Pahitnya Kehidupan!

7.8K 416 2
                                    

Selamat-Membaca!
. . .

"Kenapa?"

"Kenapa apanya?" Tanya Dewa bingung.

"Kenapa harus saya? Saya dan kamu gak saling kenal bukan?" Tanya Dara menatap Dewa dengan intens dan tajam.

"Karena kamu cucu nenek Silfiah."

Dara diam, mencoba mencerna semuanya.

"Saya menikahi kamu karena keinginan nenek Fiah sebelum beliau meninggal dunia."

"ARGHHHHH!!!"

BRAKKK!!

"Nenek ngapain sih nikahin aku sama orang yang udah nabrak cucunya sendiri?" gumam Dara yang masih terdengar jelas ditelinga Dewa.

Dewa yang sempat terkejut karena Dara menggebrak mobilnya hanya menggelengkan kepalanya tidak percaya. Wanita ini tidak seperti luarnya, dia kira pendiam dan tentunya lembut tapi ternyata sangat kasar.

"Karena nenek kamu gamau kamu hidup sendiri dan kesepian ketika beliau pergi, beliau lalu percayain semuanya kesaya." jelas Dewa masih dengan wajah datar tanpa ekspresinya, mencoba seolah tak perduli dengan kelakuan gadis itu tadi.

Dara menghela nafas panjangnya. Bagaimana hidupnya jadi serumit ini? Sungguh pahit sekali hidup Dara. Baru saja bangun dari koma, dia sudah mendapat dua kejutan yang tak terdua. Satu lagi! Neneknya kenapa harus percaya kepada Dewa sipenabrak dirinya? Rupanya neneknya benar-benar salah pilih. Dewa jelas tampan dan gagah. Tapi sikapnya yang tegas, dingin, cuek dan datar tidak membuat ia senang akan menerima kenyataan ini.

"Sampai, semua barang-barang kamu dan pakaian kamu sudah ada semua didalam." Jelas Dewa sebelum akhirnya turun meninggalkan Dara sendiri.

Dara menatap nyalang kedepan tanpa berniat untuk turun dari mobil. Sungguh ini masih seperti lelucon baginya. Ia saja belum sepenuhnya pulih, tubuhnya saja masih terasa sedikit lemas. Tapi kenapa-

Tok.Tok.Tok.

"Sampai kapan kamu mau didalam?"

Sebuah ketukan dan suara tajam yang mengagetkan Dara. Ia menoleh dan menemukan wajah tampan Dewa yang sedang melihat kearah kaca. Dara bergegas turun ketika Dewa menyingkir dari pintu mobil.

Dewa lantas berjalan mendahului Dara dan Dara hanya mengikuti langkah pria itu dari belakang yang memasuki rumah bak istana ini.

"Kita satu kamar." ujar Dewa membuka salah satu pintu kamar ketika mereka sampai dilantai atas.

"Kamu istirahat, saya harus pergi kekantor." Ujar Dewa setelah memasuki area kamarnya.

Sedangkan Dara hanya diam duduk disisi ranjang tanpa memperdulikan ucapan Dewa. Matanya masih asik menelusuri setiap isi dari kamar ini. Ia masih sedikit belum percaya kepada Dewa, dan sekaligus risi jika mereka hanya berdua dikamar ini. Sampai Dara mendengar suara pintu tertutup kembali ia baru mengalihkan pandanganya. Dara bernafas lega akhirnya Dewa lelaki asing yang baru dikenalnya itu keluar juga.

Tapi seketika jantung Dara seolah berhenti berdetak saat dengan tiba-tiba pintunya terbuka lagi membuat nafas Dara tercekat.

"Satu lagi, jangan keluar rumah tanpa seizin saya. Saya hanya keluar sebentar, jika kamu butuh sesuatu tinggal panggil Bi Isah dibawah." Setelah mengucapkan itu kali ini Dewa benar-benar melenggang pergi.

Dara masih tak percaya ia sudah menikah. Tapi cincin ini? Ah nenek. Dara jadi sebal dengan neneknya. Ia ingin menangis sekarang juga. Apakah Dewa pantas ia sebut suami? Sedangkan dirinya hanya baru beberapa jam yang lalu mengenalnya.

"Nenek jahat! Masa anak orang main suruh nikahin Dara yang lagi koma hiksss.. hiksss.. " gerutu Dara seraya menangis dengan kaki yang sesekali ditendang kedepan dan meremas seprai dengan kencang.

"Dara sayang sama nenek. Tapi tetep nenek gak boleh gitu! Itu anak orang bukan anak kambing yang asal dikawinin hiksss..."

"Nanti kalau orang tuanya marah gimana? Nenek mau tanggung jawab? Hiksss.. dia anak orang nek. Anak orang. Dara juga punya perasaan. Kejutan dari nenek buat Dara mau gamau harus terima kenyataan hikss.."

Dara terus menggerutu sampai ia tersadar kalau dirinya sudah memarahi sang nenek yang sudah tiada. Dara dengan cepat menghapus air matanya dengan kasar. Ntahlah perasaannya sedikit kesal dan emosi saat ini.

"Dara minta maaf sama nenek. Dara gak bermaksud buat bentak atau marah-marah sama nenek. Cuma Dara itu kesel kenapa yang nikahin Dara orangnya ganteng banget? Kan Dara jadi sakit." Ujar Dara kecewa.

'Sakit?'

Dewa mengerutkan dahinya mendengar ucapan Dara. Sebenarnya ia tadi tak jadi pergi kekantor karena semuanya sudah diurus oleh sekertarisnya. Tapi ketika hendak memasuki kamar lagi ia lebih memilih diam mendengarkan celotehan Dara yang ternyata sangat rewel dan tentunya sedikit berisik.

'Bhahahahahahahaha..'

Tak berselang lama tiba-tiba Dewa dikejutkan dengan suara tawa Dara yang terbahak-bahak. Bukanya wanita itu tadi menangis? Kenapa sekarang tiba-tiba tertawa? Apakah ada orang lain selain Dara dikamarnya? Tapi siapa? Kenapa Dara tertawa begitu kencang seperti sedang bersenda gurau dengan seseorang? Dewa sungguh dibuat bingung dengan sikap Dara.

- - - - -

Tbc.
Jangan lupa tinggalkan jejak.

ISTRI KOMAKU [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang