Selamat-Membaca!
. . ."Tidur sekarang atau kamu saya cium?" Gemas Dewa saat melihat bibir ranum Dara yang berbicara tanpa suara itu.
Dara menajamkan matanya. Gila! Bukanya Dewa sudah masuk kekamar? Kenapa keluar lagi? Mana hanya kepalanya yang muncul balik pintu, kan Dara jadi takut dengan ucapanya.
"Iya ini mau tidur!" Ketus Dara.
"Mau kemana?"
Dara memutar bola matanya dengan malas. Tadi katanya suruh tidur? Sekarang mau tidur ditanya mau kemana?
"Tidurlah! Kamu kan tadi nyuruh saya tidur." Gemas Dara.
"Kamar kamu disini. Kamu mau tidur dimana?" Heran Dewa.
"Saya tidur dikamar nenek. Kamu tidur dikamar saya." Jelas Dara.
"Kamu tidur dikamar kamu sendiri."
Dara mengerutkan dahinya bingung. Jika ia tidur dikamarnya sendiri? Lalu Dewa tidur dimana? Dikamar nenek? Tidak mungkin.
"Terus kamu gimana?"
"Saya dan kamu tidur dikamar ini." Jelas Dewa membuat mata Dara seketika melotot tajam mendengarnya.
"Gamau!!" Tolak Dara.
"Harus mau."
"Dirumah ini kamar ada dua. Kamu bisa pake salah satunya!" Kata Dara yang tidak bisa membayangkan jika ia tidur bersama dengan Dewa.
Ia saja jika dirumah Dewa, Dara biasa tidur disofa meski mereka sekamar. Lah kalau sekarang, ia tidur dimana? Dikamar nya hanya ada lemari dan meja rias. Tak ada sofa! Karena kamarnya tak seluas kamar Dewa.
"Saya gamau. Kamu tidur sama saya atau malam ini saya minta hak saya sebagai suami?" Ancam Dewa membuat nyali Dara seketika menciut mendengar kalimat terakhirnya.
"Oke." Putus Dara.
Dara pasrah dari pada lelaki didepannya itu meminta hal yang macam-macam. Ia tak mau dan juga belum siap menerima kenyataan.
Dewa menyunggingkan senyuman kemenangannya. Akhirnya Dara mengalah.
"Oke apa? Oke malem ini saya dikasih jatah?" Goda Dewa masih dengan senyuman nakalnya.
"Otak kamu kotor. Cuci dulu sana sebelum tidur!" Ketus Dara lalu memasuki kamarnya membuat Dewa sedikit melengkungkan bibirnya. Lalu mempersilahkan Dara yang mulai memasuki kamar.
Ntah kenapa Dewa senang bisa menggoda atau membuat Dara kesal.
Ckelek.
Dewa mengunci kamarnya membuat Dara yang sudah lebih dulu berjalan masuk menoleh menatap tajam lelaki itu.
"Kenapa dikunci?"
"Kenapa?" Dewa balik bertanya dengan wajah datarnya.
"Aishhh.. kamu kenapa balik nanya?" geram Dara.
Sungguh sekarang nyalinya menciut melihat Dewa terus berjalan menghampirinya dan kini berdiri tepat didepannya.
Dara bisa melihat Dewa yang memasukkan kunci kamarnya kedalam saku celana. Dia bahkan bertambah gugup ketika wajah Dewa semakin mendekat. Namun dara memundurkan langkahnya membuat Dewa semakin maju. Dara memejamkan matanya karena sudah memiliki firasat buruk melihat wajah setan Dewa. Tapi lama tak ada pergerakan, dengan tega Dewa malah menyetil dahinya dengan keras hingga membuat Dara meringis ngilu.
"Kenapa kamu tutup mata?" Tuding Dewa dengan curiga.
"Saya risi liat muka datar kamu yang sedeket itu.. dan kenapa kamu kunci kamarnya?" Jawab Dara yang langsung mengalihkan pembicaraannya. Jujur Dara sangat malu jika membahas itu.
