata Dara berbinar ketika seorang itu menoleh. Yah papanya Dewa. Ini kali kedua Dara bertemu dengan papanya Dewa. Dan kedatangannya dipagi ini membuat Dara senang.

"Papah tumben kesini?"tanya Dewa yang lantas ikut bergabung dimeja makan.

"Emang kenapa? Papah mau ketemu menantu papah."ketus Tio pada anaknya.

"Aku cuma nanya."jengah Dewa seraya memutar bola matanya malas.

"Ayo pah dimakan sarapannya! Itu buatan Dara loh.."ujar Dara dengan semangatnya.

Tio menoleh kearah menantunya seraya tersenyum dan mengangguk.

"Wahhh rupanya papah harus sering-sering dateng kesini. Masakan kamu enak banget.."puji papahnya ketika melahap sarapan buatan Dara.

"Serius? Papah suka sama masakan Dara?"ujar Dara berbinar pada Tio.

"Suka banget. Masakan kamu ngingetin papah sama almarhum mamahnya Dewa. Maka dari itu papah minta nambah, boleh?"ujar Tio dengan cengiran bodohnya

Dara terkekeh pelan mendengar ucapan mertuanya.

"Dara ambilin lagi! Kalo bisa semuanya buat papah."gura Dara dengan tawa kecilnya yang disusul Tio.

Dewa berdecak kesal melihat Dara yang mengacuhkannya. Ditambah lagi melihat tatapan papahnya yang seakan menang lebih unggul mendapatkan perhatian Dara dibanding dirinya.

"Sayang.. aku mau itu dong."

"Ambil sendiri! Dara sibuk."ketus Dara membuat Tio tertawa terbahak-bahak lalu berlanjut mengobrol dengan mertuanya.

"Nasib suami tiri."-Dewa.

- - - - -

Tbc.
Jangan lupa tinggalkan jejak.

ISTRI KOMAKU [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang