Selamat-Membaca!
. . .Selesai pertemuan dengan kliennya. Dewa lantas kembali keruangan. Hari ini banyak berkas yang menunggu tanda tangannya tapi Dewa malas. Otak dan pikirannya dipenuhi Dara! Ia rindu Dara. Semalam memang ia memperhatikan wajahnya tapi itu saja belum cukup mengobati rindunya. Daranya tidur, tak bicara dan bertanya. Itu yang membuatnya rindu.
"Woii bro! Masih pagi udah ngelamun aja lo."
Dewa menoleh lalu menemukan wajah menyebalkan Niko. Kenapa anak itu datang kesini? Kenapa anak itu kembali lagi ke Indonesia? Harusnya pesawat yang ditumpangi Niko jatuh saja agar Niko tak kembali.
"Ngapain lo kekantor gue?" Ketus Dewa.
"Wuishh.. sabar dong sabar. Ngegas aja tuh mulut! Gue kesini ya karena kangen dong sama lo." Jelas Niko yang memainkan alisnya.
"Najis."
Niko tertawa mendengar umpatan Dewa.
"Istri gue gimana? Selama gue keluar negri gak bawelkan?" Tanya Niko membuat Dewa kebingungan.
Istri? Niko kan belum merried.
"Lo gatau istri gue? Wah parah. Sahabat macam apa lo ini." kata Niko seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Lo udah kawin dinegara orang?" Tebak Dewa.
Pletak.
"Sakit goblok."
"Abis mulut lo gabisa direm. Kawin dari mananya? Istri aja gada." Ketus Niko.
"Tadi apa maksudnya?" Bingung Dewa yang semakin tak mengerti dengan ucapan Niko.
Niko kini hanya menunjukan cengiran tak berdosanya. "Maksudnya gue ralat, bukan istri sih tapi calon istri."
"Siapa?" Tanya Dewa tanpa ekspresi.
"Yah Dara lah!"
Pletak.
"Anj-"
Pletak.
"Sakit bangsat!" Niko meringis memegangi kepalanya yang dipukul dengan berkas tebal yang ada dimeja Dewa.
"Mulut lo boros."
"Lo kira mulut gue gas, Boros." Gerutu Niko masih dengan muka melasnya.
"Gimana rumah tangga lo? Udah ancur belum?" Gurau Niko seraya terkekeh membuat Dewa menatap tajam sahabatnya.
Pertanyaan macam apa itu!.
***
Tidak usah ditanya. Dewa sudah tau pasti Dara tidak akan pulang kerumahnya lagi. Oleh karena itu Dewa pergi kerumah nenek Silfah dan pulang lebih cepat agar Dewa bisa menjelaskan kejadian kemarin pada Dara.
"Assalamualaikum Bi Siti. Dara pulang!"
Suara Dara membuat Dewa bangkit dari meja makan lantas menghampirinya seraya balik mengucapkan salam.
"Loh kamu ko disini?" Heran Dara.
"Emang kenapa? Gak boleh?" Ujar Dewa melengkungkan bibirnya.
"Bukan gitu. Tapi kamu mau apa disini?"
"Ketemu kamu."
"Sekarang kan udah ketemu. Ada lagi?"
Dewa berjalan lebih mendekat kearah Dara. Ia menggenggam erat kedua tangan Dara seraya tersenyum manis.
"Saya mau jelasin kejadian kemarin. Itu semua gak seperti apa yang kamu pikirin." Jelas Dewa.
Dara membalas senyuman Dewa. Ia menarik tangannya. Disini tak ada lagi yang harus dijelaskan, Dewa tak salah. Walaupun ia istrinya tapi diantara mereka sama sekali tak ada cinta. Jadi rasanya percuma jika Dewa menjelaskan. Itu bukan urusan Dara.
"Gausah dijelasin, saya ngerti."
"Tapi perempuan itu cuma sekertaris saya. Kita gada hubungan apa-apa, saya serius." Ujar Dewa yang rupanya masih kekeh ingin menjelaskan.
"Mau itu sekertaris kamu atau bahkan kekasih kamu, saya gak marah. Itu hak kamu untuk mencintai orang lain, dan disini saya gak bisa larang-larang kamu walaupun kamu suami saya. Diantara kita gada cinta, jadi untuk apa kamu repot-repot menjelasin itu semua bukan?" Jelas Dara sebelum akhirnya pergi pamit untuk kekamar lebih dulu.
Dewa menghela nafasnya. Kenapa jadi begini? Disaat ia mulai membuka hati, kenapa Dara seakan ingin menjauhinya? Apa yang harus Dewa lakukan sekarang? Hatinya sudah terisi nama Dara. Yah. Dewa yakin dirinya telah mencintai Dara walaupun ia baru menyadarinya sekarang. Walaupun mereka baru beberapa minggu tinggal bersama. Mungkin karena sering bertemu, rasa ini perlahan tumbuh tanpa memberi aba-aba terlebih dahulu.
Lo gak boleh nyerah! Perjuangin cintanya! Ambil hatinya! Rampas rasanya! Curi perhatiannya! -Dewa.
- - - - -
Tbc.
Jangan lupa tinggalkan jejak.
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRI KOMAKU [Tahap Revisi]
RomanceBagaimana rasanya tidak hadir dipernikahan sendiri? Bagaimana rasanya menikah dengan orang asing yang tak kita kenal? Bagaikan sebuah kejutan teristimewa dihidupnya, sosok Dara yang baru bangun dari komanya dikejutkan dengan kepergian seorang nenek...