"Saya kunci, biar kamu gabisa keluar atau kabur dari sini." Setelah itu Dewa beranjak tidur.
Dewa tidak memperdulikan Dara yang masih berdiri. Ia langsung tidur diatas ranjang yang tak sebesar dirumahnya itu. Kamarnya tak terlalu besar hanya ada satu kamar mandi saja. Dan Dewa juga masih bisa mendengar Dara mendengus kesal sebelum akhirnya masuk kedalam kamar mandi.
***
Jam menunjukan pukul 06:00. Artinya fajar mulai naik menyinari bumi. Dara yang sudah siap bekerja ragu untuk membangunkan Dewa. Bagaimana ia bisa keluar kalau kunci kamarnya ada disaku celana suaminya? Sesekali Dara menatap arloji ditanganya. Ini sudah semakin siang! Ia harus pergi untuk bekerja.
Dara kamu bisa!-batinnya menyemangati.
"Eunghhh.. kamu lagi apa?" Tanya Dewa yang melihat Dara berjongkok didepanya.
"Kunci kamar mana?" Tanya Dara.
Dewa duduk dari tidurnya. Ia mengusap-usap matanya yang masih memburam, lalu menatap Dara yang sudah rapih.
"Kamu mau kemana?"
Dara mengeratkan giginya gemas. Orang nanya itu dijawab. Bukan balik nanya! Dasar setan. Ingin sekali Dara berucap kasar seperti itu.
"Saya mau kerja. Mana kuncinya? ini udah siang." Jelas Dara membuat mata Dewa seketika memerah.
"Nggak. "Ujar Dewa dingin.
"Ngga apa? Saya gak ngerti."
"Kamu ga boleh kerja. Banyakin Istirahat."
"Saya tau kamu suami saya. Tapi kamu gaperlu ikut campur urusan pribadi saya." Jelas Dara.
Bagaikan ditusuk pedang hati Dewa tertohok dengan ucapan Dara yang sama persis dengan ucapanya semalam.
"Lagian kamu gak kekantor? Nanti ceweknya nungguin loh. Kasian kan cewek secantik itu disuruh nunggu.." gurau Dara seraya tertawa kecil.
"STOP!" Teriak Dewa menatap tajam Dara dengan mata birunya membuat Dara mau tak mau harus diam karena takut.
"Saya ga izinin kamu kerja." Ujar Dewa dingin yang sekarang sudah berdiri menghadap Dara.
"Cewe kamu aja diizinin kerja, ko saya ngga?" Dara tak terima meskipun Dara tak tahu itu benar kekasih Dewa atau bukan.
"KAMU GAK DENGER OMONGAN SAYA? KATA SAYA NGGA YAH ENGGA!! Jangan pernah kamu bandingin diri kamu sama Luna. Kamu sama dia itu dua orang yang berbeda dalam hidup saya!" Bentak Dewa.
"Saya tau kamu terpaksa nikahin Saya. Tapi apa kamu gak bisa bicara baik-baik? Jangan bentar-bentar ngebentak dan marah-marah gak jelas gini!"
Matanya sudah berkaca-kaca. Ingatkan Dara terakhir kali dibentak oleh sang ayah ketika ia berusia 17 tahun. Itupun karena kesalahannya sendiri membuat sang ayah marah. Ayah Dara kala itu marah besar karena Dara ketahuan membolos lewat belakang sekolah. Jadi Dara hanya menerimanya karena itu murni kesalahan nya. Tapi kalau ini? Apa yang salah main bentak-bentak? Ia kan cuma meminta kunci kamar untuk keluar.
Ah, ayolah! Dara sungguh tidak ingin menangis didepan lelaki ini.
- - - - -
Tbc.
Jangan lupa tinggalkan jejak.
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRI KOMAKU [Tahap Revisi]
RomanceBagaimana rasanya tidak hadir dipernikahan sendiri? Bagaimana rasanya menikah dengan orang asing yang tak kita kenal? Bagaikan sebuah kejutan teristimewa dihidupnya, sosok Dara yang baru bangun dari komanya dikejutkan dengan kepergian seorang nenek...