Selamat-Membaca!
. . ."Malem ini ada acara ulang tahun perusahaan, kamu ikut."
Dara menoleh menatap tak yakin pada Dewa. Dewa yang ditatap melengkungkan senyuman manisnya.
"Kamu kenapa?"
"Dara gayakin bisa dateng keacara itu."ragu Dara.
"Kenapa? Kamu ada acara malem ini?"tanya Dewa.
"Ngga ada. Tapi Dara gapede dateng kesana berdua sama kamu. Nanti kamu malu lagi bawa Dara keacara itu.."
Dewa tersenyum mendengar ucapan Dara. Ia lantas membawa istrinya kedalam pelukannya seraya mengecup puncak kepala Dara.
"Kenapa harus malau? Bahkan seharusnya orang-orang tau kalau kamu itu milik aku."
"Tapikan-"
"Gada tapi-tapian. Itu acara perusahaan aku, kamu harus ikut serta hadir karna kamu istri aku sekarang."
Dara melepas pelukannya. Percuma ia menggunakan alasan apapun Dewa pasti membantahnya.
"Aku udah beliin kamu pakaian buat nanti malem. Perintah aku, jangan dandan cantik-cantik! Nanti semua orang bisa suka sama kamu. Kalau perlu kamu belepotin aja makeupnya biar semua orang pada ilfil liat kamu."jelas Dewa.
Perintah macam apa itu?
"Kamu sakit? Istri mau cantik ko dilarang."ketus Dara membuat Dewa terkekeh pelan.
"Cantiknya dirumah aja, biar cuma aku yang liat."goda Dewa.
"Kamu mau Dara cantik dirumah ajakan? Yaudah kalo gitu Dara gabakal pergi malem ini!!"ketus Dara dan berlalu pergi meninggalkan Dewa diruang tengah sendiri.
"Sayang.. ko aku ditinggalin sendiri?"ucap Dewa setengah berteriak pada Dara yang sedang menaiki tangga namun sama sekali tak Dara hiraukan.
"Yah ngambek dehtuh! Bisa tujuh hari tujuh malem gue didiemin kalau gadibujuk.."gumam Dewa menyusul Dara yang sudah menghilang.
***
Diperjalanan Dewa terus saja mendiami Dara. Dara jadi bingung harus melakukan apa. Ia tak mengerti dengan jalan pikiran Dewa.
"Kamu sampe kapan mau diemin Dara? Kalo gini Dara jadi males buat dateng keacara itu."ucap Dara namun masih tak diladeni oleh Dewa.
Sudah berapa kali Dara membujuk Dewa, tapi Dewa masih tetap tak bersuara. Dia hanya menyetir dengan tenang tanpa ekspresi.
"Kalo kamu masih marah, Dara minta diturunin sekarang juga!!"kesal Dara pada akhirnya.
Dewa yang mendengar lantas memarkirkan mobilnya ketepi jalan. Apakah Dewa benar-benar akan membiarkan Dara turun dijalan sendirian? Pikir Dara.
Dara menatap Dewa yang hanya kenatap kearah depan. Rupanya melirik saja Dewa tak sudi kearahnya. Tapi sekarang apa yang harus Dara lakukan? Ah sudahlah lebih baik Dara turun. Ia takan main-main dengan ucapannya.
"Kenapa belum turun?"tanya Dewa dingin.
Dara tersentak dari lamunannya. Ia menghembuskan nafasnya gusar. Dewanya sudah benar-benar marah.
"Kamu serius gamau cegah Dara?"tanya Dara meyakinkan.
"Hmm."gumam Dewa.
"Dara turunyah.. kamu jangan nyesel udah biarin Dara turun disini."ancam Dara.
"Hmm."
"Awasyah kalo sampe kejar Dara kaya difilm-film! Dara gakan mau diajak lagi sama kamu."
"Udah? Turun."
"Oke. Sekarang Dara turun."
Brak.
Dewa menoleh mendengar suara pintu mobil tertutup. Ia menatap tak percaya istrinya. Dara benar-benar turun? Harusnya Dara membujuk dirinya agar tak merajuk lagi. Bukan turun seperti ini. Pikir Dewa.
Sedangkan Dara berjalan mendahului mobil Dewa. Ia terus memainkan ponselnya sesekali melirik kearah depan takut ada sesuatu yang bisa ia tabrak. Dara tak tahu Dewa mengejarnya atau tidak. Ia malas menoleh kearah belakang. Dara tersenyum melihat panggilan dari sahabatnya. Ia butuh Gina sekarang.
"..."
"Iya Gina. Masa Dara diturunin ditengah jalan sendiri sama Dewa.."
"..."
"Sebel! Cuma gara-gara Dara dandan cantik malem ini terus pake dres pilihan Dara sendiri Dewa sampe marah, diemin Dara selama perjalanan padahal udah Dara bujuk."
"..."
"Emang! Dewa itu suami set-"
Tinnn...
Dara memejamkan matanya. Sekarang ia berada didalam pelukan seseorang. Jantungnya berdetak lebih cepat karna terkejut mendengar suara klakson mobil yang tadi hampir menabraknya. Sekarang hidungnya mencium wangi maskulin yang Dara sangat kenal. Dara mendongak dan menemukan wajah khawatir Dewa.
Yah. Dewa suami setan.
"Kamu kalo jalan liat-liat dong! Coba tadi kalau gada aku, gimana nasib kamu sekarang? Masuk rumah sakit lagi dan koma gitu? Kamu pikir nungguin orang koma gacape? Aku gamauyah nungguin kamu lagi kaya waktu itu."omel Dewa membuat Dara berdecak kesal.
Lihatlah sekarang. Bukannya Dara tak apa-apa? Kenapa Dewa jadi bawel seperti ini.
"Terus juga kalau dijalan jangan main handpone, resikonya kaya tadi. Kamu hampir ketabrak. Dan kalau kamu mati aku sama siapa?"
Dara mengeratkan giginya. Ia hampir saja menggaruk wajah Dewa jika tak mengingat dia itu suaminya. Mulutnya tak bisa diam. Tadi saja ketika didalam mobil jangankan berbicara melirik saja tak mau. Gemas Dara.
- - - - -
Tbc.
Jangan lupa tinggalkan jejak.
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRI KOMAKU [Tahap Revisi]
RomansaBagaimana rasanya tidak hadir dipernikahan sendiri? Bagaimana rasanya menikah dengan orang asing yang tak kita kenal? Bagaikan sebuah kejutan teristimewa dihidupnya, sosok Dara yang baru bangun dari komanya dikejutkan dengan kepergian seorang nenek...