Kesal!

7K 341 10
                                    

Selamat-Membaca!
. . .

Dara tersentak dari tidurnya. Ini masih pagi, lagi-lagi ia dibuat hampir terkena serangan jantung! Bagaimana tidak? Lihatlah sosok yang tidur disamping Dara. Dewa. Yah sejak kapan manusia itu ada dikamar dirinya? Gila. Dara sengaja tak pulang kerumah Dewa agar tak bertatap mata dengan nya. Tapi sekarang dengan seenaknya Dewa tidur disampingnya.

"Setan dimana-mana emang selalu ada yah!" Gumam Dara lalu beranjak turun dengan langkah pelan-pelan agar Dewa tak terusik dari tidurnya.

Dara bersiap-siap untuk pergi bekerja. Setelah selesai ia langsung beranjak keluar dari kamarnya. Dirinya bernafas lega karena Dewa masih belum bangun dari tidurnya.

"Loh non udah rapi mau kerja?" Tanya bi Siti yang rupanya sedang menyiram tanaman.

"Suttt.. Bibi jangan berisik nanti Dara ketauan." Dara yang menyimpan jari telunjuknya dibibir tanda untuk diam membuat Bi Siti kebingungan.

"Ketauan? Terus den Dewa udah bangun?"

Dara lantas menyalimi Bi Siti untuk pamit bekerja. "Dewa dibangunin aja kalo Dara udah pergi sekitar tiga puluh menitan dari sini. Bibi ngertikan? Kalo ngerti Dara kerja dulu." Jelas Dara yang langsung pergi setelah mengucapkan salam.

"Bibi belum jawab, non Dara ada-ada aja." Gumam Bisiti seraya menggeleng-gelengkan kepalanya lalu lanjut menyiram tanaman.

***

Sial! Kemana Dara? Ia tidak menyadari Dara sudah bangun terlebih dahulu. Mungkin karena efek semalaman ia tak tidur. Jangan tanya kenapa ia tidak tidur! Sudah pasti melakukan pekerjaan konyol, yah menatapi paras cantik Dara yang sedang terlelap.

Dewa keluar dari kamar Dara untuk mencari keberadaanya dan menemukan bi Siti yang ada didapur.

"Den Dewa udah bangun? Mau sarapan apa? Biar bibi buatin." Ujar Bi Siti selalu dengan senyuman hangatnya.

"Gak usah bi. Saya nyari Dara, Bi Siti liat?" Tanya Dewa.

"Non Dara udah berangkat kerja Den tadi," Jawab Bi Siti.

Dewa mengangguk mengerti. Dalam hatinya ia menggerutu kesal. Kerja lagi! Kerja lagi! Tidak bisakah Dara beristirahat dirumah saja? Keras kepala.

"Kalau begitu saya pamit pulang Bi.." Pamit Dewa pergi menuju rumah nya untuk bersiap-siap menuju kantor.

Dirumah ini Dewa tak memiliki pakaian ganti atau apapun. Jadi ia harus pulang terlebih dahulu kerumahnya untuk berganti pakaian. Sesampainya dirumah Dewa langsung bersiap-siap dan menuju kekantor tanpa sarapan. Padahal Bi Isah sudah menyuruhnya.

"Selamat pagi pak.."

Seperti biasa. Karyawan dikantor menyapanya tapi hanya dibalas ucapan singkat dan datar dari Dewa. Dewa berjalan menuju life untuk sampai keruangan nya.

Sungguh pagi ini sangat menyebalkan baginya! mengingat Dara pergi tanpa membangunkannya lebih dulu. Apa Dara tak tahu sekhawatir apa dia semalam? Ia sampai rela datang malam-malam untuk bertemu dengan Dara.

"Pagi pak.." Sapa Luna yang ikut memasuki Life nya.

Bahkan sapaan Luna tak Dewa hiraukan. Karena terlalu sibuk memikirkan Dara.

"Dewa kamu gapapa?"

Dewa diam, dan tak ada jawaban yang keluar dari mulutnya.

"Dewa? Kamu gapapa kan?"

"Dewa.. jawab!"

"Dewa kamu marah sama aku?" Tanya Luna yang menggoyang-goyangkan lengan Dewa.

Dewa menoleh menatap Luna dengan tajam. Pagi ini moodnya sudah hancur. Tolong jangan ditambah berantakan karena adanya Luna! Batin Dewa.

"Kamu jahat! Katanya kamu akan selalu ada setiap aku butuh.." kata Luna dengan kemanjaannya.

Dewa berdecak kesal. Untung saja didalam life ini hanya ada mereka berdua. Kalau tidak, orang akan berpikir apa tentangnya.

Ting.

Life terbuka, dan Dewa segera keluar diikuti oleh Luna yang masih menekuk mukanya karena tak ia ladeni.

"Tolong Profesional." Ujar Dewa dingin kepada Luna sebelum akhirnya jalan lebih dulu.

Luna berdecak kesal menatap punggung Dewa yang hilang dibalik pintu itu.

"Dewa kenapa dingin lagi sih?! Kemaren perasaan baik-baik aja." Gerutu Luna.

"Apa jangan-jangan karena pelayan dicafe kemaren? Siapa cewe itu?" Tebak Luna yang memang memperhatikan gerak-gerik mata Dewa yang selalu tertuju pada pelayan kemarin itu.

"Gue harus cari tau! Ini gak bisa dibiarin. Bisa-bisa rencana gue hancur!" Kicaunya tanpa sadar banyak karyawan kantor yang memperhatikannya.

"Apa lo liat-liat!! Gue colok nih pake ujung hak gue!!" Ketus Luna ketika sadar sedang diperbincangkan oleh segerombolan karyawan lainnya.

- - - - -

Tbc.
Jangan lupa tinggalkan jejak.

ISTRI KOMAKU [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang