Selamat-Membaca!
. . .Sejak kejadian itu Dara benar-benar marah. Ia mendiamkan Dewa. Bicara hanya seperlunya. Tak ada yang meminta maaf terlebih dulu. Dewa pun terlihat tak peduli dan begitu pun sebaliknya. Dua orang itu bagaikan saling tak mengenal padahal satu atap, satu kamar dan satu tempat tidur.
Ntah lah kali ini Dara tidak akan tinggal diam jika Dewa membentaknya lagi. Dirinya juga bisa marah! Jangan sangka. Bahkan lebih kejam dari Dewa.
"Sampai kapan kamu mau diemin saya?" Tanya Dewa, seperti bisanya dengan hawa yang terasa dingin.
Dara hanya melirik Dewa, setelahnya kembali lagi fokus pada layar ponselnya. Ia sengaja tak menjawab, pura-pura tak mendengar.
"Saya tau kamu dengar ucapan saya." Ujar Dewa yang sekarang duduk disamping Dara membuat Dara terlonjat kaget.
"Kamu kalau mau duduk bilang-bilang dong!" Kesal Dara mengusap dadanya.
"Kenapa harus bilang? Ini kursi saya, jadi saya bebas mau duduk dimana aja."
Dara tak menghiraukan ucapan Dewa. Ia kembali fokus pada ponselnya. Namun tak berapa lama ponselnya melayang. Ralat! Bukan melayang tapi diambil oleh Dewa.
"Balikin." Ujar Dara datar.
"Kamu gak liat ini jam berapa? Kata dokter kamu masih butuh istirahat."
Pasalnya setelah koma Dara pulang kerumah meski baru bangun beberapa hari, padahal kondisi fisiknya masih lemah. Dara pun tak mau menginap lagi dirumah sakit itu. Alhasil dokternya yang rajin bulak-balik kerumah Dewa untuk mengecek keadaan Dara.
"Gak usah so peduli. Saya juga tau saya harus apa." Ketus Dara.
"Saya bukan peduli. Saya cuma kasihan sama kamu. Kamu gak usah kegeeran atau baper, karena saya belum nerima kamu sepenuh nya jadi istri saya. Saya masih menganggap kamu cuma orang asing yang bergaris bawah istri.."
"Saya bahkan nikahin kamu bukan atas dasar apa-apa selain karena ingin menebus kesalahan saya yang buat kamu sampai koma." Jelas Dewa dengan wajah tanpa ekspresinya.
Dara diam membeku mendengar pengakuan Dewa. Akhirnya ia tau alasan kenapa dengan mudah Dewa menerima perintah neneknya.
"Saya juga cuma menepati janji saya sama nenek Silfiah supaya kamu gak kesepian atau sendirian. Jadi kamu harus tau diri dan nurut sama saya. Semua udah saya korban kan, untuk menebus kesalahan saya apakah masih belum cukup?" sambungnya membuat Dara tersenyum hambar.
"Belum."
Dara bangun dari duduknya, begitu pun dengan Dewa yang ikut bangun sambil tertawa sumbang seraya bertepuk tangan takjub mendengar ucapan Dara.
"Kamu mau saya berkorban apa lagi? Atau kamu mau minta sesuatu untuk menebus kesalahan saya ini?" Nada suara Dewa terdengar sangat berat, seperti tengah menahan emosi.
"Ceraikan saya.."
Pletak!
Dara memegangi pipinya seraya tersenyum kecut. Cih! Baru beberapa minggu sudah KDRT saja. Dasar setan. Gerutu Dara dalam hati.
Dewa terkejut atas kelakuannya sendiri. Sungguh ia tak sengaja bahkan ia tak niat menampar istrinya. Ia hanya terbawa emosi dan suasana saat ini, ditambah lagi ucapan Dara yang tiba-tiba menyayat hatinya.
Dewa kini bahkan bisa melihat disudut bibir Dara sedikit mengeluarkan Darah.
Dan Dara? Dia hanya tertawa kecil merasakan ngilu yang luar biasa ini.
"Hahaha.." Dara tertawa miris sesekali mengusap darah yang keluar dari bibirnya.
"Apa ini yang dinamakan KDRT? Wahh.. berarti saya udah pernah ngerasain dong." Takjub Dara tanpa sadar tingkahnya selalu diperhatikan oleh Dewa yang aslinya terkejut.
Tapi ketika Dara sedang tertawa air matanya ikut turun dengan deras.
"Ini air dari mana? Ko perih isss.."
Dewa memutar bola matanya malas. Wanita didepannya ini oon atau bagaimana? Jelas-jelas itu air matanya sendiri yang turun mengenai bibirnya yang terluka. Tak banyak berfikir Dewa langsung mengambil kotak P3K dikamarnya. Dewa dengan telaten membersihkan luka kecil yang ada disudut bibir Dara.
"Kalo mau nampar bilang-bilang dong! Sayakan mau ngehindar atau ga nangkep tangan kamu biar kaya difilm-film.." gerutu Dara meski tau bibirnya sakit tapi masih terus saja mengoceh.
Selesai mengobati, Dewa lantas duduk lebih dekat pada Dara dan langsung membawa Dara kedalam pelukannya. Ia mencium harum rambut Dara sesekali mengecupnya. Dewa tau Dara sempat menegang ketika dipeluk oleh dirinya tapi itu tak berselang lama.
Dewa masih menyesali perbuatan kasarnya pada Dara. Tak seharusnya ia begitu. Tapi mendengar ucapan Dara tadi ia semakin tersulut emosi. Walaupun Dara orang asing dan orang asing itu istrinya. Ia tak ada niatan sama sekali untuk bercerai.
"Maaf." Hanya kata itu yang keluar dari mulut Dewa.
- - - - -
Tbc.
Jangan lupa vote dan komen.
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRI KOMAKU [Tahap Revisi]
RomanceBagaimana rasanya tidak hadir dipernikahan sendiri? Bagaimana rasanya menikah dengan orang asing yang tak kita kenal? Bagaikan sebuah kejutan teristimewa dihidupnya, sosok Dara yang baru bangun dari komanya dikejutkan dengan kepergian seorang nenek...