Tak Pulang!

7.1K 377 5
                                    

Selamat-Membaca!
. . .

Insiden siang tadi masih tak lepas dari ingatan Dara. Tapi Dara hanya berusaha berfikir positif kalau mereka hanyalah seorang rekan kerja. Dara rasa ada yang tidak wajar dengan hatinya. Rasa kecewa dan sakit menghampirinya ketika melihat tangan Dewa digenggam erat oleh perempuan itu. Apa benar Dewa memiliki seorang kekasih? lalu kenapa sikap Dewa berubah? Ingatkan Dara ia tak boleh terlalu berharap. Dewa hanyalah orang asing. Tak lebih.

"Dar kenapa melamun? Cerita dong kalo ada masalah."

Suara Gina membuat Dara menoleh lalu tersenyum. Ia menggelengkan kepalanya tanda tak apa-apa.

"Gue tau lo bohong. Ayo cerita!" Kekeh Gina.

Dara menghela nafasnya. Orang yang satu ini tidak mudah dibohongi. Jika Dara tetap bersikekeh tidak bercerita pasti Gina akan selalu mengikutinya atau memaksanya sampai Dara buka mulut.

"Dara bingung sama pernikahan konyol ini.."

"Kenapa? Suami lo masih dingin?" Tebak Gina.

"Bukan. Dara malah ngerasa aneh sama sikap Dewa beberapa hari ini. Beberapa hari yang lalu kita sempat debat, disitu Dara minta cerai.."

"APA!! Lo gila?" Teriak Gina histeris membuat beberapa pasang mata yang ada dicafe itu menoleh.

"Aishh! Gina dengerin dulu. Jangan potong cerita Dara! Kata nenek itu gak sopan." Ketus Dara yang hanya dibalas cengiran oleh Gina.

"Oke sorry! Lanjut-lanjut.."

"Terus pas Dara minta cerai tangan Dewa langsung nampar pipi Dara.."

"WHAT?!! SERIOUSLY? Kurang ajar tuh cowo. Belum tau gue siapa kali yah! Awas aja kalo sampe ketemu." Tiba-tiba Gina terbawa emosi mendengar sahabatnya ditampar.

"Emang kalo ketemu mau diapain sama Gina?" Penasaran Dara.

"Di.. emm, diapain yah enaknya? Dijadiin suami gue mungkin?" Ucap Gina seraya terkekeh melihat wajah sangar Dara.

"Iss udahlah Dara mau balik kerja aja!"

Baru saja bangun dari duduknya, tubuhnya langsung kembali terduduk karena tarikan tangan Gina.

"Lo hari ini harus tuntasin dulu ceritanya! Gapake nanti-nanti. Gausah mikirin kerjaan, cafe lagi sepi!"

"Iya deh iya.." pasrahnya. "Tadi Dara cerita sampe mana? Dara lupa gara-gara Gina motong ceritanya mulu."

"Pas Dewa nampar lo,"

Dara mengangguk lalu menceritakan kejadian yang dialaminya beberapa akhir ini. Dari mulai sikap Dewa yang berubah setelah menamparnya, melihat Dewa bersama wanita dicafe ini dan banyak lagi. Gina pun tak kalah untuk menunjukan ekspresinya kala mendengarkan cerita Dara. Wajahnya selalu berubah-ubah, kadang berteriak histeris waktu Dara bercerita tentang yang manis-manis soal Dewa. Kadang juga emosi sendiri jika Dara bercerita yang buruk soal sikap Dewa.

***

Sudah berapa lama Dewa menunggu Dara pulang. Lihatlah lah ini sudah hampir larut malam tapi Dara belum juga pulang. Dengan perasaan khawatirnya, ditambah rasa bersalah yang masih menyelimuti hatinya, Dewa kembali kecafe yang siang tadi disinggahinya bersama Luna. Tapi ketika Dewa sampai sana ia langsung membanting stir pengemudi dengan kesal.

"Cafe udah tutup. Kemana Dara?" Frustasinya.

Dewa terus berpikir kemana Dara pergi. Ia tak tahu biasanya Dara kemana. Berdiam diri didalam mobil, tak berapa lama ia tahu tempat satu-satunya yang sangat pasti disinggahi Dara saat ini.

"Rumah nenek Fiah!" Gumamnya lantas melajukan mobilnya menuju tempat itu.

Dewa memarkirkan mobilnya didepan rumah minimalis itu. Masih dengan rasa khawatirnya Dewa lantas masuk kedalam pekarangan rumah. Tapi ketika hendak membuka pintu utama, ia menggeram kesal.

"Kenapa dikunci!"

Tok!Tok!Tok!
D

i

Dewa mengetuk pintunya dengan tidak sabaran. Tak berapa lama Dewa mendengar suara kunci dibuka dan menampakan pengurus rumah nenek Silfiah yang biasa merawat nenek Silfiah ketika Dara bekerja.

"Den Dewa kenapa tengah malem gini kesini?" Tanya Bi Siti yang terlihat sedikit terkejut.

"Didalem ada Dara bi?"

"Ada den. Non Dara lagi istirahat dikamarnya." Jelas bisiti membuat Dewa bernafas lega.

"Boleh saya masuk kedalem?"

"Den suaminya masa gak bibi bolehin?" Ujar Bi Siti lantas membiarkan Dewa masuk kedalam.

"Makasih bi, saya ke kamar Dara dulu." Ucap Dewa dengan senyumnya dan berlalu menuju kamar Dara.

Dewa perlahan membuka kamar Dara yang tak dikunci, setelah masuk dengan langkah pelan-pelan ia tak lupa mengunci pintu kamarnya. Menghampiri Dara yang sedang terlelap lalu duduk disampingnya.

Dewa melengkungkan bibirnya. Orang yang dikhawatirkannya beberapa saat lalu sekarang malah sedang enak berpelukan dengan guling. Dewa jadi cemburu melihat guling yang dipeluk Dara dengan erat.

Perlahan Dewa mengecup kening istrinya. Walaupun ia baru kenal Dara beberapa minggu yang lalu tapi Dara sudah menjadi istrinya beberapa bulan yang lalu.

Tepatnya ketika Dara koma. Dewa jadi merasa semakin bersalah melihat Dara yang tak pulang kerumah nya. Rupanya Dara memang mencoba menghindar dari dirinya.

"Good sleep, my wife."

- - - - -

Tbc.
Jangan lupa vote dan komen.

ISTRI KOMAKU [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang