Selamat-Membaca!
. . .Dara terus tersenyum melayani pelayan yang mulai menyepi karena sudah malam. Dara masih mengingat jelas ketika melihat Dewa siang tadi turun dari mobil bersama dengan wanita.
Ntah kenapa saat itu rasanya Dara ingin sekali mencabik wajah mereka, tapi Dara sudah harus cepat menuju cafe Gardenia, tempat kerjanya. Dara melihat mereka tapi mungkin Dewa tak menyadarinya.
"Dar lo pulang gih, udah mau tutup juga cafenya." Ujar Gina membuyarkan lamunan Dara.
Ya. Dara kembali lagi bekerja dicafe Gardenia ini. Dia mulai bekerja lagi sejak hari ini, dan untungnya Dewa mengizinkannya untuk pulang tadi pagi, jadi Dara memiliki alasan untuk keluar rumah dan bekerja disini lagi.
Karena memang pemiliknya sangat baik sekali padanya, meski ia sudah menghilang 4 bulan karena koma, Dara masih tetap di izinkan untuk berkerja.
Bagaimana tidak baik? Pemilik cafe ditempat kerjanya ini milik Gina pribadi, sahabatnya. Gina menangis ketika melihat Dara datang siang tadi. Dara menjelaskan detailnya kejadian yang sudah dialami kepada Gina. Gina juga selalu mencari Dara dirumah nenek Fiah, tapi selalu tak ada siapapun. Sahabatanya itu benar-benar khawatir ketika Dara menghilang tak ada kabar.
"Lo harus banyakin istirahat. Keadaan lo juga belum sepenuhnya sehat." Omel Gina yang hanya ditanggapi cengiran oleh Dara.
"Udah balik sana!"
"Iya sebentar lagi nih," Dara masih ikut membantu membersihkan cafenya yang akan tutup.
"Sekarang Dara.."
"Nanti Gina.."
"Balik sekarang atau gue pecat?" Ancam Gina yang rupanya tak main-main.
"Iya ini pulang! Berasa diusir deh kan." Kesal Dara.
Gina tersenyum melihat wajah sahabatnya yang sudah lama ia rindukan.
"Taxinya udah didepan."
"Gina pesen taxi? Dara gak punya uang buat bayar ihh.." kaget Dara.
"Udah gue bayar. Lo tinggal naik terus turun dan masuk kedalem rumah." Jelas Gina seraya terkekeh.
"Dibayarin? Tapi nggak potong gajih ya? Hehe.."
"Ngga Dar.. udah sono kasian abangnya udah nungguin."
"Yaudah Dara pulang dulu. Seeyou besok Gina! Muahh.." pamit Dara memberi kiss jauh sebelum akhirnya keluar dari cafe.
Dara turun dari taxi setelah mengucapkan terimakasih. Tapi Dara mengerutkan dahinya bingung melihat mobil sport hitam terparkir didepan rumahnya. Ya, dia memang berniat kembali kerumahnya. Rumah neneknya yang sudah lama ia tinggalkan dan sangat ia rindukan.
Tali mobil siapa ini? Tanyanya dalam hati. Ia ingin masuk tapi pagar rumahnya sudah terbuka tak terkunci. Ia juga melihat pintu rumahnya sedikit membuka, membuat pikiran buruknya semakin menduga-duga.
"Wahhh.. kayanya ada maling dirumah nenek! Ini gak bisa dibiarin, Dara harus cegah! Barang-barang nenek semuanya antik. Termasuk yang punya." gumam Dara lalu membuka pintunya mengendap-endap dengan membawa sapu yang sudah ada ditangan.
"Dari mana jam segini baru pulang?"
Degh!
Dewa hany melihat Dara yang masih membelakanginya sedang menutup pintu.
Sedangkan seketika tubuh Dara menegang. Dara sepertinya mengenali suara itu! Yah Dara kenal. Suara Dewa. Sial, kenapa Dewa ada disini? Dara harus beralasan apa?!
Dara perlahan membalikkan tubuhnya seraya tersenyum semanis mungkin.
"Emm.. aa-abis nyapu depan! Liat dong saya bawa sapu beginikan?" Elak Dara menyimpan sapunya setelah ditunjukan sebagai barang bukti.
"Kamu ngapain disini?" Dara mencoba mengalihkan topik pembicaraannya.
"Jemput kamu."
"Sayakan udah bilang pengen pulang kerumah nenek, kata kamu juga terserah. Terus ngapain dijemput? Saya mau tidur disini." Heran Dara.
"Kalo kamu gamau pulang kerumah saya itu terserah." Jawab Dewa dan berlalu memasuki kamar yang sudah diceknya tadi bahwa itu adalah kamar Dara.
"Terus kamu mau kemana? Pintu keluarnya kan dibelakang saya?"
"Tidur. Saya cape."
"Cepe abis pacaran atau kerja?"
Pertanyaan Dara kali ini membuat Dewa berhenti berjalan dan berbalik menatap tajam Dara.
Dewa tau siang tadi Dara melihatnya turun dari mobil bersama Luna. Ia hanya pura-pura tak melihat dan Dewa tak mungkin menyapa Dara, karena ada Luna. Sebenarnya ia tak peduli jika Dara melihatnya atau tidak, Tapi karena rasa bersalah menghantuinya hati dan pikirannya akibat sudah pergi bersama wanita lain tanpa sepengetahuan Dara, istrinya. Karena itu Dewa berniat menjemput Dara dirumah Neneknya.
"Itu bukan urusan kamu. Saya tau kamu istri saya, tapi kamu gak perlu ikut campur urusan pribadi saya." Jelas Dewa dengan dingin sebelum akhirnya menghilang dibalik pintu kamar Dara.
Dara yang mendengar hanya mengikuti ucapan Dewa dengan menggoyang-goyangkan mulutnya tanpa suara.
"Tidur sekarang atau kamu saya cium?"
- - - - -
TBC.
Jangan lupa tinggalkan jejak.
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRI KOMAKU [Tahap Revisi]
RomansaBagaimana rasanya tidak hadir dipernikahan sendiri? Bagaimana rasanya menikah dengan orang asing yang tak kita kenal? Bagaikan sebuah kejutan teristimewa dihidupnya, sosok Dara yang baru bangun dari komanya dikejutkan dengan kepergian seorang nenek...