Luna!

7.2K 380 5
                                    

Selamat-Membaca!
. . .

Dara duduk disofa dekat jendela kaca transparan yang ada dikamar Dewa. Ia menitihkan air matanya lagi mengingat sang nenek yang sudah tiada. Kakinya masih lemas akibat tidur panjangnya kemarin. Dirinya masih tak habis pikir dengan alur cerita hidupnya. Lihatlah dimana sekarang ia berada? Dirumah pria asing yang katanya sudah menjadi suaminya. Kapan ia menikah? Jangan tanyakan soal menikah. Soal pria itu saja ia tak kenal apalagi kepikiran untuk menikah.

Dara menghela nafas panjang. Ia harus menerima kenyataan ini. Ia harus menerima kejutan ini. Ditambah lagi ia harus sabar memiliki suami yang dingin dan kejam itu. Semuanya diluar logika! Kehidupannya bagaikan sinetron diftv. Sangat konyol.

"Tidur, ini sudah malam."

Dara menoleh menemukan Dewa yang sudah berpakaian rapih seperti ingin pergi. Tapi ia tak peduli walaupun hari sudah beranjak malam.

"Saya mau keluar. Kamu jangan coba-coba untuk pulang." ujar Dewa selalu dengan raut wajah dinginnya.

"Iya!!" ketus Dara berdiri dari duduknya lalu merebahkan tubuhnya keatas ranjang.

Dewa melesat keluar, sebelum pergi ia memesankan sesuatu pada pelayan dirumahnya. Wanti-wanti takut istrinya kabur.

Diperjalanan Dewa selalu menghembuskan nafas gusar. Baru sehari, kedatangan Dara sudah membuatnya kesal. Bagaimana jika berhari-hari? Bisa gila Dewa. Ia tak habis pikir memiliki seorang istri seperti Dara. Ekspetasinya sangat jauh. Ia hanya ingin menikahi orang yang dicintainya bukan orang asing seperti Dara.

***

Dum. Dum. Dum.

"Kenapa muka lo ditekuk gitu?" ujar Niko setengah berteriak karena suara musik yang menggema diclub malam ini.

Dewa hanya acuh lalu meminum segelas botol berbau alhkohol itu untuk yang kedua kalinya. Ia bukan pria pecinta minuman ini. Ntah dorongan dari mana ia mau diajak Niko kedalam tempat berisik itu untuk yang kedua kalinya. Padahal Dewa kemarin sudah memakan korban sehabis dari tempat haram ini. Yah Dara yang dia tabrak, itu ketika ia pulang dengan keadaan mabuk. Mungkin karena pikiranya yang sudah terlalu buntu dan frustasi, Dewa datang keclub malam ini lagi.

"Halo pak.." sapa seseorang membuat Dewa maupun Niko menoleh.

"Apa?" tanya Dewa datar pada sekertarisnya.

"Saya boleh gabung?" tanya Luna dengan senyuman manisnya.

"Boleh!!" Jawab Niko bukan Dewa.

Luna tersenyum senang. Ia lalu duduk dengan satu gelas berisikan wine ditangannya.

"Aku kaget liat kamu ditempat ini.." ujar Luna menatap tak percaya pada Dewa yang sedang meminum minuman terlarang itu.

"Dulu aja kalo aku ketempat ini selalu kamu marahin. Sekarang kamu sendiri ketempat kaya gini." jelas Luna menggenggam tangan Dewa yang langsung ditepis kasar oleh Dewa.

"Aku rindu kamu yang dulu Dewa.."

"Gue ga butuh ocehan penghianat kaya lo." ujar Dewa dengan dingin.

"Tapi Wa.. aku harus jelasin berapa kali kekamu tentang kejadian itu? Aku mau kamu percaya sama aku. Waktu itu aku kesel sama kamu yang lebih mentingin pekerjaan." ucap Luna dengan air matanya yang sudah berlinang. Yah air mata buaya. Membuat Dewa muak melihatnya.

"Aku masih sayang dan cinta sama kamu Wa, aku mau kita kaya dulu lagi.." kata Luna lantas memeluk tubuh Dewa dengan erat.

Dewa hanya diam tak membalas pelukan Luna juga tak memberontak. Jika Dewa boleh jujur ia masih sedikit memiliki rasa pada Luna. Tapi rasa cintanya dicampur dengan rasa benci dan Dewa juga tak berharap untuk kembali lagi. Ia tak mau kesalahan fatal Luna terulang kembali ketika mereka bersama. Cukup kejadian dimasalalu yang sudah membuat hatinya hancur, membuat ia trauma akan menjalin kisah cinta dan membuat ia menjadi sedingin ini kepada seorang wanita. Sekarang Dewa hanya harus menatap kedepan tanpa menoleh lagi kebelakang .

"Kayanya ada yang mau CLBK nih!" ujar Niko yang menyaksikan kejadian tersebut.

Dewa mendengus kesal. Padahal Niko tau dirinya telah memiliki seorang istri tapi dengan entengnya Niko mengucapkan kalimat seperti itu. Rupanya Niko benar-benar tidak menyukai pernikahan konyolnya dan lebih mendukung ia kembali bersama masalalunya.

Sedangkan Niko hanya menunjukkan cengirannya ketika ditatap setajam silet oleh Dewa. Niko tau bos dan sekertaris itu adalah dua manusia yang menjalin kisah cinta dimasalalu. Tapi semua hancur karena Luna mengkhianati cinta tulus seorang Sadewa Dirgantara.

Bodoh. Pikir Niko.

- - - - -

Tbc.
Jangan lupa vote dan komen.

ISTRI KOMAKU [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang